Minggu, 29 April 2012

penggunaan tanda baca


TANDA BACA
A.      Tanda Titik ( . )
1.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. 
Misalnya: Ayahku bekerja di perkebunan.
                  Hari ini saya pergi ke kampus.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: J.R.Saragih
                   A.J.Saragih
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Pdt.             Pendeta
                  S.TP.             Sarjana Teknik Pertanian
4. Tanda titik dipakai pada singakatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Misalnya; Jln.                          Jalan
5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. (Lihat juga pemakaian tanda kurun, Bab V, Pasal 1, Ayat…)
Misalnya:III.Pertanian
A.Teknik Penanaman
     B. Pengolahan Hasil
6. Tanda titiik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya; pukul 02.15.45 (pukul 2 lewat 15 menit 45 detik)
7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detikyang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya: 1.20.45 jam (1 jam, 20 menit, 45 detik)
8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya: Indonesia merdeka pada tahun 1945.
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-uruf wal kata atau suku kat, atau gabungan keduany, atau yang terdapat didalam akronim yang suda diterima oleh masyarakat.
Misalnya: SD               Sekolah Dasar
                  KMB                      Konferensi Meja Bundar



10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambing kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Misalnya: H                 Hidrogen
                  Na              Natrium

11. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Misalnya : Anak Berkerudung Merah
12. Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat.
Misalnya :                                           Jalan Sutomo No.04
Pematang Raya
                                                                        13 Mei 1993
Yth. Sdr. Robet
Jalan Mawar 13
Palembang


B. Tanda Koma( , )
1. Tanda koma dipakai di antara unsure-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya : Ibu menjual meja,kursi dan lemari.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi,melainkan.
Misalnya : Saya ingin pulang,tetapi tante melarang
                   DIa bukan teman saya, melainkan musuh saya
3 a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya : Karena ketiduran,ia lupa mengerjakan tugasnya.
  b. Tanda koma tidak  dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat
Misalnya : Saya tidak pulang jika dia tidak pulang
4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya : Meskipun begitu, saya tidak pernah memusuhinya

5.  Tanda koma dipakai dibelakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya : Kasihan,dia harus pulang sia-sia.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsungdari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, pasal L dan M).
Misalnya : Ayah berkata, “cepat pulang”

7. Tanda koma dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)tempat dan tanggal), dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya : Medan, Indonesia
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang di balik susunannya dalam dafar pustaka.
Misalnya : Purba,Imfran. Cara Bertani yang Baik. Medan,Balai Pustaka,2011.
9. Tanda koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
Misalnya : Sirait, Hamonangan, Penggunaan Pupuk Kimia yang Baik.Medan,Bona,2011.
10. Tanda koma dipakai diantara nama ornag dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluar
ga atau marga.
Misalnya : I.Purba,S.TP.
11. Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.
Misalnya : Rp 13.500,35
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
MIsalnya : Teman saya,Bramin, jenius sekali.
13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Misalnya : “Cepat pulan!”,kata Ibu.



C. Tanda Titik Koma ( ; )
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya : Kami sudah lama menunggu;dia belum datang juga.
2. titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara didalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya : Paman pergi ke kebun ;ayah pergi ke kantor; saya dikamar membaca buku.



D. Tanda Titik Dua( : )
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila di ikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya : Jurusan Teknologi Pertanian memiliki dua program studi : Teknik Pertanian dan Teknologi Hasil Pertanian.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya : Nama     : Imfrantoni Purba
                   Jurusan  :Teknologi Pertanian
                   Prodi      :THP
                   NIM        :05111003014
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya : Toni : “Adi dimana uang dimeja?”
                   Adi   : “Saya tidak tahu,tanya sama ibu!”
                   Toni : “Ibu dimana?”
4. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya : Dia pergi membawa laptop dan alat-alat tulis
5. Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomor dan halaman,  (ii) diantar bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Misalnya : (i) Metro,II (2011),11.00
                   (ii) Johannes 13:2
                   (iii) Karangan Imfrantoni, Teknik Pemupukan Dalam Pertanian: Sebuah studi,sudah terbit.


E.Tanda Hubung (-)
                1. Tanda hubung menyambung  suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
                Misalnya :
                                . . . saya keti-
               duran dikamarnya.
Suku kata yang terdiri dari satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pangkal baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
                . . . dia pergi dan melupa-
  kan diriku.
Akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: bersunggut-sunggut
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya: b-e-r-m-a-i-n
5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan: istri-muda Bupati dengan istri baru-Bupati
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya: se-Pelembang
7.Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing.
Misalnya: di-hack
F.Tanda Pisah (-)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kebahagiaan mereka itu-saya yakin bukan karena uang.
2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Penelitian -ujung alam semesta,banyaknya bintang,asal mula manusia dan perasaan manusia-telah meyatakan bahwa hanya TUhan yang mengetahui segalanya itu.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ , atau ‘sampai’.
Misalnya: Siantar-Medan
G. Tanda Elipsis ( . . . )
                1. Tanda elipsis yang menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
                Misalnya: Jika memang demikian……….,kita kejar mereka.
                2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
                Misalnya:Tanda-tanda kemarahan….akan kita pelajari selanjutnya.
                Catatan:
Kalau bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat perlu dipakai empat titik: juga untuk penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
                Misalnya: Dalam belajar, kita harus serius dengan semangat ….
H. Tanda Tanya (?)
                1. Tanda Tanya pada akhir kalimat Tanya.
                Misalnya: dimana ia membuangnya?
2. Tanda Tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: ia seorang konlomerat (?)


I.Tanda  seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi  yang kuat.
Misalnya: Jangan pergi kesana!
J.Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: KMB (Konferensi Meja Bundar)
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: indra (seorang bajak laut) dihukum kurungan 15 tahun.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung saja.
Misalnya: Ciri-ciri orang itu:
(1)    Tinggi 165.
(2)    Rambut lurus.
(3)    Kulit kuning langsat
K. Tanda kurung Siku ([. . .])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu merupakan isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya: Dia [m]enari di atas meja.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya: ( Penelitian tentang asal-usul manusia [lihat hal. 132] tidak dibahas)
L. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi disebelah atas baris.
Misalnya: “ siapa yang datang?”tanya Toni.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah “Malinkundang” di Bab v buku bahasa Indonesia.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti kata khusus.
Misalnya: Ia sering menjadi “kambing hitam”oleh teman-temannya.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya: Kata paman ,“saya harus rajin belajar.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
Misalnya: Dia disebut “Kepala batu”karena susah untuk dinasehati.
M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
                1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
                Misalnya: Tanya Imfran,”kau dengar teriakan ‘tolong-tolong’ tadi?”
2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing. ( Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya: uniform straight motion ‘gerak lurus beraturan’
N. Tanda Ulang ( . . . 2) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.
Misalnya: kapan2
O. Tanda Garis Miring (/)
                1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
                Misalnya: No. 11/PK/1993
                2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
                Misalnya:             pemuda/pemudi
                                                Jalan sutomo V/13
P. Tanda Pernyingkat ( Apostrof) (‘)
                Taanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
                Misalnya: Dia ‘lah mandi    (‘lah=telah)

Jumat, 27 April 2012

pengolahan tanah


PENGOLAHAN TANAH



MENGGUNAKAN TRAKTOR BESAR



Mesin
Mesin traktor berupa mesin diesel dengan satu silinder (untuk traktor roda dua) atau banyak silinder (untuk traktor roda empat), dengan konfigurasi silinder in line maupun V type. Penggunaan mesin diesel karena untuk keluaran daya yang sama, mesin diesel mengonsumsi bahan bakar lebih sedikit dibandingkan mesin bensin. Tipe pendistribusian bahan bakar yang umum adalah in line injection pump atau dengan menggunakan distributor. Traktor modern umumnya dilengkapi turbocharger. Tipe pendingin yang digunakan di wilayah beriklim sedang umumnya adalah berpendingin udara yang dilengkapi dengan kipas yang tenaganya bersumber dari putaran poros mesin. Hal ini dimungkinkan karena temperatur udara di sana cukup untuk mendinginkan mesin. Untuk wilayah beriklim tropis, pendingin yang digunakan adalah bertipe radiator, karena udara di wilayah beriklim tropis cukup panas dan tidak cukup untuk mendinginkan mesin diesel.
Sistem penyaluran tenaga
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Sistem transmisi traktor roda empat
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Efisiensi penyaluran daya pada traktor
Fungsi sistem penyaluran tenaga adalah untuk menyalurkan tenaga dari mesin ke roda, poros PTO, pompa hidraulik untuk menggerakan three point hitch, dan lain-lain pada berbagai tingkat putaran. Sistem transmisi traktor dilengkapi dengan diferential gear dan diferential lock. Diferential gear adalah roda gigi yang menjadikan kedua sisi roda (kanan dan kiri) berputar dengan kecepatan yang berbeda. Hal ini dimungkinkan untuk kemudahan berbelok; jika ingin berbelok ke kanan, maka roda sebelah kanan akan berputar dengan kecepatan lebih rendah dari roda seelah kiri, begitu pula sebaliknya. Sedangkan diferential lock adalah alat yang menjadikan kedua sisi roda berputar secara bersamaan bila salah satu roda mengalami selip. Untuk kebutuhan kendali dan memudahkan berbelok, umumnya kedua sisi roda tidak berputar secara bersamaan.
Titik gandeng (hitch point)
 

http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Bagian belakang traktor. Perhatikan adanya three point hitch, drawbar, dan PTO shaft
Titik gandeng yaitu titik yang menggandengkan implemen atau trailer dengan traktor. Ada dua tipe titik gandeng yaitu tipe drawbar dan tipe three hitch point. Fungsi titik gandeng:            
  • menyalurkan gaya dari traktor-implemen
  • mengatur pergerakan dan posisi relatif antara traktor dan implemen
  • mempermudah pertukaran implemen
Tipe drawbar hanya digunakan untuk menarik trailer. Sedangkan tipe three point hitch digunakan untuk menarik implemen yang memiliki sambungan sebanyak tiga buah yang sesuai dengan tipe sambungan three point hitch. Umumnya tipe sambungan three point hitch lebih stabil namun kaku dan tidak fleksibel letika membelok sehingga implemen yang tersambung perlu diangkat untuk sementara ketika traktor membelok.
Bagian-bagian three point hitch terdiri dari top link dan dua lower link. Lower link terhubung dengan sistem hidraulik yang memungkinkan lower link bergerak dan mengangkat implemen ketika tidak digunakan.
Power take off (PTO) shaft, yaitu poros yang berguna untuk menyalurkan daya mesin keluar dari traktor. Umumnya, poros PTO keluar dari ujung belakang traktor. Manfaat poros PTO ini sangat bervariasi, diantaranya memberikan tenaga untuk implemen yang ditarik hingga menggerakkan mesin bor. Kecepatan PTO yang umum digunakan adalah 540 RPM dan 1000 RPM.
Aplikasi dan variasi penggunaan traktor
Secara garis besar, manfaat traktor roda empat yaitu:
  • Menarik dan menggerakkan alat pengolah tanah
  • Menarik mesin penanam (transplanter)
  • Menarik mesin pemupuk
  • Menarik mesin penyemprot, boom sprayer, dsb
  • Menarik trailer
  • Penggerak mesin lainnya
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Salah satu tipe implemen traktor
Yang harus diperhatikan dalam memilih traktor yaitu:
  • Pekerjaan apa yang ingin dilakukan
  • Tipe implemen apa yang ingin digunakan
  • Jenis lahan yang akan dilalui (lahan kering, sawah, hutan, padang rumput, semak-semak, dsb)
  • Jam kerja pertahun
  • Luas lahan yang digarap
Semua faktor di atas memengaruhi kinerja traktor, hasil, dan biaya. Traktor dengan roda rantai tidak bisa digunakan di lahan sawah. Lahan yang sempit sebaiknya digunakan traktor roda dua, karena traktor roda empat memiliki biaya operasional yang tinggi dan hanya cocok digunakan untuk lahan yang luas dengan jam kerja yang banyak.
Yang paling umum adalah penggunaan traktor sebagai alat mekanisasi pertanian. Traktor pertanian digunakan untuk menarik atau mendorong instrumen pertanian atau trailer. Berbagai variasi dan spesialisasi traktor telah dikembangkan, diantaranya yang paling umum adalah instrumen untuk memanen yang umum digunakan di lahan gandum yang luas. Selain untuk memanen, ada juga yang didesain untuk menanam, mengolah dan memperbaiki lahan, atau pengangkut hasil pertanian.
Daya tahan dan kekuatan mesin dari traktor membuatnya sangat pas untuk kebutuhan konstruksi bangunan dan jalan. Traktor bisa dipasangkan dengan lengan penggaruk, dozer blade, backhoe, dan lain sebagainya. Traktor tipe ini umumnya tipe track tractor.

A. Maksud dan tujuan pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada
tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengan
tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.

B. Macam dan cara pengolahan tanah
Berdasarkan atas tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage) dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage). Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong kemudian diangkat terus dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam di dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm. Pada umumnya hasil pengolahan tanah masih berupa bongkahbongkah tanah yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah belum dapat dilakukan dengan efektif. Dalam pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa tanaman yang telah terpotong pada pengolahan tanah pertama akan dihancurkan menjadi lebih halus dan sekaligus mencampurnya dengan tanah.

Bajak (plow)

a.Bajak singkal (moldboard plow)
Bajak singkal termasuk bajak yang paling tua. Di Indonesia bajak singkal inilah yang paling sering digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah, dengan tenaga ternak hela sapi atau kerbau sebagai sumber daya penariknya.

Secara umum bajak singkal dibedakan atas 2 jenis, yaitu bajak singkal satu arah (one-way moldboard plow) dan bajak singkal dua arah (two-way moldboard plow). Bajak singkal satu arah adalah jenis bajak singkal dimana pada waktu pengolahan tanah akan melempar dan membalik tanah hanya pada satu arah saja. Sedangkan bajak singkal 2 arah pada waktu mengolah tanah arah pelemparan atau pembalikan tanah dapat diatur 2 arah, yaitu ke kanan dan ke kiri. Bagian-bagian utama dari bajak singkal yang aktif mengolah tanah adalah pisau bajak (share), singkal (moldboard) dan penstabil bajak (landside).
Fungsi dari pisau bajak adalah untuk memotong tanah secara horisontal. Biasanya alat ini terbuat dari logam yang berbentuk tajam. Singkal berfungsi untuk menghancurkan dan membalik tanah, karena bentuknya yang melengkung maka pada waktu bajak bergerak maju, tanah yang terpotong akan terangkat ke atas dan kemudian dibalik dan dilemparkan sesuai dengan arah pembalikan bajak. Landside berfungsi untuk mempertahankan gerak maju bajak agar tetap lurus, dengan cara menahan atau mengimbangi gaya kesamping yang diterima bajak singkal pada waktu bajak tersebut digunakan untuk memotong dan membalik tanah.
Untuk meyempurnakan hasil kerjanya, selain bagian-bagian utama di atas, bajak singkal juga dilengkapi dengan perlengkapan tambahan, yaitu roda alur penstabil (furrow wheel), roda dukung (land wheel), kolter, jointer dan kerangka.
Furrow wheel berfungsi untuk menjaga kestabilan pembajakan. Land wheel berfungsi untuk mengatur kedalaman sehingga kedalamannya konstan. Kolter berfungsi untuk memotong seresah dan memotong tanah ke arah vertikal sehingga pembalikan tanah menjadi lebih ringan dan biasanya dipasang di depan bajak serta berada sedikit di atas mata bajak. Jointer berfungsi untuk memungkinkan penutupan seresah lebih sempurna dalam pembajakan, terpasang di atas pisau bajak dengan kedalaman kerja + 5 cm. Pada kerangka terdapat titik penggandengan yang nantinya akan dirangkaikan dengan sumber daya penariknya.
Penggunaan bajak singkal ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain : pembalikan tanah lebih seragam pada tiap petak tanah yang diolah, lebih praktis untuk pengolahan tanah sistem kontur, tidak menimbulkan alur mati (dead furrow) atau alur punggung (back furrow) sehingga pembajakan lebih rata. Bajak singkal dapat dipergunakan untuk mengait dan mencacah gulma, serta pembajakan di bawah vegetasi hijau yang tinggi. Bajak ini bekerja dengan ditarik oleh penggandeng misalnya traktor. Namun bajak jenis ini konstruksinya biasanya lebih berat dan lebih rumit, sehingga untuk ukuran yang besar perlu dilengkapi sistem hidrolis untuk pemutaran mata bajaknya, dengan tenaga operator yang lebih terampil.

b.Bajak piringan (disc plow)
Bajak piringan fungsinya sama dengan bajak singkal, yaitu untuk pengolahan tanah pertama tetapi singkalnya diganti dengan piringan. Piringan bulat seperti parabola dan berfungsi untuk memotong dan membalik tanah.
c.Bajak putar (rotary plow)
Pengolahan tanah dengan bajak akan menghasilkan bongkahan-bongkahan yang besar, sehingga biasanya masih diperlukan tambahan pengerjaan untuk memperoleh keadaan tanah yang lebih halus lagi.

Dengan menggunakan bajak putar pengerjaannya hanya dilakukan sekali tempuh. Bajak putar ini dapat digunakan pada tanah yang kering maupun tanah sawah, kadang-kadang juga digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan atau pendangiran. Penggunaan bajak rotari untuk pengolahan tanah dapat memberikan hasil yang lebih baik (baik untuk tanah kering maupun tanah basah).
Untuk mengatasi lengketnya tanah pada pisau maka dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau dan mempercepat putaran pada rotor dan memperlambat gerakan maju. Makin cepat perputaran rotor akan lebih banyak daya yang digunakan, namun akan diperoleh hasil penggemburan yang lebih halus.
            Rotari memiliki bagian-bagian yang sangat penting, yaitu : pisau, poros putar, rotor, penutup belakang (rear shield) dan roda dukung (land wheel). Pisau berfungsi untuk mencacah tanah pada waktu pengolahan tanah dengan bajak putar, pisau-pisau potong biasanya dipasang pada poros yang digerakkan horisontal yang bekerja dengan 300 putaran per menit. Rotor berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar. Rear shield berfungsi untuk membantu penghancuran tanah, adanya penutup belakang ini memungkinkan tanah lebih hancur karena tanah yang terlempar dari pisau terbentur pada penutup. Land wheel berfungsi untuk mengatur kedalaman pengolahan tanah.
            Prinsip kerja dari rotary ini adalah : pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar sehingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap. Sewaktu rotor berputar dan alat bergerak maju maka pisau akan memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada kedalaman dan kecepatan bergerak maju. Gerakan putaran rotor-rotor (pisau-pisau) diakibatkan daya dari rotor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor tersebut.
d.Bajak pahat (chisel plow)
            Dalam pengolahan tanah, bajak pahat berfungsi untuk merobek dan menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung sekop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung tangkai atau batang yang disebut bar. Adapun fungsi dari baja pahat adalah untuk memecahkan tanah yang keras dan kering, dan ini biasanya dilakukan sebelum pembajakan untuk tanah tertentu, digunakan untuk pengerjaan pada tanah bawah, dipergunakan pada tanah yang berjerami dan untuk menutup sisa-sisa perakaran yang berada dalam tanah dan juga berfungsi untuk memperbaiki infiltrasi air pada tanah sehingga dapat mengurangi erosi. Pada dasarnya bajak pahat ini dipakai untuk pembajakan dangkal maupun pembajakan dalam sampai kedalaman 45 cm atau lebih tergantung pada keperluan dan jenis mata pahatnya. Jenis dan lebar alat bervariasi tergantung dari keperluan dan sumber daya penariknya.
e.Bajak tanah bawah (sub soil plow).
            Bajak tanah bawah berfungsi untuk merobek dan menembus lapisan tanah sub soil dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat namun ukuran dan kedalamannya lebih besar.

Kapasitas kerja pengolahan tanah
Yang dimaksud dengan kapasitas kerja adalah kemampuan kerja suatu alat atau mesin memperbaiki hasil (hektar, kg, lt) per satuan waktu. Jadi kapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa hektar kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan waktu. Sehingga satuannya adalah hektar per jam atau jam per hektar atau hektar per jam per HP traktor. Kapasitas kerja suatu alat pengolahan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Ukuran dan bentuk petakan : Ukuran dan atau bentuk petakan sangat mempengaruhi efisiensi kerja dari pengolahan tanah yang dilakukan dengan tenaga tarik hewan ataupun dengan traktor. Dengan pengaruhnya terhadap pencangkulan tidak begitu besar. Ukuran petakan yang sempit akan mempersulit beloknya hewan penarik atau traktor, sehingga efisiensi kerja dan kapasitas kerjanya rendah. Untuk mencapai efisiensi kerja dan kapasitas yang tinggi, maka ukuran luas petakan harus disesuaikan dengan tenaga penarik yang digunakan.

2. Topografi wilayah : Keadaan topografi wilayah meliputi keadaan permukaan tanah dalam wilayah secara keseluruhan. Misalnya keadaan permukaan wilayah tersebut datar atau berbukit atau bergelombang. Keadaan ini diukur dengan tingkat kemiringan dari permukaan tanah yang dinyatakan dalam (%). Kemiringan yang baik untuk penggunaan tenaga hewan dan traktor dalam pengolahan tanah adalah sampai 3 persen (relatif datar). Kemirngan tanah yang lebih dari 3 persen yang masih bisa dikerjakan traktor adalah 3 sampai 8 persen dimana pengolahan tanahnya dilakukan dangan mengikuti garis ketinggian (contour farming system). Bagi daerah yang berbukit-burkit diamana bentuk petakan yang tidak teratur dan luasnya yang kecil, maka cangkul sangat cocok untuk daerah ini. Pola terahir ini disebut dengan sistem penterasan, dimana sawah-sawah berbentuk teras-teras yang mengikuti garis ketinggian. Bentuk petakan teratur akan memudahkan pekerjaan pekerjaan pengolahan tanah sehingga efisiensinya akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak teratur.

3. Keadaan traktor : Keadaan traktor juga akan dipengaruhi kapasitas kerja pengolahan tanah. Keadaan traktor disini berarti apakah traktor masih baru atau sudah lama. Jadi menyangkut umur ekonomi traktor itu sendiri. Traktor-traktor sudah lama dipakai berarti umur ekonominya sudah habis atau malah sudah terlewatkan, sehingga sudah banyak bagian traktor yang sudah aus sehingga sering timbul kerusakan. Kerusakan–kerusakan akan menyangkut masalah waktu, tenaga serta biaya. Sehingga pekerjaan tidak akan efisien lagi.

4. Keadaan vegetasi : Keadaan vegetasi permukaan tanah yang diolah juga dapat mempengaruhi efektivitas kerja dari bajak atau garu yang digunakan. Tumbuhan semak atau alang-alang memungkinkan kemacetan akibat penggumpalan pada alat karena tertarik atau tidak terpotong. Pengolahan tanah pada alang-alang atau bersemak akan lebih efektif bila digunakan bajak piringan atau garu piring. Karena bajak atau garu ini memiliki konstruksi yang berupa piringan dan dapat berputar sehingga kecil kemungkinan untuk macet.

5. Keadaan tanah : Keadaan tanah meliputi sifat-sifat fisik tanah, yaitu keadaan basah (sawah), kering, berlempung, liat atau keras. Keadaan ini menentukan jenis alat dan tenaga penarik yang digunakan. Disamping itu juga mempengaruhi kapasitas kerja dari pengolahan tanah. Tanah yang basah memberikan tahanan tanah terhadap tenaga penarik relatif lebih rendah dibanding dengan tanah kering. Akan tetapi pada tanah basah (sawah) memungkinkan terjadi slip yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah kering. Penggunaan traktor tanah pada tanah sawah dan tanah kering biasanya digunakan roda besi tambahan pada kedua rodanya agar dapat memperkecil slip roda yang terjadi. Akhir-akhir ini IRRI Filipina (International Rice Research Institute) telah mengembangkan traktor dengan kedua rodanya terbuat dari besi yang terdiri dari lempeng-lempeng besi yang khusus dirancang untuk pengolahan tanah sawah. Demikian juga traktor 4 roda, bila digunakan pada tanah sawah kedua roda belakangnya dipasang roda besi tambahan guna memperkecil slip rodanya. Bajak piring atau garu piring lebih efektif bekerja pada tanah kering dibanding pada tanah basah. Sedangkan bajak singkal lebih efektif bila digunakan pada tanah yang basah, agak liat dibanding pada tanah
kering.
6. Tingkat keterampilan operator : operator yang berpengalaman dan terampil akan memberikan hasil kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik dibanding operator yang belum terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itu dalam penggunaan traktor untuk pengolahan tanah, perlu terlebih dahulu memberikan latihan terampil kepada operator yang menjalankannya. Usaha ini untuk memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien dan lebih efektif.

7. Pola pengolahan tanah : Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat. Karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja. Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi dilapangan. Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efisiensi kerjanya. Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola
spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa (pada gambar 28). Pola spiral yang paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus menerus tampa pengangkatan alat.

Pola Pengolahan Tanah (Pembajakan) Dengan Traktor Tangan
Dalam melakukan pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah :
 Lebih efisien
Dengan menggunakan pola yang sesuai, diharapkan :
a. Waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin
b. Lahan yang diolah tidak diolah lagi Sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien.
 Lebih efektif
Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya. Sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efektif. Ada beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan dengan bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan.
1. Pola Tengah
            Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kanan sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul).
            Dengan pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow). Yaitu alur bajakan yang saling berhadapan satu sama lain. Sehingga akan terjadi penumpukan lemparan hasil pembajakan,
memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan.


2. Pola Tepi.
            Pembajakan dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan hasil pembajakan ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada sisi lain pembajakan pertama. Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi lahan dengan arah sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kiri sampai ke tengah lahan. Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

Dengan pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow). Yaitu alur bajakan yang saling berdampingan satu sama lain. Sehingga akan terjadi alur yang tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan.

3. Pola Keliling Tengah
Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan. Berputar ke kanan sejajar sisi lahan, sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan. Pada awal pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokan traktor.
Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 sampai 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

4. Pola Keliling Tepi
Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam mebelokan traktor. Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).
Mengolah Tanah Pertama
Setelah lahan siap untuk diolah dan ditentukan pola pengolahan yang tepat, maka lahan dapat mulai diolah. Cara pembajakan adalah sebagai berikut :
1. Buat batas-batas lahan yang akan diolah dan tempat head land apabila diperlukan.
2. Traktor dibawa ke lahan dan diletakkan sesuai pola yang diinginkan.
3. Atur gas dan posisi gigi yang direkomendasikan oleh pabrik. Untuk itu, sangat disarankan agar operator membaca buku petunjuk pengoperasian (manual).
4. Pembajakan dimulai. Kedalaman pembajakan untuk alur pertama (pada saat kedua roda traktor belum masuk ke alur), tidak perlu terlalu dalam
5. Khusus untuk mesin rotari, kedalaman pengolahan dapat diatur dengan memutar tangkai pengendali roda belakang. Untuk bajak singkal ada juga yang dilengkapi dengan tuas pengatur posisi singkal yang berpengaruh terhadap kedalaman pengolahan tanah.
6. Pada saat berbelok, implemen diangkat.
7. Pembajakan berikutnya dilakukan dengan cara memasukkan salah satu roda dimasukkan ke alur. Kedalaman pembajakan otomatis menjadi lebih dalam.
8. Dua sampai empat alur terakhir (tergantung dari panjang traktor dan lebar kerja alat bajak), head land mulai dibajak.