LAPORAN PRAKTIKUM PTP
FIELD TRIP KE PAGAR ALAM
OLEH
IMFRANTONI PURBA
05111003014
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
I. PENDAHULUAN
I.I.
LATAR BELAKANG
I.I.1.
PENGOLAHAN KOPI
Kopi
merupakan bahan minuman tidak saja terkenal di Indonesia tapi juga terkenal di
seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena kopi baik yang bentuk bubuk maupun
seduhannya memiliki aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman
lainnya. Pada mulanya orang memanfaatkan sari dari daun muda dan buah segar
sebagai bahan minuman yang diseduh dengan air panas. Kegemaran minum kopi cepat
meluas ke seluruh dunia setelah ditemukan cara-cara penggunaan dan pengolahan
yang lebih sempurna, yaitu dengan menggunakan kopi yang sudah masak, terlebih dahulu
dikeringkan dan kemudian bijinya disangrai lalu dijadikan bubuk sebagai bahan
minuman.
Bagi Bangsa Indonesia, kopi
merupakan salah satu mata dagangan yang mempunyai arti yang cukup tinggi. Pada
tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar $ 347.8 juta dari ekspor kopi sebesar
210.8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat Pada
tahun 1988 sudah mampu menghasilkan devisa sebesar $ 818.4 juta dan menduduki
peringkat pertama diantara komoditi ekspor sub sector perkebunan.
Sebelum kopi dipergunakan sebagai
bahan minuman, maka terlebih dahulu dilakukan proses roasting.
"flavor" kopi yang dihasilkan selama proses roasting tergantung dari
jenis kopi hijua yang dipergunakan, cara pengolahan biji kopi, penyangraian,
penggilingan, penyimpanan dan metoda penyeduhannya. Cita rasa kopi akan
ditentukan akhirnya oler cara pengolahan di pabrikpabrik. Penyangraian biji
kopi akan mengubah secara kimiawi kandungan-kandungan dalam biji kopi, disertai
susut bobotnya, bertambah besarnya ukuranbiji kopi dan perubahan warna bijinya.
Kopi biji setelah disangrai akan mengalami perubahan kimia yang merupakan unsur
cita rasa yang lezat. Pembahasan lebih lanjut dalam paper ini meliputi
pengolahan kopi dilakukan dua cara yaitu pengolahan secara kering dan basah. Diversifikasi
produksi kopi seperti kopi dekafein, kopi instan dan kopi bubuk.
I.I.2. PENGOLAHAN LAHAN SAWAH
MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN
Setelah
lebih dari dua dekade pemerintah telah mencurahkan perhatian terhadap masalah
pangan dengan mengerahkan seluruh sumberdaya, baik sumberdaya alam, kapital,
dan kelembagaan, akhirnya tahun 1984 Indonesia di kategorikan sebagai negara
berswasembada pangan, utamanya beras. Irawan dkk (2000) mengemukakan bahwa
keberhasilan swasembada beras tersebut ditentukan oleh beberapa faktor kunci
yaitu (a) meningkatnya produktivitas usahatani melalui perbaikan teknologi
usahatani, dan (b) tersedianya anggaran pemerintah yang cukup (berkat boom
minyak) untuk membiayai berbagai proyek dan program pengembangan teknologi
usahatani serta proses sosialisasi di tingkat petani, (c) pengembangan
infrastruktur seperti irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya.
Namun seiring dengan perjalanan
dengan waktu, kendala dalam pengembangan produksi padi semakin berat. Menurut
Kasryno (1995), Rasahan (1996) dan Tabor, et.al. (1999) , kendala pengembangan
produksi padi/beras antara lain: (a) Adanya konversi lahan sawah subur di Jawa
dari pertanian ke non pertanian, sebagai akibat dari berkembangnya kawasan
industri, perkotaan dan pembangunan prasarana ekonomi, sehingga sektor
pertanian terdesak kelahan-lahan marjinal yang produktivitasnya rendah; (b)
Persaingan yang semakin ketat dalam pemanfaatan sumber daya air antara sektor
pertanian dengan sektor industri dan rumah tangga, disertai dengan menurunnya
kualitas air akibat limbah industri dan rumah tangga, yang pada gilirannya
produktivitas pertanian pun menjadi menurun; (c) Kualitas tenagakerja di sektor
pertanian secara umum lebih rendah dari pada sektor industri dan jasa, sehingga
tenagakerja muda cenderung lebih memilih sektor non pertanian.
Di samping tersebut di atas,
kemandegan produksi padi antara lain karena produktivitas padi secara nasional
telah mengalami levelling-off yang disebabkan oleh kemandegan teknologi
terutama penemuan bibit padi unggul, penurunan investasi sarana dan prasarana,
seperti kredit finansial, penyuluhan pertanian, pemeliharaan dan pembangunan
infrastruktur. Akibatnya, memasuki Pelita IV hingga Pelita VI, penerapan
tekonologi tidak lagi memberikan lonjakan produksi yang nyata seperti dalam
Pelita-Pelita sebelumnya, sekalipun luas areal penen masih
dapat
diperluas masing-masing 2,1 dan 1,3 persen pada periode yang sama (Anonymous,
2000).
Krisis ekonomi yang menimpa rakyat
Indonesia telah menyebabkan perubahan mendasar pada sendi-sendi perekonomian,
seperti menurunnya daya beli masyarakat di pedesaan, meningkatnya harga sarana
produksi, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan investasi dan adopsi
teknologi di pedesaan, terutama adopsi teknologi usahatani seperti benih,
pupuk, dan pestisida. Untuk memantapkan kembali penerapan teknologi usahatani
di masa kini, maka perlu ditelaah jenis teknologi usahatani mana yang perlu
ditingkatkan, dan yang mana yang masih baik dilaksanakan oleh petani.
I.I.3. PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM
KEMASAN
Air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sesuai dengan
keputusan Menteri Kesehatan No.:907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum (Depkes, 2002). Slamet (1994) menyatakan,
bagi manusia air minum merupakan kebutuhan utama untuk berbagai keperluan,
seperti mandi, cuci, kakus dan dalam produksi pangan, mengingat bahwa berbagai
penyakit dapat ditularkan melalui air saat manusia memanfaatkannya, maka untuk
memutuskan penularan penyakit tersebut diperlukan sistem penyediaan air bersih
maupun air minum yang baik bagi manusia.
Penyediaan air bersih, selain
kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk itu
perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan
pada pelanggan, karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka perlu
dilakukan pengolahan agar memenuhi standar air minum. Air minum yang ideal
harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dan tidak
mengandung kuman patogen. Air seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya
persyaratan
ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air atau water
borne diseases (Slamet, 1994).
I.I.4. PENGOLAHAN TEH
Tanaman
teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama tersebar
di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan
khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga mencakup banyak
jenis tanaman hias. Kebiasaan minum teh diduga berasal dari China yang kemudian
berkembang ke Jepang dan juga Eropa. Tanaman teh berasal dari wilayah
perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai
Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah
peralihan tropis dan subtropis.
Tanaman teh pertama kali masuk ke
Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang
Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta.
Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu
teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys
di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya
Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di
Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian
Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.
Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jenis
Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan
ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh
Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan
teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin
luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun,
Sumatera Utara.
Kata teh (Camelia sinensis)
berasal dari Cina. Orang Cina daerah Amoy menyebut teh dengan tay. Nama
ini kemudian menyebar ke mancanegara dengan penyebutan yang sedikit berbeda.
Tanaman teh masuk ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang.
Dewasa ini di seluruh pelosok Indonesia aneka produk teh dijumpai sehari-hari. Teh
bisa diminum panas atau dingin, sebagai minuman penyegar atau obat.
I.2. TUJUAN
Untuk
mengetahui secara langsung proses-proses dari pembuatan teh, kopi, ARPA, dan
pengolahan lahan sawah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
PENGOLAHAN KOPI
Tanaman
kopi termasuk dalam famili Rubiaceae dan terdiri atas banyak jenis
antara
Coffea arabica, Coffea robusta dan Coffea liberica. Negara asal tanaman kopi
adalah
Abessinia yang tumbuh di dataran tinggi. Tanaman kopi Robusta tumbuh baik di
dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.000 m diatas permukaan laut,
daerah-daerah dengan suhu sekitar 200C.
Tanaman kopi arabika menghendaki
daerah-daerah yang lebih tinggi sampai
ketinggian
sekitar 1700 m diatas permukaan laut, daerah-daerah yang umumnya dengan suhu
sekitar 10-16°C. Tanaman kopi liberika dapat tumbuh di dataran rendah.
Untuk
tumbuh subur kopi diperlukan curah hujan sekitar 2.000-3.000 mm tiap tahun
serta memerlukan waktu musim kering sekurang-kurangnya 1-2 bulan pada waktu
berbunga dan pad a waktu pemetikan buah. Tanaman kopi mulai dapat menghasilkan
setelah umur 4-5 tahun tergantung pada pemeliharaan dan iklim setempat. Tanaman
kopi dapat memberi hasil tinggi mulai umur 8 tahun dan dapat berbuah baik
selama 15 -18 tahun, jika pemeliharaan tanaman kopi baik, akan menghasilkan
sampai umur sekitar 30 tahun.
Buah kopi yang sudah masak pada
umumnya akan bewarna kuning kemerahan sampai merah tua. Tetapi ada pula buah
yang belum cukup tua tetapi telah terlihat bewana kuning kemerahan pucat yaitu
kopi yang terserang hama bubuk buah kopi. Buah kopi terserang bubuk ini ada
yang sampai mengering di tangkai atau luruh ke tanah. Buah kopi yang kering
tersebut dipetik dan yang luruh di lahan dipungut secara terpisah dari buah
yang masak dan dinamakan pungutan "lelesan". Pada akhir masa panen
dikenal panen "rampasan" atau "racutan" yaitu memetik semua
buah yang tertinggal di pohon sampai habis, termasuk yang masih muda. Petikan rampasan ini dimaksudkan guna
memutus siklus hidup hama bubuk
buah.
Pemetlkan buah kopi dilakukan secara manual. Untuk memperoleh hasil yang
bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik setelah betul-betul matang, kopi
memerlukan waktu dari kuncup bunga 8–11 bulan untuk robusta den 6 sampai 8
bulan untuk arabica. Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika dan kopi yang
ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga
pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi yang
ditanam 'di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga
pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai
bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Agustus/September.
Diperkirakan hasil tanaman
perkebunan, besar dapat mencapai 1000 kg per
hektar
per tahun, sedangkan kopi robusta tanaman rakyat hanya mencapai 500 kg
dan
kopi arabika rakyat 200 kg per hektar per tahun.
II.2. PENGOLAHAN LAHAN SAWAH
MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN
Traktor tangan merupakan traktor
yang hanya mempunyai sebuah poros roda (beroda dua). Traktor ini mempnyai panjang
berkisar 1740-2290 mm, lebar berkisar 710-880 mm dan dayanya berkisar 6-10 HP.
Sebagai daya penggerak utamanya menggunakan motor diesel silinder tunggal.
Prinsip kerja traktor tangan adalah mesin pengolah tanah dengan menggunakan
tenaga penggerak motor bakar yang pada umumnya motor diesel. Sebagai mesin
pengolah tanah, traktor digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah,
seperti bajak piring, garu piring. Berfungsi pula untuk menggerakkan peralatan
stasioner, seperti generator listrik, mesin pompa air, mesin penggilingan
gabah.
II.3. PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM
KEMASAN
Pengawasan biasa
juga disebut pengendalian, yaitu proses menyakinkan bahwa aktifitas aktual
sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Pengawasan membantu pimpinan
memonitor keefektifan perencanaan, pengorganisasian dan kepemimpinan. Bagian
penting dari proses pengawasan adalah melakukan koreksi sesuai dengan yang
dibutuhkan (Harsono, 2004). Salah satu pengertian lain dari pengawasan yaitu
melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan karyawan
untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana (Azwar,
1996).
Manajemen
pengawasan adalah upaya penerapan standar pelaksanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang ada,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa usaha atau kegiatan telah
dilaksanakan secara baik dalam mencapai tujuan (Handoko, 1984).
II.4. PENGOLAHAN TEH
Banyak faktor yang sangat
mempengaruhi rendahnya konsumsi per kapita nasional tersebut antara lain;
faktor internal konsumen seperti budaya, kelas sosial, karakteristik individu,
dan faktor psikologis. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kinerja bauran
pemasaran seperti produk, harga, saluran distribusi, dan promosi serta produk substitusi
(air mineral, susu, kopi dan coklat).
Budaya konsumen merupakan penentu
keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Budaya minum teh ditemukan di
masyarakat China dan Jepang yang
menjadikan teh sebagai minuman sehat (tradisi), sedangkan di Eropa pada umumnya
minum teh merupakan minuman nasional. Di Jawa Barat minum teh merupakan budaya,
karena setiap restoran dan rumah makan serta warung makan menyajikan minuman
teh tanpa gula sebagai minuman pengganti air putih. Walaupun, budaya minum teh
telah menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya dan Jawa Barat khususnya, namun
relatif belum diminum secara teratur.
Dilihat dari kelas sosial,
masyarakat beranggapan bahwa minum teh merupakan minuman kelas rendah,
sedangkan minuman susu atau minuman lainnya dipersepsikan sebagai minuman kelas
sosial tingkat menengah dan atas. Padahal di negara lain, masyarakat yang
mempunyai pendapatan tinggi menganggap sebagai minuman terpenting dalam pergaulan,
karena minum teh telah dianggap sebagai bagian dari life style (gaya
hidup). Hal ini didukung oleh pendapat Ruslina (2003:84-85), tradisi minum teh
telah berkembang di Indonesia, tetapi penghargaan terhadap teh berkualitas
masih rendah, dibandingkan dengan masyarakat di Taiwan yang meyakini minum teh
identik dengan kesehatan.
Fakta ini dibuktikan dengan
rata-rata konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia lebih tinggi yaitu 6,50
kg per tahun, dibandingkan konsumsi susu negara China 2,96 kg, Philipina 0,25
kg, Malaysia 3,82 kg, dan Thailand 2,04 kg. Selain itu, rendahnya tingkat
konsumsi teh juga dipengaruhi oleh semakin gencarnya promosi dari produk
saingan seperti kopi, susu, aqua dan minuman ringan lainnya. Kondisi ini
didukung oleh hasil penelitian Dadang Surjadi, dkk., (2002:92-93) bahwa reaksi
konsumen dalam merespons teh sesuai iklan televisi dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, daya substitusi teh, keluarga, dan kerabat yang merupakan sumber
referensi bagi konsumen.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dsimpulkan bahwa pengaruh iklan yang ditayangkan melalui media televisi sangat
dimungkinkan karena di Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat khususnya,
televisi bukan lagi barang mewah bahkan televisi sudah dianggap kebutuhan
primer bagi sebagian besar rumah tangga. Dilihat dari karaktersitk individu,
secara umum menunjukkan adanya kecenderungan bahwa minuman teh hanya khusus
orang dewasa saja, padahal untuk konsumsi anak-anak dan manusia usia lanjut
jauh lebih baik karena teh dapat memenuhi gizi dan kesehatan. Jumlah konsumsi
teh yang dibeli, erat hubungannya dengan jumlah anggota keluarga, sehingga semakin
besar jumlah anggota keluarga seharusnya jumlah yang dibelipun akan meningkat.
Selanjutnya, faktor psikologis
konsumen yang menunjukkan bahwa kecenderungan seseorang mengkonsumsi minuman
teh masih terbatas pada motivasi untuk menghilangkan rasa haus (pelepas dahaga)
dan relatif belum mengetahui secara luas manfaat dari teh. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nana Subarna, dkk., (2002:5) mengemukakan, bahwa persepsi konsumen
dalam mengkonsumsi minuman teh tercermin dari tujuan dan anggapan konsumen
bahwa produk teh merupakan minuman yang memberi manfaat kesehatan, enak,
menyegarkan, pelepas dahaga, minuman murah, dan mudah didapat.
Selain faktor di atas, kontribusi
yang cukup besar dalam mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian
komoditas teh dalam rumah tangga, tidak terlepas dari faktor produsen teh,
terutama teh merek Sariwangi dan teh Sosro yang begitu gencar melakukan
strategi bauran pemasaran dengan tujuan mempengaruhi konsumen. Strategi bauran
pemasaran yang dilakukan, akan dipersepsikan oleh konsumen melalui kinerja
bauran pemasaran yang terdiri dari produk, seperti kualitas yang ditawarkan
(rasa, aroma, warna air seduhan), merek, dan kemasan produk dengan harga yang
relatif murah dan bersaing antar produsen teh.
Lemahnya kebijakan saluran
distribusi pemasaran yang dilakukan oeh produsen teh, terlihat dari adanya
beberapa merek produk yang masih sulit diperoleh di pasar, kecuali merek
Sariwangi yang memiliki saluran distribusi yang sangat luas dan dengan berbagai
jenis kemasan, sehingga mempermudah konsumen rumah tangga untuk membelinya.
Demikian halnya, pada strategi promosi yang dilakukan produsen belum begitu
gencar, kecuali produsen Sariwangi dan teh Sosro yang melakukan strategi bauran
promosi secara intensif, karena produsen tersebut menyadari bahwa walaupun
produk yang ditawarkan mempunyai kualitas baik, harga yang ditawarkan murah,
dan mempunyai saluran distribusi yang luas, namun tidak melakukan promosi
melalui media yang efektif, maka produk tersebut kemungkinan akan mengalami
kegagalan pasar. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaan
teh mencari peluang dan potensi pemasaran lokal, seharusnya mengintensifkan
promosi, seperti produk bukan teh yang begitu gencar melakukan promosi. Namun,
konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan teh adalah biaya promosinya
perlu ditingkatkan.
Salah satu upaya pemerintah Provinsi
Jawa Barat meningkatkan konsumsi teh per kapita nasional, yaitu melakukan kerja
sama sejak tahun 2003 dengan perusahaan dan instansi terkait untuk melaksanakan
festival teh secara rutin setiap tahun dengan tujuan untuk memotivasi produsen
dan konsumen.
Menurut Ruslina (2003:84-85),
festival semacam ini dapat dijadikan suatu pesta tradisi seperti di negara
Taiwan, karena tingkat kepedulian pemerintah terhadap industri teh sangat
tinggi, sehingga setiap festival tersebut diadakan kompetisi bagi perusahaan
yang mempunyai kualitas teh terbaik akan muncul sebagai juara dan diberi
penghargaan oleh pemerintah.
Selain itu, festival yang dilakukan
bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat pada umumnya, bahwa produk teh
memiliki banyak jenis dan kualitasnya serta sangat bermanfaat bagi kesehatan,
karena selama ini citra minum teh sering kali disepelekan. Menurut Maman
Aristiana (1997:49), bagi orang yang mengidap penyakit darah tinggi, jantung, diabetes,
ginjal, asam urat dan kegemukan, sangat dilarang untuk minum kopi atau coklat,
tetapi baik untuk membiasakan minum teh.
Mengingat peluang pasar domestik
sangat potensial, dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang saat ini telah
mencapai kurang lebih 250 juta jiwa. Jika diasumsikan ada 50 persen atau 125
juta jiwa penduduk Indonesia mengkonsumsi teh dan diperkirakan akan naik dari
350 gram menjadi 500 gram atau 0,5 kg per kapita tahun. Maka potensi penjualan
lokal adalah 125 juta jiwa X 0,5 kg = 62.500.000 kg = 62.500 ton per tahun.
Mempelajari data tersebut di atas,
tampak bahwa pasar lokal cukup menjanjikan, sehingga masalah persaingan pada
pasar ekspor dan kelebihan produksi yang dialami oleh perusahaan teh saat ini
dapat teratasi. Namun, perusahaan perlu kerja keras dengan mengintensifkan
promosi, terutama sekali informasi tentang manfaat dan pentingnya minum teh
dalam lingkungan keluarga. Perusahaan perlu melakukan diversifikasi produk teh
dengan kemasan yang lebih menarik. Hal ini sejalan dengan pendapat Soelaeman
(2003:28), ditengah serbuan merek global di era pasar bebas, kunci sukses
adalah kuasai pasar lokal taklukkan global, seperti minuman mineral merek Equil
yang memiliki kemasan botol menyerupai botol minuman klasik berkesan mewah,
eksklusif dan memiliki nilai estetika tinggi, citarasa tinggi serta memenuhi
kualifikasi internasional. Oleh karena itu, strategi tersebut dapat ditiru oleh
produsen teh, sebab minuman teh dilihat dari konsumsi internasional merupakan
minuman nomor dua setelah minuman mineral (aqua).
III.METODELOGI
Adapun
waktu diadakannya kunjungan perjalanan ini (fieldtrip) adalah pada tanggal
17-19 Mei 2011,
di kota Pagar Alam. Tempat yang dikunjungi antara lain :
1.
PTPN
VII
Melihat
langsung proses pemotongan
daun
teh di kebun the PTPN
VII dengan
menggunakan mesin potong khusus.
2.
Penggilingan
kopi
Pengolahan
kopi mulai dari dijemur, dipisahkan dari biji dengan kulit arinya hingga
penggilingan kopi yang siap dipasarkan.
3.
Perusahaan
air minum ‘ARPA’
Melihat secara lansung sumber mata
air yang digunakan dalam pembuatan air minum dalam kemasan yang diberi nama
ARPA,sampai proses penyaringan hingga pengemasan air minum dalam kemasan ARPA.
4.hand traktor
3.1 Tempat dan Waktu
Tempat :
Sebudang sawah di pagar alam
Waktu : 17 mei 2012
3.2 Alat dan Bahan
Alat
:
traktor tangan ( hand tractor )
Bahan
: Bensin
3.3 Cara kerja
Traktor tangan ( hand tractor )
Cara Menghidupkan :
1.
Traktor
ditempatkan pada tempat yang datar, dengan ventilasi udara yang baik.
2.
Traktor
sudah diperiksa dan dalam kondisi baik, beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada saat dan setelah mematikan tractor,
tuas kopling utama diposisikan ‘OFF´ atau ‘rem´, sehingga traktor tidak
berjalan pada saat dihidupkan.
3.
Untuk
keamanan, semua tuas persneleng pada posisi netral.
4.
Buka kran bahan bakar, sehingga terjadi
aliran bahan bakar ke ruang pembakaran
5.
Gas
dibesarkan pada posisi ‘start´, sehingga ada aliran bahan bakar (solar) yang
cukup banyak di ruang pembakaran.
6.
Tuas
dekompresi ditarik dengan tangan kiri, untuk menghilangkan tekanan diruang
pembakaran pada saat engkol diputar.
7.
Engkol dimasukkan ke poros engkol, lalu putar engkol
searah jarum jam beberapa kali, agar oli pelumas dapat mengalir ke atas melumasi
bagian-bagian traktor. Biasanya dilengkapi dengan
indikator, untuk menunjukkan adanya aliran pelumas.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1. HASIL
1.PENGOLAHAN
KOPI
Pada pengolahan kopi
dilakukan dengan tiga proses setelah selesai di jemur/dikeringjan secara manual
yaitu
·
Penyanggraian ( pengurangan kadar air)
Yaitu
dengan menggunakan mesin pada suhu 100 0C dalam waktu 1 jam
·
Penggilingan yaitu dilakukan 2 kali
dengan menggunakan mesin yaitu yang pertama masih kasardan yang kedua sampai
halus menjadi siap dikemas
·
Pengemasan yaitu menggunakan plastik dan
alumanium foil
2. PENGOLAHAN LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR
TANGAN
Pada
pengolahan lahan sawah menggunakan traktor tangan prosedur pengolahannya
dilakukan dengan sistem lurus dilakukan 2 kali pengolahan untuk membentuk lahan
sawah yang benar-benar gembur/halus.
3. PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN
Air yang ditampung dari
mata air langsung di pindahkan ke mesin pengemsan,mesin memasukkan air yang
akan dikemas dalam kemasan ARPA lalu petugas penjaga memasukkan nya dalam kotak
sehingga siap dipasarkan.
4.
PENGOLAHAN TEH
Teh
hasil pemetikan langsung di antar ke pabrik untuk mengurangi respirasi daun teh
lalu di olah dipabrik hingga siap pasarkan.
IV.2. PEMBAHASAN
1. PENGOLAHAN KOPI
PANEN
DAN PASCA PANEN
Panen
Pemanenan
buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak. Penentuan
kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna
hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna
merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh
terlampaui (over ripe). Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam
setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan :
1)
Pemetikan pilih/selektif (petik merah) dilakukan terhadap buah masak.
2)
Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3)
Pemetikan lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat
pemetikan.
4)
Pemetikan racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang
masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Pengolahan
Biji Kopi
Pengolahan
biji merah dilakukan dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar
diperoleh biji kopi kering dengan tampilan yang bagus, sedangkan buah campuran
hijau, kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering.
Hal
yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau
sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga
aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented).
PEMBUBUK KOPI (Grinder)
Fungsi: Memperkecil ukuran partikel kopi sesuai dengan
keinginan konsumen. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Mutu bubuk kopi hasil
pembubukan baik; b. Keseragaman bubuk kopi baik; c. Perawatan mudah dan murah,
serta mudah dioperasikan; d. Energi rendah dan efisien. Spesifikasi Teknis: a.
Kapasitas: 15-60 kg kopi biji sangrai/jam; b. Tipe: Pin mill; c. Transmisi:
Pulley dan sabuk karet V; Penggerak: Motor listrik 5,5 HP, 220 V, 1.440 rpm,
single phase; e. Dimensi: 800 x 600 x 1.000 mm; f. Bahan konstruksi: Plat
aluminium, plat besi.
Sortasi
(Pemisahan)
Sortasi
Buah
Sortasi
buah dilakukan untuk memisahkan buah yang bagus (masak, bernas, seragam) dari
buah yang tidak bagus (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang
hama/penyakit).
Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat
merusak mesin pengupas.
Sortasi
Biji Kopi Beras
Sortasi
biji kopi beras bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non
kopi seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi. Selain itu juga untuk
memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran dan cacat biji. Pemisahan berdasarkan ukuran
dapat menggunakan ayakan mekanis maupun dengan manual.
Pengemasan
dan Penggudangan
Pengemasan kopi menggunakan plastik dan alumanium foil, kopi ditimbang
sambil dikemas ditimbang dengan menggunakan timbangan dialog. Pengemasan dengan
plastik dan alumanium foil memiliki keunggulandan kelemahan
masing-masing.Sebelum dikemas kantong tempat kopi bubuk dibuka terlebih dahulu
selama 1 jam untuk mengurangi panas setelah itu baru dikemas.
Kelemahan menggunakan plastik yaitu apabila suhu
tempat terlalu panas dapat mempengaruhi rasa dan bau kopi.
Kelebihan plastik yaitu biaya yang dibutuhkan lebih
murah dan pembungkusannya lebih mudah.
Kelemahan menggunakan alumanium foil yaitu bahan
yang dibutuhkan semakin mahal.
Kelebihan menggunakan alumanium foil yaitu dapat
bertahan hingga 2 tahun dan jika terkena panas yang cukup tinggi tidak akan
mempengaruhi rasa dan bau kopi.
2. PENGOLAHAN LAHAN SAWAH
MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN
Pengolahan
lahan sawah dilakukan menggunakan trator tangan, dilakukan dari samping lahan
sawah yang dibajak dengan menggunakan bajak yang berputar untuk menggemburkan
tanah.Bagian dan fungsi traktor tangan.
Kerangka dan Transmisi (Penerus Tenaga) Traktor Tangan
Kerangka
berfungsi sebagai tempat kedudukan motor penggerak, transmisi dan bagian
traktor lainnya. Bagian traktor dikaitkan dengan kerangka dengan menggunakan
beberapa buah baut pengencang. Mengoperasikan Tarktor Roda Dua 12 Transmisi
berfungsi memindahkan tenaga/putaran dari motor penggerak ke alat lain yang
bergerak. Jenis transmisi yang digunakan ada beberapa macam, seperti : pully,
belt, kopling, gigi persneleng, rantai dan sebagainya.
Tuas Kendali/Kontrol Traktor Tangan
Tuas
kendali adalah tuas-tuas yang digunakan untuk mengendalikan jalannya traktor.
Untuk mempermudah jalannya operasional, traktor tangan ada banyak tuas kendali.
Namun begitu banyaknya tuas kendali ini akan mengakibatkan traktor menjadi
lebih berat, dan harganya lebih mahal. Untuk itu sekarang banyak diproduksi
traktor yang hanya dilengkapi dengan beberap tuas kendali. Tujuannya agar
traktor menjadi ringan, dan harganya menjadi lebih murah. Meskipun kemampuan
traktor menjadi terbatas.
Tuas persneleng utama traktor tangan
Tuas
persneleng utama berfungsi untuk memindah susunan gigi pada persneleng,
sehingga perbandingan kecepatan putar poros motor penggerak dan poros roda
dapat diatur.Traktor tangan yang lengkap biasanya mempunyai 6 kecepatan maju
dan 2 kecepatan mundur. Kecepatan ini dapat dipilih sesuai dengan jenis
pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Tuas persneleng cepat lambat traktor tangan
Tuas ini
tidak selalu ada. Apabila tuas persneleng utama hanya terdiri dari 3 kecepatan
maju dan 1 kecepatan mundur, biasanya traktor tangan dilengkapi dengan tuas
persneleng cepat lambat. Fungsi perneleng ini untuk memisahkan antara pekerjaan
mengolah tanah dengan pekerjaan transportasi (berjalan dan menarik
trailer/gerobak). Dengan adanya tuas cepat lambat, kemungkinan salah dalam
memilih posisi persneleng bisa dikurangi.
Tuas persneleng mesin rotary traktor tangan
Tuas persneleng mesin rotary berfungsi sebagai pengatur kecepatan putar poros PTO. Biasanya ada dua macam kecepatan dan satu netral. Apabila hasil pengolahan yang diharapkan halus dan gembur, maka tempatkan posisi tuas persneleng mesin rotary pada posisi cepat. Begitu juga sebaliknya. (Kecepatan putar pisau rotary dapat juga diatur dari posisi pemasangan rantai penghubung).
3.
PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN
Pada
pengolahan air minum dalam kemasan air yang berada dari mata air yang tertutup
oleh kaca langsung dipindahkan ke mesin penyaring untuk menyaring kotoran
seperti pasir atau adanya tumbuhan lumut yang tumbuh disekitar mata air yang
terikut hanyut kedalam mesin penyaring, air hasil saringan langsung dialirkan
ke mesin pengemsan utuk dikemas pada setiap alat mesin pengemasan ada dua orang
yang menjaga untuk memasukkan air yang sudah dikemas ke dalam kotak karton
hingga airkemasan siap di pasarkan.
Air tersebut dibuat didalam kaca
agar tidak tercemar oleh udara luar atau mahluk hidup dari luar.
4.
PENGOLAHAN TEH
Pemetikan
Pemetikan adalah pekerjaan memungut
sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian
diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. Pemetikan
harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan daun dan
syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Pemetikan
berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi
tinggi secara berkesinambungan. Ada dua macam ranting daun yang dipetik dan
digunakan dalam pengolahan teh, yaitu ranting peko dan ranting burung. Jika
dianalisa maka ranting peko akan menghasilkan teh hijau dengan kualitas lebih
baik daripada rantai burung. Rantai peko adalah ranting yang masih kuncup,
masih tergulung dan tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung adalah ranting yang
tidak memiliki kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif atau dorman.
Jenis Pemetikan
Pemetikan
menurut waktunya ada tiga jenis, yaitu:
a.
Petikan Jendangan
Petikan
jendangan merupakan petikan yang dilakukan sekitar 1 bulan setelah tanaman
dipangkas.
b.
Petikan Biasa
Setelah
2-2,5 bulan dilakukan petikan jendangan, akan tumbuh tunas tersier dan bentuk
tanaman rata. Kemudian dilakukan petikan biasa dimana giliran petik dilakukan
antara 10-11 hari dan berlangsung sampai dilakukan pemangkasan berikutnya,
yaitu 3 tahun.
c.
Petikan Gandesan
Tanaman
yang terus-menerus dipetik akan semakin menurun produksinya. Untuk
mempertahankannya, dilakukan pemangkasan. Pemangkasan ini berjarak 3 tahun
setelah pemangkasan pertama. Sebelum diadakan pemangkasan biasanya masih
terdapat pucuk-pucuk yang masih bisa dipetik. Pemetikan pucuk-pucuk tersebut disebut
pemetikan gandesan.
Pengangkutan
Pucuk
Pengangkutan
pucuk merupakan kegiatan mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik. Sebelum
melaksanakan proses pengolahan, pucuk teh harus dalam keadaan baik, artinya
keadaannya tidak mengalami perubahan selama pemetikan sampai ke lokasi
pengolahan. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu tinggi. Oleh
karena itu, proses pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting. Hal yang
dilakukan untuk mencegah kerusakan daun untuk antara lain:
a.
Jangan terlalu menekan daun agar daun tidak terperas.
b.
Dalam membongkar daun, jangan menggunakan barang-barang dari besi atau yang
tajam agar daun tidak robek atau patah.
c.
Hindari terjadinyan penyinaran terik matahari dalam waktu lama, lebih dari 3
jam.
d.
Jangan menumpuk daun sebelum dilayukan dalam waktu yang lama (daun segera
dilayukan)
Penerimaan
Pucuk
Pucuk
yang sudah sampai di pabrik harus segera diturunkan dari truk untuk menghindari
kerusakan pucuk, selanjutnya pucuk akan segera ditimbang dan diangkut ke whitering
through untuk dilayukan.
Proses
Pengolahan
Tahapan
pengolahan teh hijau yang baik dan benar terdiri dari pelayuan, penggulungan,
pengeringan, dan sortasi kering. Untuk mendapatkan teh hijau yang bermutu
diperlukan suatu program pengolahan yang benar dan sesuai dengan
prinsip-prinsip pengolahan yang efisien.
PROSES
PENGOLAHAN TEH
Untuk
mendapatkan teh hijau dengan kualitas yang baik sesuai dengan standar mutu
permintaan pasar, diperlukan suatu program pengolahan yang benar, terarah, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip pengolahan yang efisien dan berkesinambungan.
Disamping itu, diperlukan bahan baku (pucuk) yang bermutu tinggi minimal 60% halus
(muda) dan kerusakan pucuk serendah mungkin (5%). Tahapan pengolahan teh hijau
terdiri dari pelayuan, penggulungan, pengeringan pertama, pengeringan kedua,
sortasi kering, serta pengemasan.
a.
Pelayuan
Pelayuan
pada teh hijau bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan
menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar pucuk menjadi lentur dan mudah
digulung. Proses pelayuan dilakukan sampai pada tahap layu tertentu, yang sifat
pelayuannya berbeda dibanding dengan cara pelayuan teh lokal. Pelayuan harus
segera dilakukan setelah daun teh dipetik. Daun teh harus segera diolah
dipabrik pengolahan secepat mungkin dengan transportsi yang efisien yang
merupakan aspek penting dalam pengolahan teh untuk meminimalkan kerusakan. Pelayuan
dilaksanakan dengan cara mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam
alat pelayuan Rotary Panner dalam keadaan panas dengan suhu pelayuan
80-100oC. selama proses pelayuan berlangsung dalam Rotary Panner,
terjadi proses penguapan air baik yang terdapat di permukaan maupun yang
terdapat didalam daun. Uap air yang terjadi harus secepatnya dikeluarkan dari
ruang Roll Rotary Panner, untuk menghindari terhidrolisanya klorofil oleh
uap asam-asam organik. Perubahan kimia yang terjadi selama pelayuan antara lain
dalam proses respirasi akan terjadi penurunan gula oleh oksigen menjadi energi
dan karbondioksida. Apabila gula berangsur-angsur berkurang maka akan terombak
pula senyawa-senyawa lain hasil metabolisme yang terlebih dahulu menjadi gula. Suhu
pelayuan harus sama (stabil) agar dapat dicapai tingkat layu yang tepat.
Tingkat layu pucuk dinilai berdasarkan presentase layu, yaitu perbandingan
berat pucuk layu terhadap pucuk basah yang dinyatakan dalam persen. Persentase
layu teh hijau lokal adalah 60-70%, dan untuk teh hijau ekspor sekitar 60%
dengan tingkat kerataan layuan yang baik. Tingkat layu yang tepat ditandai
dengan keadaan pucuk layu yang berwarna hijau cerah, lemas, dan lembut, serta
mengeluarkan bau yang khas. kriteria untuk menentukan tingkat kelayuan daun
antara lain:
•
bentuk daun lemas, agak lekat seperti daun yang dimasukkan dalam air panas.
•
warna daun hijau kekuning-kuningan atau hijau muda
•
air seduhan daun layu jernih dengan sedikit warna hijau atau pucat
•
kadar air 65-70%.(PT. RSK I. 2008).
b.
Penggulungan
Penggulungan
pada pengolahan teh hijau bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama
penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan
terjadi pemotongan. Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk layu keluar
mesin Rotary Panner. Untuk membuat teh hijau mutu ekspor, penggunaan
mesin penggulung yang berukuran 26” tipe single action sangat cocok
untuk tujuan tersebut. Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi
penghancuran daun teh yang terlalu banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk
dengan mutu yang kurang menguntungkan. Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat
layu pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. Lama
penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu
masuk mesin penggulung(PT. RSK I. 2008).
c.
Pengeringan
Pengeringan
pada teh hijau bertujuan untuk menurunkan kadar air dari pucuk yang digulung
hingga 3-4%, memekatkan cairan sel yang menempel di permukaan daun sampai
berbentuk seperti perekat, dan memperbaiki bentuk gulungan teh jadi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan dua tahap pengeringan, masing-masing
menggunakan mesin yang berbeda. Mesin pengering pertama disebut ECP (Endless
Chain Pressure) Dryer. Pada mesin pengering ini, suhu diatur supaya suhu
masuk 130-135oC dan suhu keluar 50-55oC dengan lama pengeringan 25 menit. Pada
pengeringan pertama ini, jumlah air yang diuapkan mencapai 50% dari bobot
pucuk, sehingga hasilnya baru setengah kering dengan tingkat kekeringan 30-35%.
Pada pengeringan tahap kedua digunakan mesin pengering Rotary Dryer tipe
Repeat Rool. Maksud pengeringan kedua adalah untuk menurunkan kadar air
sampai 3-4% serta memperbaiki bentuk gulung teh keringnya. Pengeringan dalam
rotary dryer menggunakan suhu tidak lebih dari 70oC dengan lama pengeringan
80-90 menit, dan putaran rotary dryer 17-19 rpm. Untuk memperoleh hasil
pengeringan yang baik selain ditentukan oleh suhu dan putaran mesin juga ditentukan
oleh kapasitas mesin pengering. Kapasitas per batch mesin pengering ditentukan
oleh diameter mesin itu. Rotary Dryer yang rollnya berdiameter 70 cm, mempunyai
kapasitas pengeringan sebesar 40-50 kg teh kering, dan untuk roll yang
berdiameter 100 cm kapasitasnya 60-70 kg teh kering.(PT. RSK I. 2008).
d.
Sortasi Kering
Teh
yang berasal dari pengeringan masih heterogen atau masih bercampur baur, baik
bentuk maupun ukurannya. Selain itu teh masih mengandung debu, tangkai daun dan
kotoran lain yang berpengaruh terhadap mutu teh nantinya. Untuk itu, dibutuhkan
proses penyortiran atau pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk dan
ukuran teh yang seragam sehingga cocok untuk dipasarkan dengan mutu terjamin. Sortasi
kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan mengelompokkan jenis mutu teh
hijau dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hijau. Pada
prinsipnya, sortasi kering teh hijau adalah.
•
memisahkan keringan teh hijau yang banyak mengandung jenis mutu ekspor,
•
memisahkan partikel-partikel yang mempunyai bentuk dan ukuran yang relatif sama
kedalam beberapa kelompok (grade), kemudian memisahkannya dari tulang-tulang
daunnya,
•
melakukan pemotongan dengan tea cutter bagian-bagian teh yang ukurannya
masih lebih besar dari jenis mutu yang dikehendaki,
•
setelah hasil sortasi teh hijau terkumpul menjadi beberapa jenis dilakukan polishing
dengan menggunakan mesin polisher,
•
hasil sortasi ini dikelompokkan kedalam jenis-jenis mutu teh hijau sesuai
dengan mutu yang ada.
e.
Penyimpanan dan Pengemasan
Penyimpanan
dan pengemasan mutlak dilakukan mengingat teh yang baru dihasilkan belum bisa
langsung di pasarkan. Selain jumlahnya masih sedikit, teh yang baru disortasi
masih perlu didiamkan agar kelembaban teh bisa terkontrol. Proses ini terutama
hanya untuk menjaga aroma teh yang harum. Pengemasan teh hijau dilakukan dengan
bahan pembungkus kantong kertas yang didalamnya dilapisi aluminium foil. Untuk
memasarkannya teh hijau biasa dikemas dalam kantong kertas atau kantong plastik
dengan ukuran kemasan bervariasi. Tujuan pengemasan teh adalah:
a.
Melindungi produk dari kerusakan.
b.
Mepermudah transportasi.
c.
Efisien dalam penyimpanan di gudang.
d.
Dapat digunakan sebagai alat promosi.
Penentuan
Mutu Teh Hijau
Dasar
yang digunakan untuk menentukan mutu teh hijau adalah sifat luar dan sifat dalam
dari teh hijau.
A.
Sifat Luar
•
Warna teh kering : hijau muda dan hijau kehitam-hitaman
•
Ukuran : homogen dan tidak tercampur remukan
•
Bentuk : tergulung, terpilin
•
Aroma : wangi sampai kurang wangi, tidak apek
B.
Sifat Dalam
•
Seduhan : jernih, sedikit berwarna hijau atau kekuning-kuningan. Warna tetap meskipun
seduhan menjadi dingin.
•
Ampas : berwarna hijau
•
Rasa : rasa khas teh hijau, sedikit pahit, dan lebih sepet dibanding teh hitam.
V. KESIMPULAN
V.1
Kesimpulan yang didapat dari pembahasan ini, antara lain sebagai berikut
1. Proses
pemetikan pucuk daun teh akan berpengaruh pada mutu dan hasil teh yang baik.
2. Pemetikan daun teh dengan menggunakan mesin pemotong
lebih mengehemat tenaga kerja.
3. Pemetikan daun teh dengan menggunakan mesin pemotong
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk waktu pemetikan kembali apabila
dibandingkan dengan metode pemetikan secara manual.
4. Kualitas
suatu kopi juga tergantung terhadap kadar air kopi tersebut. Karena akan
mempengaruhi pada proses penggilingan.
5. Tanaman
teh hidup pada dataran rendah dengan ketinggian 1000 m dari
permukaan laut.
6. pengusaha
kopi kesulitan dalam mendapatkan alat yang dapat megeringkan kopi dalam waktu
cepat dan banyak apabila terjaadi musim hujan.
7. Keamanan
dan kesterilan sumber mata air yang digunakan dalam pembuatan air minum dalam
kemasan adalah hal yang paling berpengaruh dalam pembuatan produk ini.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus
Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas
Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi
Ulang
kota Batam, 2008.
Ciptadi,
W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut
Pertanian
Bogor.
Clarke,
R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe chemestry (Volume 1). Elsevier Applied
Science,
London and New York.
Clarke,
R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe Technology (Volume 2). Elsevier Applied
Science,
London and New York.
Anonymous.
2000. Pengkajian Mengenai Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah. Pusat
Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Rasahan,
C.A. 1996. Perspektif Strategi Ketenagakerjaan Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan
Produktivitas Pertanian.
Pintauro, D. N., 1977. Tea and Soluble Tea
Product Manufacture. Noyes data Co. New Jersey.
Stahl, W. H., 1969. Teh Chemistry of Tea and Tea Manufacturing.
Mc. Cormic and Co. inc. Baltimore. Maryland.
Pamaswamy,
N.S., 1958. Teh Chemistry of Tea Manufacture. Tea Quart. 29 : 95-98.
Kirk, R. E. and
P. F. Othmer, 1965. Chemistry of Tea.
Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 13 2nd. John Wiley and Sons
Inc. New York.
Sutjahyo, B. Air Minum
“Kebijakan Kemitraan Pemerintah dan Swasta
dalam penyediaan Air Minum Perkotaan”. Tirta Dharma, Jakarta, 2000
Purwana,
Racmadi, Pedoman dan Pengawasan
Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Depkes RI – WHO, Jakarta, 2003
Suprihatin, Sebagian
Air Minum Isi Ulang Trcemar Bakteri Coliform.Tim Penelitian Laboratorium
Teknologi dan Manajemen lingkungan, IPB, Kompas, 26 April 2003.
Sulistyawati,
Dwi, Studi Kualitas Bakteriologi Air
Minum Isi Ulang Tingkat Produsen di Kota Semarang, tidak diplubikasikan,
2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar