Jumat, 08 November 2013

FERMENTASI UJI VIABILITAS SEL KHAMIR DAN AKTIVITAS RAGI

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FERMENTASI
UJI VIABILITAS SEL KHAMIR DAN AKTIVITAS RAGI
UNSRI-1















Oleh :
IMFRANTONI PURBA
05111003014









TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
A. PENDAHULUAN
              Khamir adalah mikroorganisme eukariot yang diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, dengan 1.500 species yang telah dapat dideskripsikan, (diperkirakan 1% dari seluruh spesies fungi). Khamir merupakan mikroorganisme uniseluler, meskipun beberapa spesies dapat menjadi multiseluler melalui pembentukan benang dari sel-sel budding tersambung yang dikenal sebagai hifa semu(pseudohyphae), seperti yang terlihat pada sebagian besar kapang. Ukuran kapang bervariasi tergantung spesies, umumnya memiliki diameter 3–4 µm,namun beberapa jenis khamir dapat mencapai ukuran lebih 40 µm. Sebagian besar khamir bereproduksi secara aseksual dengan mitosis, dan dengan pembelahan sel asimetris yang disebut budding (Dwidjoseputro, 2009).
              Khamir merupakan chemoorganotroph karena menggunakan senyawa organik sebagai sumber energi dan tidak membutuhkan cahaya matahari untuk pertumbuhannya. Sebagian besar karbon didapat dari gula heksosa seperti glukosa dan fruktosa, atau disakarida seperti sukrosa dan maltosa. Beberapa spesies dapat memetabolisme gula pentosa seperti ribosa, alkohol, dan asam organik. Spesies khamir ada yang membutuhkan oksigen untuk respirasi seluler aerobik (aerob obligat) atau anaerobik, namun juga dapat menghasilkan energi secara aerobik (anaerob fakultatif). Tidak seperti bakteri, belum ada spesies khamir yang hanya dapat tumbuh secara anaerob (anaerob obligat). Khamir tumbuh dengan baik pada lingkungan pH netral atau sedikit asam. Suhu optimal pertumbuhan khamir bervariasi antar spesies (Skou, 2007).
            Khamir termasuk fungi, tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatif pada khamir terutama dengan cara pertunasan/budding. Sebagai sel tunggal, khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibandingkan dengan kapang yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Khamir juga lebih efektif dalam memecah komponen kimia dibandingkan dengan kapang karena mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir juga berbeda dari ganggang karena tidak dapat melakukan proses fotosintesis, dan berbeda dari protozoa karena mempunyai dinding sel yang kuat. Khamir mudah dibedakan dari bakteri karena ukurannya yang lebih besar dan morfologinya yang berbeda dengan bakteri (Hasanah, 2009)
            Khamir adalah fungi uniseluler yang bersifat mikroskopik. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 mikrometer sampai 20 mikrometer, dan lebar 1-10 mikrometer. Bentuk sel khamir bermacam-macam yaitu bulat, oval, silinder atau batang, segitiga melengkung, berbentuk botol, bentuk apikulat atau lemon, membentuk pseudomiselium dan sebagainya. Khamir tumbuh paling baik pada kondisi dengan persediaan air cukup, karena khamir dapat tumbuh pada medium dengan konsentrasi solut (gula atau garam) lebih tinggi daripada bakteri, dapat disimpulkan bahwa khamir membutuhkan air untuk pertumbuhan lebih kecil dibandingkan kebanyakan bakteri (Fardiaz, 2008).
            Keasaman dan suhu yang layak adalah penting bagi pertumbuhan dan aktivitas khamir. Adapun pH yang disukai antara 4-4,5. Pada keadaan alkalis tidak dapat tumbuh dengan baik, sedangkan keadaan yang aerobik sangat disukai (Winarno, 2007).
            Kisaran suhu untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umumnya hampir sama dengan kapang yaitu dengan suhu optimum 25-30ºC dan suhu maksimum 35-47ºC. Beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0ºC atau kurang. Pertumbuhannya yang lambat dan kesanggupannya untuk bersaing kurang, khamir sering tumbuh pada lingkungan yang kurang baik untuk pertumbuhan bakteri, lingkungan tersebut antara lain pH rendah, kelembaban rendah, kadar gula dan garam yang tinggi, suhu penyimpanan rendah, radiasi pada makanan dan adanya antibiotika. Secara umum gula merupakan sumber energi yang paling baik, hanya untuk jenis khamir oksidatif dapat menggunakan asam-asam organik dan alkohol. Khamir mampu menggunakan berbagai macam sumber nitrogen. Sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein, kebanyakan khamir dapat menggunakan ion nitrat dan nitrit (Buckle, 2007).
            Khamir yang digunakan dalam pembuatan roti dan bir merupakan spesies Saccharomyces yang bersifat fermentatif kuat. Tetapi dengan adanya oksigen, S. cerevisiae juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbondioksida dan air. Oleh karena itu, tergantung dari kondisi pertumbuhan, S. cerevisiae dapat mengubah sistem metabolismenya dari jalur fermentatif menjadi oksidatif (respirasi). Kedua sistem tersebut menghasilkan energi, meskipun energi yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan melalui fermentasi (Desroiser, 2008).
            Ragi roti merupakan khamir bersel  tunggal Saccharomyces cerevisiae dimana terdapat sejumlah enzim di dalam  cairan sel ragi salah satunya adalah enzim invertase dan enzim zimase. Enzim  invertase yang berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida  (glukosa dan fruktosa) serta enzim zimase yang mengubah monosakarida  tersebut menjadi alkohol pada proses fermentasi (Pelczar, 2007).


B. Tujuan
            Untuk mengetahui viabilitas sel khamir dan aktivitas ragi.



















C. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Kelompok
Uji Viabilitas
Uji
Waktu
Aktivitas
  Volume adonan
Ganjil
Biru (-)
Bening (+)
0 menit
10 menit
20 menit
30 menit
40 menit
67 mL
71 mL
76 mL
82 mL
84 mL
Genap
Biru (+)
Bening (+)
0 menit
10 menit
20 menit
30 menit
40 menit
66 mL
67 mL
67 mL
69 mL
74 mL































B. Pembahasan
            Ragi yang digunakan pada praktikum ini yaitu jenis vita dan fermipan. Mikroba utama dalam ragi roti ini adalah jenis khamir Saccharomyces cerevisiae. Sel khamir ini memiliki sifat-sifat fisiologi yang stabil, sangat aktif dalam memecah gula, terdispersi dalam air, mempunyai daya tahan simpan yang lama, dan tumbuh dengan sangat cepat. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat koloni khamir yang tumbuh pada media. Kemudian setelah dilakukan pewarnaan dengan methilen blue, dan di amati dengan mikroskop terlihat mikroorganisme yang tumbuh berbentuk kokus dan berwarna biru dan bening. Dari data tersebut, dapat diduga bahwa mikroorganisme tersebut adalah khamir S.cerevisiae. Khamir yang berwarna bening tersebut menandakan bahwa masih hidup karena sel yang masih hidup tidak menyerap methilen blue. Khamir yang berwarna biru tersebut menandakan bahwa telah mati karena sel yang telah mati dapat menyerap methilen blue.
            Jika viabilitas sel rusak, membran luar sel tidak dapat menahan cairan yang keluar masuk sel. Ini dapat menyebabkan warna biru dari Methylen Blue masuk ke dalam sel, dan sel terlihat berwarna biru. Sedangkan sel yang masih hidup terlihat tidak berwarna di bawah mikroskop. Sel yang masih hidup masih memiliki viabilitas sel yang baik, sehingga membran luar selnya dapat mengatur apapun yang keluar masuk sel. Sel khamir yang masih hidup ini dapat menahan Methylen Blue, sehingga menjadi tidak berwarna. Khamir dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya, yaitu yang bersifat fermentatif dan oksidatif. Khamir fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol, yaitu memecah glukosa melalui jalur glikolisis.
            Pengamatan pada uji aktivitas ragi, gelas  ukur yang digunakan ditutup dengan tujuan agar sel khamir dapat tumbuh dan berkembang, karena sel khamir hanya dapat tumbuh pada lingkungan yang anaerobik, jika tidak kita tutup maka tidak akan mengembang karena udara dapat masuk dan menghambat kerja dan pertumbuhan sel khamir yang ada pada adonan roti. Selama pengadukan adonan dan fermentasi, ragi roti menghasilan sedikit etanol dan gas CO2. Etanol yang dihasilkan akan menguap selama pemanggangan, sedangkan gas CO2 ditahan oleh gluten terigu sehingga roti mengembang. Semakin kuat gluten menahan terbentuknya gas CO2, semakin mengembang volume adonan roti. Ragi roti di dalam adonan akan bekerja secara optimal bila suhunya di bawah 30°C. Bila suhu adonan melebihi 30°C, maka aktivitas ragi akan berkurang sehingga fermentasi roti akan semakin lama. Peningkatan volume adonan diamati setiap 10 menit selama 40 menit. Pengembangan volume yang meningkat dapat terjadi karena suhu adonan masih optimal bagi sel khamir dan karena nutrisi yang dibutuhkan sel khamir masih banyak tersedia dalam tepung adonan, sehingga pertumbuhan khamir meningkat (Maharani, 2009).
            Berdasarkan hasil pengamatan pada uji aktivitas ragi, tejadi pertambahan volume pada adonan setiap 10 menit, ketinggiannya juga beratambah. Jadi memang benar bahwa ragi dalam adonan berfungsi sebagai:
1.             Leavening agent (pengembang adonan), ragi mengkonsumsi gula dan mengubahnya menjadi gas karbondioksida, sehingga adonan mengembang.
2.             Memproses gluten (protein pada tepung), sehingga dapat membentuk jaringan yang dapat menahan gas karbondioksida keluar.
3.             Menghasilkan flavour (aroma dan rasa) pada adonan, karena selama fermentasi, ragi juga menghasilkan sejenis etanol yang dapat memberikan aroma khusus.
             




















D. KESIMPULAN
1.      Khamir merupakan chemoorganotroph karena menggunakan senyawa organik sebagai sumber energi dan tidak membutuhkan cahaya matahari untuk pertumbuhannya.
2.      Enzim  invertase pada khamir berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida  (glukosa dan fruktosa) serta enzim zimase yang mengubah monosakarida  tersebut menjadi alkohol pada proses fermentasi.
3.      Khamir yang berwarna bening menandakan bahwa sel khamir masih hidup karena sel yang masih hidup tidak menyerap methilen blue. khamir yang berwarna biru tersebut menandakan bahwa selnya telah mati karena sel yang telah mati dapat menyerap methilen blue.
4.      Pengembangan volume yang meningkat dapat terjadi karena suhu adonan masih optimal bagi sel khamir dan nutrisi yang dibutuhkan sel khamir masih banyak tersedia dalam tepung adonan, sehingga pertumbuhan khamir meningkat.
5.      Ragi dalam adonan berfungsu sebagai Leavening agent (pengembang adonan), Memproses gluten (protein pada tepung) dan Menghasilkan flavour (aroma dan rasa) pada adonan.

















DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton.2007. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Desrosier, N.W. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Panerjemah Muchji Mulyohardjo. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Dwidjoseputro, 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:Djambatan.  
Fardiaz, S.  2008. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 
Hasanah. 2009. Morfolgi Kapang dan Khamir. Online (http://hasanah619.wordpress.com/2009/10/27/morfologi-kapang-dan-khamir/, diakses tanggal 21 Desember 2009).
Maharani, Rezza Dwi. 2009. Zat Pengembang Adonan. Online (http://cha004.wordpress.com/2009/11/17/zat-pengembang-adonan/, diakses tanggal 21 Desember 2009).
Paul, Singleton. 2008. Dictionary of Microbiology And Molecular Biology Third Edition. England : John wiley & Sons Inc.
Pelczar M.J. dan Chan. 2007.  Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta : UI Press.
Skou Torben dan Sogaard Jensen Gunnar. 2007. Microbiologi. Englang : Forfattern Og Systime.

Winarno. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: UI-Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar