Selasa, 10 Februari 2015

uji kualitatif fitokimia

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FITOKIMIA
UJI KUALITATIF FITOKIMIA
















Oleh :
IMFRANTONI PURBA
05111003014
KELOMPOK 2



TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir sekitar 80 persen penduduk dunia menggantungkan pengobatan secara tradisional menggunakan ekstrak utuh atau komponen bioaktifnya untuk pertolongan pertama terhadap gangguan kesehatan. Komponen bioaktif merupakan senyawa di luar zat gizi yang biasanya berada dalam jumlah kecil di dalam suatu bahan pangan. Hingga saat ini telah banyak ditemukan senyawa bioaktif, yang dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimia dan fungsinya. Senyawa fenolik yang merupakan kelompok flavonoid, banyak dijumpai hampir pada semua tanaman dan yang telah dipelajari secara ekstensif adalah yang terkandung dalam serealia, polong-polongan, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, teh, dan sebagainya.
Banyak senyawa fenolik menunjukkan aktivitasnya sebagai antioksidan, dan beberapa studi telah menunjukkan manfaatnya terhadap penyakit trombosis dan tumorogenesis. Meskipun beberapa studi epidemiologi telah melaporkan manfaat perlindungan dari senyawa flavonoid atau fenolat lain terhadap cardiovascular deaseas (CVD) dan kanker, namun hasil penelitian lain tidak menemukan manfaat tersebut. Berbagai fitoestrogen yang terdapat dalam kedelai, biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran juga memiliki sifat antioksidan. Beberapa studi baik menggunakan model hewan percobaan maupun kultur sel kanker, menunjukkan efek menguntungkan terhadap faktor-faktor risiko CVD lainnya. Namun, karena fitoestrogen bertindak baik sebagai agonis estrogen secara parsial maupun antagonis, efeknya terhadap kanker cenderung kompleks.
Hidroksitirosol (hydroxytyrosol) yang merupakan salah satu senyawa fenolat dalam minyak zaitun merupakan antioksidan kuat. Senyawa resveratrol yang ditemukan dalam kacangkacangan dan anggur merah, menunjukkan aktivitas antioksidan, antitrombotik, antiinflamasi, dan menghambat karsinogenesis. Likopen yang merupakan antioksidan karotenoid kuat yang terkandung dalam tomat dan buah-buahan lainnya, diperkirakan dapat melindungi terhadap penyakit kanker prostat dan kanker lainnya, serta menghambat pertumbuhan sel tumor pada hewan.
Komponen bioaktif yang juga dikenal sebagai komponen pangan non gizi merupakan senyawa xenobiotik yang terdapat secara alamiah dalam bahan pangan. Selain seperti yang telah disebutkan sebelumnya, khlorofil pada daun-daunan, karotenoid yang berwarna kuning jingga pada sayuran dan buah-buahan, antosianin yang berwarna ungu, komponen fenolik juga merupakan senyawa bioaktif. Senyawa alamiah ini, meskipun merupakan senyawa xenobiotik, dalam proses ekskresinya dari tubuh tidak menghasilkan senyawa metabolit reaktif dan sering menstimulir aktivitas enzim fase 2 yang bersifat melarutkan dan antikarsinogen. Salah satu keuntungan dari senyawa-senyawa ini adalah sifatnya sebagai antioksidan yang dapat menangkal senyawa radikal sehingga mencegah kerusakan sel.

B. Tujuan
                   Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya komponen bioaktif pada sampel uji.














II. TINJAUAN PUSTAKA
            Antioksidan merupakan suatu senyawa yang memperlambat atau mencegah proses oksidasi, sedangkan menurut Hudson B.J.F (1990), antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang dapat mencegah reaksi oksidasi dengan cara menghentikan reaksi berantai akibat timbulnya radikal bebas. Antioksidan juga diistilahkan dengan zat peredam atau pemerangkap ( scavenger) radikal bebas, yaitu substansi atau molekul yang dapat bereaksi dengan radikal bebas dna berfungsi menetralkan radikal bebas tersebut. Beberapa jenis pandan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna dan pewangi makanan, serat tekstil serta penghasil minyak atsiri. Memiliki kandungan bahan kimia seperti alkaloid, saponin flavonoid dan tannin. Pandan ditemukan sangat melimpah, terutama dekat pantai pada ketinggian sekitar 100 m dari permukaan laut (Redha, 2010).
Daun pepaya merupakan salah satu bahan sayur-mayur yang digemari oleh masyarakat pada umumnya. Namun ada juga masyarakat yang tidak menyukai daun pepaya karena rasa pahitnya.  Rasa pahit pada daun pepaya dikarenakan pada daun pepaya mengandung senyawa alkaloid carpaine. Alkaloid merupakan racun, senyawa tersebut menunjukan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik (Nadjeeb, 2012). Daun mengandung enzim papain, alkaloid carpaine, pseudokarpaina, glikosid, karposid, dan saponin, sakarosa, dekstrosa, levulosa. Alkaloid carpaine mempunyai efek seperti digitalis. Daun muda pepaya mengandung senyawa alkaloid yang mendominasi rasa pahit pada daun pepaya dan getah berwarna putih.
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone, 1996). Saponin adalah jenis glikosida triterpenoid dan sterol yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin merupakan senyawa yang berasa pahit menusuk, berbusa dalam air dan larut dalam air dan alkohol dan tidak larut dalam eter, sehingga menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir.
Daun singkong kaya akan antioksidan seperti β-karoten dan vitamin C. Selain itu daun singkong juga mengadung glukosida sianogenik. Kandungan senyawa glukosida sianogenik terbesar adalah linamarin. Beberapa studi menunjukkan bahwa komponen aktif dalam daun singkong memiliki aktivias antikanker. Namun, proses pengolahan dapat menurunkan kandungan senyawa aktif tersebut (Askurrahman, 2010).









III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
            Praktikum fitokimia terlaksana pada hari Selasa, tanggal  16 september 2014 dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan 11.40, di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian (KHP), Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.


B. Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) beaker gelas, 2) gelas ukur, 3) pipet tetes, 4) pipet volume, 5) spatula, 6) tabung reaksi, dan 7) timbangan analitik.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) alcohol, 2) amil alkohol, 3) anhidra asetat, 4) daun pandan, 5) daun papaya, 6) daun singkong, 7) HCL 2N, 8) H2SO4, 9) kloroform, 10) pereaksi Meyer, dan 11) pereaksi Wagner
                                                                                          
C. Cara Kerja
            Persiapan sampel
1.      Sampel daun segar yang telah diperoleh dikering-anginkan untuk menurunkan kandungan airnya
2.      Sample daun yang sudah kering tersebut dipotong-potong menggunakan  gunting
3.      Kemudian potongan daun tersebut dihaluskan menggunakan blender sampai berbentuk serbuk
4.      Serbuk daun yang diperoleh siap dianalisa


Cara kerja uji alkaloid
1.      Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan terang serta penyimpanan suhu dingin
2.      Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan dilarutkan kedalam asam sulfat 2N
3.      Sampel yang telah dilarutkan kemudian diberi pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner
4.      Ada tidaknya endapan berwarna diamati

Cara kerja uji steroid atau triterpenoid
1.      Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan terang serta penyimpanan suhu dingin
2.      Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan dilarutkan kedalam 2 ml kloroform
3.      Sampel yang telah dilarutkan kemudian diberi 10 tetes anhidrida asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Perubahan warna diamati.

Cara kerja uji saponin
1.      Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan terang serta penyimpanan suhu dingin
2.      Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan dilarutkan kedalam asam klorida 2 N
3.      Larutan sampel kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit
4.      Ada tidaknya busa diamati




Cara kerja uji fenol hidrokuinon
1.      Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan terang serta penyimpanan suhu dingin
2.      Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan diekstrak dengan 10 mL etanol 70% dan didiamkan selama 30 menit
3.      Sebanyak 1 mL hasil ekstraksi diambil dan diberi 2 tetes FeCl3 5%
4.      Perubahan warna diamati














IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
Tabel 1

No
Uji Fitokimia
Bahan
Standar
Keterangan
1.       
Alkaloid
a.        Mayer










b.      Wagner
1.      Daun singkong
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
2.      Daun pandan
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
3.      Daun pepaya
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
1.      Daun singkong
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
2.      Daun panan
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
3.      Daun pepaya
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       dingin
Endapan putih kekuningan










Endapan coklat

+
+
+

-
-
-

+
+
+

+
+
+

+
+
+

+
+
+
2.       
Saponin
1.      Daun singkong
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
2.      Daun pandan
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin


3.      Daun pepaya
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
Terbentuk busa

-
+
+

-
-
-



+
+
-

3.
Fenol Hidrokuinon
1.      Daun singkong
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
2.      Daun pandan
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
3.      Daun pepaya
a.       Gelap
b.      Ruang
c.       Dingin
Warna hijau/hijau biru

+
+
+

-
-
-

-
-
-
4.
Steroid
1.      Daun singkong
a. Gelap
b. Ruang
c. Dingin
2.      Daun pandan
a. Gelap
b. Ruang
c. Dingin
3.      Daun pepaya
a. Gelap
b. Ruang
c. Dingin
Perubahan dari merah menjadi biru/hijau

-
-
-

-
-
-

-
-
-

B. Pembahasan
            Tumbuhan banyak mengandung senyawa bioaktif terutama terkandung pada daunnya. Senyawa bioaktif atau sering disebut antioksidan memiliki kegunaan yag sangat banyak didalam tubuh terutama mencegah radikal bebas yang dapat menurunkan stamina tubuh dan mengakibatkan tibulnya penyakit pada tubuh. Kandungan utama antioksidan pada tumbuhan memiliki jenis yang berbeda-beda. Senyawa bioaktif yang paling banyak terkandung di daun tumbuhan yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, fenol hidroquinon, dan steroid. Masing-masing dari senyawa bioaktif ini memiliki fungsinya masing-masing didalam tumbuhan.
            Hasil analisis pada praktikum menunjukkan ada tidaknya kandungan senyawa bioaktif pada sampel yang diuji. Perlakuan penyimpanan yang berbeda terhadap sampel dapat mengakibatkan hilangnya senyawa bioaktifnya. Uji alkaloid pada daun singkong, daun pandan dan daun pepaya dilakuan dengan 2 uji yaitu dengan mayer dan wagner. Pengujian alkaloid dengan pereaksi mayer menunjukkan pada daun singkong dan daun pepaya terkandung senyawa alkaloid, tetapi pada daun pandan tidak ada terkandung. Ditandai dengan adanya endapan putih kekuningan pada sampel yang diuji. Pengujian alkaloid dengan pereaksi wagner menunjukkan adanya kandungan alkaloid pada setiap jenis sampel, hal tersebut ditandai dengan adanya endapan coklat pada hasil praktikum. Hasil uji alkaloid menunjukkan bahwa terjadi kesalahan pada pengujian daun pandan dengan pereaksi mayer.
Uji saponin pada sampel menunjukkan pada daun singkong dengan perlakuan penyimpanan gelap tidak terdapat kandungan saponin. Kemungkinan terjadi kesalahan pada pengujian dengan pereaksinya, hal itu ditandai dengan terbentuknya busa saat pengujian.  Hasil pengujian untuk daun pandan, diperoleh bahwa tidak ada kandungan saponinnya, sedangkan secara teori diperoleh bahwa didalam daun pandan terkandung saponin. Perlakuan penyimpanan dingin pada daun pepaya mengakibatkan hilangnya kandungan saponinnya, hal tersebut terjadi karena pada saat penyimpanan dingin mengakibatkan berhentinya reaksi metabolism pada daun pepaya.
Uji fenol hidrokuinon menunjukkan pada daun singkong terdapat senyawa bioaktif jenis fenol hidrokuinon, sedangkan pada daun pandan dan daun pepaya tidak terdapat. Terdapatnya senyawa fenol hidrokuinon pada sampel ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau/hijau biru saat pengujian. Uji steroid pada sampel menunnjukkan tidak adanya senyawa bioaktif ini pada sampel. Hasil pengujian steroid ditunjuukkan dengan terbentuknya perubahan dari merah menjadi biru/hijau.



V. KESIMPULAN
            Dari hasil praktikum yang telah kita lakuakan dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.      Antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang dapat mencegah reaksi oksidasi dengan cara menghentikan reaksi berantai akibat timbulnya radikal bebas.
2.      Proses pengolahan dapat menurunkan kandungan bahkan dapat menghilangkan senyawa bioaktif yang terdapat pada bahan.
3.      Alkaloid merupakan racun, senyawa tersebut menunjukan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organic
4.      Saponin merupakan senyawa yang berasa pahit menusuk, berbusa dalam air dan larut dalam air dan alkohol dan tidak larut dalam eter, sehingga menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir.
5.      Perlakuan penyimpanan ruang gelap pada daun singkong mengakibatkan terjadinya kehilangan senyawa bioaktif saponin.
6.      Perlakuan penyimpanan suhu dingin pada sampel daun pepaya mengakibatkan sampel kehilangan senyawa saponin.
7.      Hasil uji steroid diperoleh bahwa didalam daun singkong, pandan dan pepaya tidak terkandung senyawa steroid.






DAFTAR PUSTAKA
Askar, S. 1996. Daun Singkong Dan Pemanfaatannya Terutama Sebagai Pakan
Tambahan. Wartazoa Vol. 5 No. 1. Th. 1996.
Peternakan.litbang.deptan.go.id/fulteks/wartazoa/wazo 51-5.pdf.
Askurrahman. 2010. Isolasi Dan Karakterisasi Linamarase Hasil Isolasi Dari
Umbi Singkong (Manihot esculenta crantz). AGROINTEK Vol 4, No. 2
Agustus 2010 (Jurnal-8-isolasi-dan-karakteristik-linamarasae-hasilisolasi-
dari-umbi-singkong.pdf).
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia cara modern Menganalisis Tumbuhan.
Kosasih Pdma Winata. Bandung : ITB.
Harnesa, Selly, 2011. Effect Of Increasing Surian Leaf and Boiling Time From
Papaya Leaf of Quality Papaya Leaf Wet Noodle.Thesis.Universitas
Andalas. http://journal.universitasandalas.co.id diunduh pada tanggal 26
Maret 2013.
Muljana, W. 2006. Bercocok Tanam Pepaya. Semarang : Aneka Ilmu.
Nadjeeb. 2012. Alkaloid. www.nadjeeb.wordpress diunduh pada tanggal 25 Maret
2013.
Redha, Abdi. 2010. Flavonoid: Struktur, sifat antioksidatif dan peranannya
dalam sistem biologi. Jurnal Berlian Vol. 9. No. 2 september. 2010 196-
202.(respository.polnep.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/149/13.
Abadi.pdf)