Sabtu, 14 Maret 2015

analisa total karoten

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PANGAN FUNGSIONAL DAN FITOKIMIA
ANALISA TOTAL KAROTEN












Oleh :
IMFRANTONI PURBA
05111003014







TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa β-karoten adalah antioksidan merupakan provitamin A yang apabila dalam tubuh berubah menjadi vitamin A. Beta-karoten merupakan salah satu karotenoid yang secara alami membentuk pigmen kunig, oranye, dan merah pada buah dan sayuran. Sebagian besar sumber vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati. Tubuh manusia mempunyai kemampuan mengubah sejumlah besar karoten menjadi vitamin A. Karotenoid banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan pangan karena aktivitas vitamin A yang tinggi dan kemampuannya sebagai pewarna. Senaywa β-karoten memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga banyak dimanfaatkan untuk fortifikasi pada bahan pangan. Sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning biasanya banyak mengandung karoten. Semakin hijau daun tersebut semakin tinggi kadar karotennya. Sumber β-karoten dapat diperoleh dari buah, sayuran, dan mikroalga. Selain itu, β-karoten juga dapat ditemukan pada daun-daunan. Senyawa β-karoten memiliki banyak ikatan rangkap pada struktur kimianya, keadaan tersebut mengakibatkan karoten tidak stabil dan mudah mengalami perubahan yang engarah pada kerusakan. Kerusakan β-karoten dapat disebabkan oleh panas, oksidasi, dan isomerasi (Syahputra, 2005).
Menurut Ardiansah (2007), beta karoten merupakan antioksidasi yang cukup kuat yang secara teoritis juga dapat melindungi oksidasi LDL(Low density lipoprotein serum). Karotenoid merupakan antioksidan yang sangat potensial dalam melindungi membran lipid terhadap peroksidasi. Konsumsi makanan yang mengandung banyak karotenoid lebih efektif dapat mencegah kerusakan kolesterol serum dibandingkan dengan vitamin E. Di samping itu juga, karotenoid yang berasal dari sumber alam lebih aman  dibandingkan dengan karotenoid sintetik.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menganalisa kandungan klorofil pada beberapa sampel tumbuhan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Daun Sirih
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih menurut Mursito (2002) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Division           : Magnoliosida
Ordo                : Piperales
Family             : Piperacecae
Genus              : Piper
Spesies            : P. Betle
Sirih merupakan tanaman tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya. Sirih tumbuh menjalar dan merambat pada batang pohon di sekelilingnya dengan daunnya yang berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh bersilang-seling, bertangkai, teksturnya agak kasar dan mengeluarkan bau jika diremas. Sirih memiliki batang berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulan dan berkerut. Sirih tumbuh di daerah tropis dengan ketiggian 300-1000 m di atas permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan air (Mursito, 2002)
Secara tradisional, daun sirih telah digunakan untuk menyembuhkan mata merah atau iritasi dengan merendam daun sirih dalam air mendidih di wadah dan digunakan setelah air agak dingin. Daun sirih juga digunakan untuk menghentikan perdarahan akibat mimisan dengan menggulung daun sirih menyerupai rokok dan ujungnya yang runcing dimasukkan ke dalam lubang hidung. Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, kavibetol, karvacol, eugenol, dan allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati dan asam amino.10 Kandungan eugenol dalam daun sirih mempunyai sifat antifungal. Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur (Sastroamidjojo, 1997)

B.     Karotenoid
            Karotenoid adalah golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang terdapat pada pigmen alami tumbuhan dan hewan. Berdasarkan struktur kimianya, karotenoid masuk ke dalam golongan terpenoid. Karotenoid merupakan zat yang menyebabkan warna merah, kuning, oranye, dan hijau tua pada buah dan sayuran. Peran penting karotenoid adalah sebagai agen antioksidan dan dalam sistem fotosintesis.  Selain itu, karotenoid juga dapat diubah menjadi vitamin esensial. Karotenoid adalah pigmen (pewarna alami) organik yang terjadi secara alamiah dalam tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya seperti ganggang, beberapa jenis fungi dan beberapa bakteri.  Sekarang terdapat 600 karotenoid yang dikenal, mereka dibagi menjadi dua kelas, xanthophylls dan karoten. Karotenoid alami (juga dikenal sebagai ekstrak karoten) yang secara alami dapat memberikan pigmen warna pada berbagai tumbuhan termasuk buah-buahan dan sayuran. Karotenoid merupakan suatu zat alami yang sangat penting dan mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air yang merupakan suatu kelompok pigmen berwarna orange, merah atau kuning (Kurniawan, 2010).
Karotenoid adalah pigmen organik yang ditemukan dalam kloroplas dan kromoplas tumbuhan dan kelompok organisme lainnya seperti alga, sejumlah bakteri (fotosintentik maupun tidak), dan beberapa fungi (non-fotosintetik). Karotenoid dapat diproduksi oleh semua organisme tersebut dari lipid dan molekul-molekul penyusun metabolit organik dasar. Organisme heterotrof sepenuhnya, seperti hewan, juga memanfaatkan karotenoid dan memperolehnya dari makanan yang dikonsumsinya. Karotenoid termasuk dalam tetraterpenoid, suatu senyawa rantai panjang dengan 40 atom karbon, yang dibentuk dari empat unit terpena (masing-masing terdiri dari 10 atom karbon). Secara struktural, karotenoid berbentuk rantai hidrokarbon poliena yang kadang-kadang di bagian ujungnya terdapat gugus cincin dan mungkin memiliki atom oksigen. Namanya berasal dari kata carotene yang ditambah sufiks -oid, dan berarti "senyawa-senyawa sekelompok atau mirip dengan karotena" (Ikawati, 2005).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1) Aquadest, 2) Aseton 80%, 3) Daun jambu biji, 4) Daun sirih, 5) Daun sirsak.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1) Beaker glass, 2) Corong, 3) Mortar, 4) Pipet volume, 5) Penjepit tabung, 6) Rak tabung reaksi, 7) Spektofotometer, 8) Tabung reaksi.

B. Cara Kerja
            Cara kerja dari praktikum ini adalah :
1.      Daun segar sebanyak 0,1 g dihaluskan dalam mortar yang diberi 0,01 L aseton 80%
2.      Hasil gerusan daun ditambahkan aseton hingga volume larutan menjadi 10 mL, kemudian disaring menggunakan kertas saring
3.      Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 480, 663 dan 645 nm
Karotenoid daun jambu biji          =












IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
            Hasil dari praktikum ini adalah :
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Sampel
Absorbansi Sampel
Total karoten (mg/L)
480
645
663
Daun sirsak
1,635
0,855
1,547
0,324
Daun sirih
0,575
0,196
0,324
0,056
Daun jambu biji
1,580
0.955
1.824
0,383


B. Pembahasan
            Analisa total karotenoid dilakukan dengan metode spektrofotometri sama seperti analisa yang digunakan untuk anlisa kualitatif klorofil. Prinsip dari metode spektrofotometri adalah mengukur klorofil berdasarkan serapan dari spektrum warna pada panjang gelombang tertentu. Perbedaan pengukuran karotenoid dengan klorofil hanya terdapat pada panjang gelombang yang digunakan pada metode spektofotometri. Panjang gelombang yang digunakan dalam analisa karoten dengan metode spektrofotometri ini yaitu 480 nm, 645 nm dan 663 nm. Karotenoid umumnya larut dalam lemak bersifat non-polar sehingga akan terlarut dengan sangat baik bila dilarutkan dengan larutan yang bersifat non-polar juga.
Karotenoid merupakan suatu zat alami yang sangat penting dan mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut didalam air yang merupakan suatu kelompok pigmen berwarna oranye, merah, atau kuning. Karotenoid memiliki fungsi biologis yang sangat penting sebagai antioksidan dan imunostimulator yang dapat mencegah penyakit, anti inflamasi, anti stress, anti penuaan dini. Senyawa karotenoid ditemukan tersebar luas dalam tanaman (di dalam kloroplas dan kromoplas) dan buah-buahan serta tidak diproduksi oleh tubuh manusia.  Daun juga mengandung senyawa karotenoid walaupun bewarna hijau. Pada tumbuhan tingkat tinggi, kloroplas terutama terdapat pada jaringan parenkim palisade dan parenkim spons daun. Dalam kloroplas, pigmen utama klorofil serta karotenoid dan zantofil terdapat pada membran tilakoid. Inilah yang mengapa di dalam daun terdapat karotenoid.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa daun jambu biji memiliki kandungan karotenoid tertinggi diantara yang lain. Hal ini berhubungan dengan nilai total klorofil daun jambu biji yang juga tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya. Total karoten yang terkandung pada sampel jambu biji yaitu sebesar 0,383 mg/L. Nilai karoten pada bahan bebanding lurus dengan jumlah klorofilnya. Semakin tinggi nilai klorofil suatu sampel maka akan semakin tinggi juga nilai karotenoidnya. Hal ini disebabkan karena di dalam kloroplas terdapat senyawa klorofil dan karotenoid, maka apabila total klorofil tinggi maka total karotenoid juga tinggi.


           
           

















V. KESIMPULAN
            Kesimpulan yang didapat dari praktikum analisa klorofil adalah :
1.      Karotenoid umumnya larut dalam lemak bersifat non-polar sehingga akan terlarut dengan sangat baik bila dilarutkan dengan larutan yang bersifat non-polar.
2.      Kandungan total klorofil sampel berbanding lurus dengan kandungan total karotenoid sampel.
3.      Pengukuran karotenoid dengan spektofotometer dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang 480, 645, dan 663 nm.
4.      Kandungan total karotenoid tertinggi terdapat pada sampel daun jambu biji.
5.      Semakin tinggi kandungan klorofil yang terdapat pada sampel semakin tinggi juga kandungan karotennya.












DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Available from:URL: http://www.iptek.net
Ikawati, R. 2005. Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus carota L.) menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian 1(1): 14-22, Agustus 2005.
Kurniawan, M., Izzati, M., Nurchayati,Y. 2010. Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akautik. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVIII, No. 1, Maret 2010.
Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisonal Untuk Penyakit Malaria. PT. Penerbar Swadaya. Jakarta.
Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat. Jakarta.
Syahputra, M. R., Karwur,F. F., Limantara, L. 2005. Analisa Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi Cair dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO) Menggunakan KCKT Detektor PDA. Jurnal Natur Indonesia 10(2), April 2008:89-97.









LAMPIRAN
Perhitungan total karotenoid :
1)      Karotenoid daun sirsak                 =
                                                            =
                                                            =  0,324 mg/L
2)      Karotenoid daun sirih                   =
                                                            =
                                                            = 0,056 mg/L
3)      Karotenoid daun jambu biji          =
                                                            =
                                                            = 0,383 mg/L