LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FITOKIMIA
UJI KUALITATIF FITOKIMIA
Oleh :
IMFRANTONI PURBA
05111003014
KELOMPOK 2
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan
Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir sekitar 80 persen penduduk dunia
menggantungkan pengobatan secara tradisional menggunakan ekstrak utuh atau
komponen bioaktifnya untuk pertolongan pertama terhadap gangguan kesehatan.
Komponen bioaktif merupakan senyawa di luar zat gizi yang biasanya berada dalam
jumlah kecil di dalam suatu bahan pangan. Hingga saat ini telah banyak
ditemukan senyawa bioaktif, yang dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimia
dan fungsinya. Senyawa fenolik yang merupakan kelompok flavonoid, banyak
dijumpai hampir pada semua tanaman dan yang telah dipelajari secara ekstensif
adalah yang terkandung dalam serealia, polong-polongan, kacang-kacangan,
sayuran, buah-buahan, teh, dan sebagainya.
Banyak senyawa fenolik menunjukkan
aktivitasnya sebagai antioksidan, dan beberapa studi telah menunjukkan
manfaatnya terhadap penyakit trombosis dan tumorogenesis. Meskipun beberapa
studi epidemiologi telah melaporkan manfaat perlindungan dari senyawa flavonoid
atau fenolat lain terhadap cardiovascular deaseas (CVD) dan kanker, namun
hasil penelitian lain tidak menemukan manfaat tersebut. Berbagai fitoestrogen yang
terdapat dalam kedelai, biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran juga memiliki
sifat antioksidan. Beberapa studi baik menggunakan model hewan percobaan maupun
kultur sel kanker, menunjukkan efek menguntungkan terhadap faktor-faktor risiko
CVD lainnya. Namun, karena fitoestrogen bertindak baik sebagai agonis estrogen
secara parsial maupun antagonis, efeknya terhadap kanker cenderung kompleks.
Hidroksitirosol (hydroxytyrosol)
yang merupakan salah satu senyawa fenolat dalam minyak zaitun merupakan
antioksidan kuat. Senyawa resveratrol yang ditemukan dalam kacangkacangan
dan anggur merah, menunjukkan aktivitas antioksidan, antitrombotik,
antiinflamasi, dan menghambat karsinogenesis. Likopen yang merupakan
antioksidan karotenoid kuat yang terkandung dalam tomat dan buah-buahan
lainnya, diperkirakan dapat melindungi terhadap penyakit kanker prostat dan
kanker lainnya, serta menghambat pertumbuhan sel tumor pada hewan.
Komponen bioaktif yang juga dikenal
sebagai komponen pangan non gizi merupakan senyawa xenobiotik yang terdapat
secara alamiah dalam bahan pangan. Selain seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, khlorofil pada daun-daunan, karotenoid yang berwarna kuning jingga
pada sayuran dan buah-buahan, antosianin yang berwarna ungu, komponen fenolik
juga merupakan senyawa bioaktif. Senyawa alamiah ini, meskipun merupakan
senyawa xenobiotik, dalam proses ekskresinya dari tubuh tidak menghasilkan
senyawa metabolit reaktif dan sering menstimulir aktivitas enzim fase 2 yang
bersifat melarutkan dan antikarsinogen. Salah satu keuntungan dari
senyawa-senyawa ini adalah sifatnya sebagai antioksidan yang dapat menangkal
senyawa radikal sehingga mencegah kerusakan sel.
B. Tujuan
Tujuan praktikum
kali ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya komponen bioaktif pada sampel uji.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Antioksidan
merupakan suatu senyawa yang memperlambat atau mencegah proses oksidasi,
sedangkan menurut Hudson B.J.F (1990), antioksidan dinyatakan sebagai senyawa
yang dapat mencegah reaksi oksidasi dengan cara menghentikan reaksi berantai
akibat timbulnya radikal bebas. Antioksidan juga diistilahkan dengan zat
peredam atau pemerangkap ( scavenger) radikal bebas, yaitu substansi atau
molekul yang dapat bereaksi dengan
radikal bebas dna berfungsi menetralkan radikal bebas tersebut. Beberapa jenis
pandan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna dan pewangi makanan, serat tekstil
serta penghasil minyak atsiri. Memiliki kandungan bahan kimia seperti alkaloid,
saponin flavonoid dan tannin. Pandan ditemukan sangat melimpah, terutama dekat
pantai pada ketinggian sekitar 100 m dari permukaan laut (Redha, 2010).
Daun pepaya merupakan salah satu
bahan sayur-mayur yang digemari oleh masyarakat pada umumnya. Namun ada juga
masyarakat yang tidak menyukai daun pepaya karena rasa pahitnya. Rasa pahit pada daun pepaya dikarenakan pada
daun pepaya mengandung senyawa alkaloid carpaine. Alkaloid merupakan racun, senyawa
tersebut menunjukan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali
bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik,
diturunkan dari asam amino biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik (Nadjeeb, 2012). Daun mengandung enzim
papain, alkaloid carpaine, pseudokarpaina, glikosid, karposid, dan saponin,
sakarosa, dekstrosa, levulosa. Alkaloid carpaine mempunyai efek seperti digitalis.
Daun muda pepaya mengandung senyawa alkaloid yang mendominasi rasa pahit pada
daun pepaya dan getah berwarna putih.
Saponin merupakan senyawa dalam
bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin
membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika
dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone, 1996). Saponin
adalah jenis glikosida triterpenoid dan sterol yang banyak ditemukan dalam
tumbuhan. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Saponin merupakan senyawa yang berasa pahit menusuk, berbusa dalam
air dan larut dalam air dan alkohol dan tidak larut dalam eter, sehingga menyebabkan
bersin serta iritasi pada selaput lendir.
Daun singkong kaya akan antioksidan
seperti β-karoten dan vitamin C. Selain itu daun singkong juga mengadung
glukosida sianogenik. Kandungan senyawa glukosida sianogenik terbesar adalah
linamarin. Beberapa studi menunjukkan bahwa komponen aktif dalam daun singkong
memiliki aktivias antikanker. Namun, proses pengolahan dapat menurunkan kandungan
senyawa aktif tersebut (Askurrahman, 2010).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum fitokimia terlaksana pada hari Selasa, tanggal 16 september 2014 dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan 11.40, di Laboratorium Kimia
Hasil Pertanian (KHP), Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) beaker gelas, 2) gelas ukur, 3) pipet tetes, 4) pipet volume, 5)
spatula, 6) tabung reaksi, dan 7) timbangan analitik.
Bahan yang digunakan dalam praktikum
kali ini adalah: 1) alcohol, 2) amil alkohol, 3) anhidra asetat, 4) daun
pandan, 5) daun papaya, 6) daun singkong, 7) HCL 2N, 8) H2SO4, 9) kloroform,
10) pereaksi Meyer, dan 11) pereaksi Wagner
C. Cara Kerja
Persiapan
sampel
1. Sampel
daun segar yang telah diperoleh dikering-anginkan untuk menurunkan kandungan
airnya
2. Sample
daun yang sudah kering tersebut dipotong-potong menggunakan gunting
3. Kemudian
potongan daun tersebut dihaluskan menggunakan blender sampai berbentuk serbuk
4. Serbuk
daun yang diperoleh siap dianalisa
Cara kerja uji
alkaloid
1.
Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan
penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan
terang serta penyimpanan suhu dingin
2.
Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan
dilarutkan kedalam asam sulfat 2N
3.
Sampel yang telah dilarutkan kemudian diberi pereaksi
Meyer dan pereaksi Wagner
4.
Ada tidaknya endapan berwarna diamati
Cara kerja uji
steroid atau triterpenoid
1.
Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan
penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan
terang serta penyimpanan suhu dingin
2.
Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan
dilarutkan kedalam 2 ml kloroform
3.
Sampel yang telah dilarutkan kemudian diberi 10 tetes
anhidrida asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Perubahan warna diamati.
Cara kerja uji
saponin
1.
Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan
penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan
terang serta penyimpanan suhu dingin
2.
Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan
dilarutkan kedalam asam klorida 2 N
3.
Larutan sampel kemudian dipanaskan dalam penangas air
selama 30 menit
4.
Ada tidaknya busa diamati
Cara kerja uji
fenol hidrokuinon
1.
Sampel disimpan hingga kering dengan perlakuan
penyimpanan suhu ruang dalam keadaan gelap, peyimpanan suhu ruang dalam keadaan
terang serta penyimpanan suhu dingin
2.
Sebanyak 0,1 g sampel dari masing-masing perlakuan
diekstrak dengan 10 mL etanol 70% dan didiamkan selama 30 menit
3.
Sebanyak 1 mL hasil ekstraksi diambil dan diberi 2
tetes FeCl3 5%
4.
Perubahan warna diamati
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
Tabel 1
No
|
Uji Fitokimia
|
Bahan
|
Standar
|
Keterangan
|
1.
|
Alkaloid
a.
Mayer
b.
Wagner
|
1.
Daun singkong
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
2.
Daun pandan
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
3.
Daun pepaya
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
1.
Daun singkong
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
2.
Daun panan
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
3.
Daun pepaya
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
dingin
|
Endapan putih kekuningan
Endapan coklat
|
+
+
+
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
|
2.
|
Saponin
|
1.
Daun singkong
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
2.
Daun pandan
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
3.
Daun pepaya
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
|
Terbentuk busa
|
-
+
+
-
-
-
+
+
-
|
3.
|
Fenol Hidrokuinon
|
1.
Daun singkong
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
2.
Daun pandan
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
3.
Daun pepaya
a.
Gelap
b.
Ruang
c.
Dingin
|
Warna hijau/hijau biru
|
+
+
+
-
-
-
-
-
-
|
4.
|
Steroid
|
1.
Daun singkong
a. Gelap
b. Ruang
c. Dingin
2.
Daun pandan
a. Gelap
b. Ruang
c. Dingin
3.
Daun pepaya
a. Gelap
b. Ruang
c. Dingin
|
Perubahan dari merah menjadi biru/hijau
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
B. Pembahasan
Tumbuhan
banyak mengandung senyawa bioaktif terutama terkandung pada daunnya. Senyawa
bioaktif atau sering disebut antioksidan memiliki kegunaan yag sangat banyak
didalam tubuh terutama mencegah radikal bebas yang dapat menurunkan stamina
tubuh dan mengakibatkan tibulnya penyakit pada tubuh. Kandungan utama
antioksidan pada tumbuhan memiliki jenis yang berbeda-beda. Senyawa bioaktif
yang paling banyak terkandung di daun tumbuhan yaitu alkaloid, saponin,
flavonoid, fenol hidroquinon, dan steroid. Masing-masing dari senyawa bioaktif
ini memiliki fungsinya masing-masing didalam tumbuhan.
Hasil analisis pada praktikum
menunjukkan ada tidaknya kandungan senyawa bioaktif pada sampel yang diuji.
Perlakuan penyimpanan yang berbeda terhadap sampel dapat mengakibatkan
hilangnya senyawa bioaktifnya. Uji alkaloid pada daun singkong, daun pandan dan
daun pepaya dilakuan dengan 2 uji yaitu dengan mayer dan wagner. Pengujian
alkaloid dengan pereaksi mayer menunjukkan pada daun singkong dan daun pepaya
terkandung senyawa alkaloid, tetapi pada daun pandan tidak ada terkandung.
Ditandai dengan adanya endapan putih kekuningan pada sampel yang diuji.
Pengujian alkaloid dengan pereaksi wagner menunjukkan adanya kandungan alkaloid
pada setiap jenis sampel, hal tersebut ditandai dengan adanya endapan coklat
pada hasil praktikum. Hasil uji alkaloid menunjukkan bahwa terjadi kesalahan
pada pengujian daun pandan dengan pereaksi mayer.
Uji
saponin pada sampel menunjukkan pada daun singkong dengan perlakuan penyimpanan
gelap tidak terdapat kandungan saponin. Kemungkinan terjadi kesalahan pada
pengujian dengan pereaksinya, hal itu ditandai dengan terbentuknya busa saat
pengujian. Hasil pengujian untuk daun
pandan, diperoleh bahwa tidak ada kandungan saponinnya, sedangkan secara teori
diperoleh bahwa didalam daun pandan terkandung saponin. Perlakuan penyimpanan
dingin pada daun pepaya mengakibatkan hilangnya kandungan saponinnya, hal
tersebut terjadi karena pada saat penyimpanan dingin mengakibatkan berhentinya
reaksi metabolism pada daun pepaya.
Uji
fenol hidrokuinon menunjukkan pada daun singkong terdapat senyawa bioaktif
jenis fenol hidrokuinon, sedangkan pada daun pandan dan daun pepaya tidak
terdapat. Terdapatnya senyawa fenol hidrokuinon pada sampel ditunjukkan dengan
terbentuknya warna hijau/hijau biru saat pengujian. Uji steroid pada sampel
menunnjukkan tidak adanya senyawa bioaktif ini pada sampel. Hasil pengujian
steroid ditunjuukkan dengan terbentuknya perubahan dari merah menjadi
biru/hijau.
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kita lakuakan dapat
diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Antioksidan
dinyatakan sebagai senyawa yang dapat mencegah reaksi oksidasi dengan cara
menghentikan reaksi berantai akibat timbulnya radikal bebas.
2. Proses
pengolahan dapat menurunkan kandungan bahkan dapat menghilangkan senyawa
bioaktif yang terdapat pada bahan.
3. Alkaloid
merupakan racun, senyawa tersebut menunjukan aktivitas fisiologis yang luas,
hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino biasanya terdapat dalam tanaman
sebagai garam asam organic
4. Saponin
merupakan senyawa yang berasa pahit menusuk, berbusa dalam air dan larut dalam
air dan alkohol dan tidak larut dalam eter, sehingga menyebabkan bersin serta
iritasi pada selaput lendir.
5. Perlakuan
penyimpanan ruang gelap pada daun singkong mengakibatkan terjadinya kehilangan
senyawa bioaktif saponin.
6. Perlakuan
penyimpanan suhu dingin pada sampel daun pepaya mengakibatkan sampel kehilangan
senyawa saponin.
7. Hasil
uji steroid diperoleh bahwa didalam daun singkong, pandan dan pepaya tidak
terkandung senyawa steroid.
DAFTAR PUSTAKA
Askar, S. 1996. Daun Singkong Dan Pemanfaatannya Terutama
Sebagai Pakan
Tambahan. Wartazoa Vol. 5 No. 1. Th.
1996.
Peternakan.litbang.deptan.go.id/fulteks/wartazoa/wazo 51-5.pdf.
Askurrahman. 2010. Isolasi Dan Karakterisasi Linamarase
Hasil Isolasi Dari
Umbi Singkong (Manihot esculenta crantz). AGROINTEK Vol 4, No. 2
Agustus 2010 (Jurnal-8-isolasi-dan-karakteristik-linamarasae-hasilisolasi-
dari-umbi-singkong.pdf).
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia cara modern
Menganalisis Tumbuhan.
Kosasih Pdma Winata. Bandung : ITB.
Harnesa, Selly, 2011. Effect Of Increasing Surian Leaf and Boiling
Time From
Papaya Leaf of Quality Papaya Leaf Wet Noodle.Thesis.Universitas
Andalas. http://journal.universitasandalas.co.id diunduh pada tanggal 26
Maret 2013.
Muljana, W. 2006. Bercocok Tanam Pepaya. Semarang :
Aneka Ilmu.
Nadjeeb. 2012. Alkaloid. www.nadjeeb.wordpress
diunduh pada tanggal 25 Maret
2013.
Redha, Abdi. 2010. Flavonoid: Struktur, sifat antioksidatif
dan peranannya
dalam sistem biologi. Jurnal Berlian Vol. 9.
No. 2 september. 2010 196-
202.(respository.polnep.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/149/13.
Abadi.pdf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar