UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA
Oleh :
IMFRANTONI
PURBA
05111003014
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
A. PENDAHULUAN
Salah satu faktor penting yang
mendukung keamanan pangan adalah sanitasi. Sanitasi mencakup cara kerja yang
bersih dan aseptik dalam berbagai bidang, meliputi persiapan, pengolahan,
penyiapan maupun transpor makanan, kebersihan dan sanitasi ruangan dan alat-alat
pengolahan pangan, serta kebersihan dan kesehatan pekerja di bidang pengolahan dan
penyajian (Puspitasari, 2004).
Proses pengolahan pada makanan
sangat rentan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme. Kontaminasi ini
berasal dari udara, peralatan pengolahan dan dari pekerja yang menangani
tersebut. Kontaminasi dari pekerja terjadi karena kondisi kurangnya kebersihan
pekerja, pekerja yang terlihat bersih pun belum tentu benar-benar tidak
terkontaminasi oleh bakteri. Kontaminasi pada tangan terjadi dari benda-benda
yang terkontaminasi sehingga tangan kita juga ikut terkontaminasi bakteri,
kapang, jamur maupun virus.Bakteri pembentuk spora dan
Staphylococcus banyak dijumpai pada kulit pekerja (Irianto, 2006).
Kontaminasi makanan yang potensial yaitu dari pekerja karena kandungan
mikroorganisme patogen dari manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan
melalui makanan. Kondisi sanitasi pekerja dalam pengolahan bahan pangan sangat
perlu diperhatikan guna mencegah terjadinya kontaminasi makanan. Manusia yang
sehat merupakan sumber potensial untuk mikroba seperti Salmonella,
Staphylococcus aureus, dan satafilokoki. Mikroorganisme ini umumnya banyak
terdapat di kulit, hidung, mulut, dan tenggorokan sehingga dapat dengan mudah
ditularkan pada makanan (Fardiaz,
2000).
B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui
tingkat kontaminasi dari tangan pekerja
C. ALAT
DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah: 1) Cawan petri
dan 2) Inkubator
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1) nutrient agar (NA) steril, 2) potato dextrose agar
(PDA) steril, 3) Larutan pengencer,
4) Air biasa, 5) Alkohol, 6) Handsoap 7) Handsanitizer, dan 8) Air hangat.
D. CARA KERJA
Cara kerja dari praktikum ini adalah
:
1.
Masing-masing
kelompok menyiapkan 2 cawan petri yang diisi dengan PDA dan NA steril, diberi
tanda nama contoh dan media yaang digunakan.
2.
Seorang
mahasiswa yang tangannya belum dicuci sebelah kanan ditempelkan pada cawan yang
berisi PDA dan tangan sebelah kiri pada cawan yang berisi NA.
3.
Dilakukan hal
yang sama untuk tangan yang dicuci dengan air biasa, alkohol, hansoap,
handsanitizer, dan air hangat.
4.
Cawan
diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 30 0C selama 2-3 hari.
5.
Pertumbuhan
mikroba diamati dan diberikan pembahasan terhadap pengamatan yang telah
dilakukan.
6.
Pertumbuhan
dinyatakan dengan – atau
E. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
Tabel
1. PDA dan NA
Kelompok
|
Bahan pencuci
|
Media
|
Pertumbuhan MO
|
Keterangan
|
I
|
Tanpa dicuci
|
PDA
|
8
|
|
|
|
NA
|
153
|
|
II
|
Air biasa
|
PDA
|
5
|
|
|
|
NA
|
384
|
|
III
|
Alkohol
|
PDA
|
8
|
|
|
|
NA
|
316
|
|
IV
|
Handsoap
|
PDA
|
4
|
|
|
|
NA
|
304
|
|
V
|
Handsanitizer
|
PDA
|
5
|
|
|
|
NA
|
276
|
|
VI
|
Air hangat
|
PDA
|
3
|
|
|
|
NA
|
296
|
|
Penggunaan
air biasa untuk pembersihan tangan tidak efektif karena mikroorganisme pada
tangan tidak mati atau tercuci bersih dengan air biasa. Penggunaan alkohol
lebih baik karena alkohol dapat berfungsi sebagai desinfektan yang
dapat mengurangi jumlah mikroba pada sampel. Alkohol konsentrasi 70-90% dapat
mengkoagulasikan protein mikroba dan melarutkan membran mikroba sehingga
mikroba bisa mati. Namun konsentrasi yang kecil akan menyebabkan kerja
desinfektan kurang optimal. Praktikum
yang dilakukan pada pencucian menggunakan alkohol tidak efektif karena
ditumbuhi banyak mikroorganisme jenis kapang, jamur dan bakteri. Kemungkinan
alkohol yang digunakan mengandung konsentrasi yang rendah yang tidak mampu lagi
membunuh mikroorganisme atau alkohol tersebut sudah terkontaminasi.
Penggunaan
handsanitizer
memang efektif untuk membunuh mikroorganisme namun dalam handsanitizer tersebut
terkandung zat-zat kimia yang dapat meracuni meski efeknya tidak langsung. Air hangat yang digunakan untuk mencuci tangan, tidak
cukup panas untuk membunuh bakteri. Lemak tubuh yang terdapat pada kulit tangan
akan mengikat kotoran dan bakteri. Data
dia atas menunjukkan bahwa kontaminasi yang terjadi lebih banyak diperoleh pada
tangan kiri meski tangan kiri tersebut sudah dicuci dengan air biasa, alkohol
dan handsoap. Data diatas menunjukkan bahwa tangan kiri lebih banyak mengandung
mikroorganisme dari pada tangan kanan. Tangan kiri mengandung mikroorganisme
jenis staphilococcus aureus yang menyebabkan keracunan.
Tangan kanan banyak digunakan
untuk melakukan aktivitas, oleh karena itu tangan kanan lebih rentan terkena
bakteri dibandingkan tangan kiri walaupun tidak menutup kemungkinan tangan kiri
juga mengandung bakteri. Pada saat pengamatan, tangan kanan banyak. Tangan kanan mengandung mikroorganisme
jenis salmonela thypi yang menyebabkan penyakit tifus. S. typhi menyebabkan penyakit demam
tifoid (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah
dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala
demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki
keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.
Tangan kanan seharusnya mengandung mikroorganisme lebih banyak
karena tangan kanan lebih banyak melakukan aktifitas. Ini terjadi karena pada
tangan yang ditumbuhkan pada media adalah jenis kapang dan jamur yang
menggunakan karbohidrat untuk pertumbuhannya. Tangan kiri mengandung banyak
mikroorganisme jenis bakteri karena media pertumbuhannya yang digunakan yaitu
NA. Terdapatnya mikroorganisme pada tangan mungkin terbawa saat
tangan menyentuh benda-benda yang kotor, makanan yang telah terkontaminasi, pakaian
atau daerah tubuh lainnya. Food
handler seharusnya menggunakan alkohol
saat mencuci tangan guna mengurangi mikroba. Sarung tangan plastik juga merupakan
salah satu cara guna mencegah transfer bakteri patogen dari jari dan tangan ke
makanan serta memberikan efek psikologi yang baik. Seharusnya tangan yang tidak dicuci mengandung mikroorganisme
lebih banyak, namun ini mikroorganisme yang diperoleh hanya sedikit. Hal ini dapat disebabkan tangan tersebut
tidak digunakan untuk melakukan aktivitas yang memungkinkan terjadinya
kontaminasi sebelum dilakukan pengujian atau tangan tersebut terawat
kebersihannya.
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum
yang telah kita lakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu :
1.
Jenis mikroorganisme yang tumbuh pada tangan sebelah kiri yaitu
staphilococcus aureus yang menyebabkan keracunan dan tangan kanan yaitu jenis
salmonella thypi
2.
Penggunaan
alkohol lebih efektif dalam mencuci tangan karena alkohol konsentrasi 70-90% dapat mengkoagulasikan
protein mikroba dan melarutkan membran mikroba sehingga mikroba bisa mati.
3.
Penggunaan
handanitizer memang efektif dalam membunuh banyak bakteri, namun penggunaan
sanitizer kurang baik karena mengandung banyak zat kimia.
4.
Tangan lebih rentan terkontaminasi
mikroorganisme karena banyak digunakan untuk melakukan aktivitas dibandingkan
tangan kiri walaupun tidak menutup kemungkinan tangan kiri juga mengandung
mikroorganisme.
5.
Terdapatnya
mikroorganisme pada tangan mungkin terbawa saat tangan menyentuh benda-benda yang
kotor, makanan yang telah terkontaminasi, pakaian atau daerah tubuh lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S.
2000. Mikrobiologi Pangan
I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV.
Yrama Widya. Bandung.
Puspitasari. 2004. Sanitasi dan Higiene dalam Industri Pangan. UNEJ. JEMBER.