LAPORAN
TETAP
PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI
TEGANGAN PERMUKAAN
Oleh :
IMFRANTONI PURBA
O5111003014
KELOMPOK 3
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tegangan
permukaan adalah gaya perentang yang diperlukan untuk membentuk selaput yang diperoleh
dengan membagi suku energi permukaan dengan panjang suku Rn selaput dalam
kesetimbangan. Tegangan permukaan ini terjadi akibat perbedaan tarik menarik
timbal-balik antara molekul-molekul zat cair dekat permukaan dan
molekul-molekul yang terletak agak lebih jauh dari permukaan dalarn zat cair
yang sarna. Pada gas jarak antar partikelnya berjauhan dan gaya tarik-menarik antar
partikelnya sangat lemah. Akibatnya gerakan pertikel-partikelnya sangat bebas dan tidak teratur. Itulah sebabnya bentuk
dan volum gas selalu berubah sesuai dengan bentuk wadahnya. Molekul memiliki daya tarik menarik
antara molekul yang sejenis yang disebut dengan daya kohes, selain itu molekul
juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang
disebut dengan daya adhesi. Daya kohesi suatu zat
selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (Kanigan, 2006).
Cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat
bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan
tegangan bidang batas. Semakin tinggi perbedaan
tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan
yang terjadi pada air akan bertambah dengan
penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit,
tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun. Didalam teori ini dikatakan
bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas
sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur. Penjelasan di atas dapat dilihat bahwa
semakin tinggi tegangan permukaan pada suatu bidang akan menyebabkan dua zat cair yang berbeda akan susah untuk bercampur (stabil) yang dikarenakan adanya pembentukan permukaan baru. Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita
perhatikan akan tetapi fenomena-fenomena tersebut mempunyai hubungan dengan adanya tegangan permukaan. Sering terlihat peristiwa-peristiwa alam yang tidak diperhatikan dengan teliti misalnya tetes-tetes zat cair pada pipa
kran yang bukan sebagai suatu aliran, laba-laba air yang berada di atas
permukaan air, mainan gelembung-gelembung sabun, pisau silet yang diletakkan
perlahan-lahan diatas permukaan zat cair yang terapung dan naiknya air pada pipa kapiler (Rimba, 2010).
Akibat tegangan permukaan ini setetes cairan cenderung
berbentuk bola, karena dalam bentuk bola itu cairan mendapatkan daerah
permukaan yang tersempit. Inilah yang menyebabkan tetes-tetes embun yang jatuh
pada sarang laba-laba berbentuk bola. Tarikan pada permukaan cairan membentuk
semacam kulit penutup yang tipis. Nyamuk dapat berjalan di atas air karena berat nyamuk
dapat diatasi oleh kulit ini (Kwee Ie Tjen,2010).
Tegangan permukaan g didefinisikan sebagai gaya F
persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setiap garis di permukaan
fluida.
Permukaan fluida yang berada dalam keadaan tegang meliputi permukaan
luar dan dalam (selaput cairan sangat tipis tapi masing jauh lebih besar dari
ukuran satu molekul pembentuknya), sehingga untuk cincin dengan keliling L yang
diangkat perlahan dari permukaan fluida, besarnya gaya F yang dibutuhkan untuk
mengimbangi gaya-gaya permukaan fluida 2gL dapat ditentukan dari pertambahan
panjang pegas halus penggantung cincin (Dinamometer), Sehingga tegangan
permukaan fluida memiliki nilai sebesar,
dimana, g = tegangan permukaan (N/m)
F = gaya
(Newton)
L = panjang
permukaan selaput fluida (m)
Dalam metode kenaikan kapiler, rumus untuk
mencari gaya ke bawah dan gaya ke atas adalah sebagai berikut:
Gaya ke bawah :
= -. r2 . d . h . g
Gaya ke atas :
= -2 r . cos θ
Keterangannya:
θ = sudut kontak (θ sangat kecil ≈ 1,
sehingga cos θ = 0 )
h = tinggi permukaan zat cair
d = berat jenis zat cair
g
= gravitasi bumi
r = jari –
jari kapiler
∂ = tegangan permukaan
Pada saat kesetimbangan :
Gaya ke atas = gaya ke bawah
2 r . cos θ = r2 .
h . g
= ½ . r . h . d . g
Pada metode tetes, rumus untuk mencari
gaya berat cairan dan gaya tegangan muka adalah sebagai berikut:
Gaya berat cairan = m .
g
Gaya tegangan muka = 2 π
r . ∂
maka:
∂ = m
. g
2 π r (Tim Dosen Kimia Fisika IV, 2011)
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menentukan
tegangan permukaan suatu zat cair secara relatif dengan air sebagai zat
pembanding.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Molekul
cairan biasanya saling tarik menarik. Di bagian dalam cairan setiap molekul
cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya, tetapi di permukaan
cairan hanya ada molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas
tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan saling tarik menarik satu dengan lainnya, maka
terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam
cairan. Sebaliknya, molekul cairan yang terletak dipermukaan ditarik oleh
molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan
cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah. Karena adanya gaya total yang
arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung memperkecil
luas permukaannya, dengan menyusut sekuat mungkin. Ini yang menyebabkan
lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang
tipis. Fenomena ini kita kenal dengan istilah Tegangan Permukaan. Tegangan
permukaan disebabkan oleh interaksi molekul-molekul zat cair dipermukaan zat
cair. Di bagian dalam cairan sebuah molekul dikelilingi oleh molekul lain
disekitarnya, tetapi di permukaan cairan tidak ada molekul lain dibagian atas
molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan timbulnya gaya pemulih yang menarik
molekul apabila molekul itu dinaikan menjauhi permukaan oleh molekul yang ada di
bagian bawah permukaan cairan. Sebaliknya jika molekul di permukaan cairan
ditekan, dalam hal ini diberi jarum, molekul bagian bawah permukaan akan
memberikan gaya pemulih yang arahnya ke atas, sehingga gaya pemulih ke atas ini
dapat menopang jarum tetap di permukaan air tanpa tenggelam. Tegangan permukaan
dilihat dari interaksi molekul benda dan zat cair. Gaya ke atas untuk menopang
jarum agar tidak tenggelam merupakan perkalian koefisien tegangan permukaan
dengan dua kali panjang jarum. Panjang jarum disini adalah permukaan yang
bersentuhan dengan zat cair. Gaya yang diperlukan untuk mengangkat jarum adalah
gaya ke atas dijumlah gaya berat jarum (mg) (Tim Dosen Kimia Fisika I, 2006).
Di
dalam cairan, sebuah molekul mengalami gaya tarik dari molekul tetangganya ,
tetapi pada permukaannya, sebuah molekul hanya dikelilingi sebagian saja dan
akibatnya molekul pada permukaan ini hanya mengalami gaya tarik ke arah badan
cairannya (dapat dikatakan seolah-olah badan cairan dibungkus oleh suatu
membran/lapisan yang tidak tampak). Perilaku cairan pada permukaan cairan inilah yang disebut teganggan
permukaan , dan sifat ini pula yang menyebabkan cairan dapat jatuh membentuk
tetesan, dapat merambat pada pembuluh/pipa kapiler atau dapat mengembangkan selembar
kertas logam (Ali, 2005)
Pada permukaan zat cair tiap partikel ditarik oleh
partikel-partikel terdekat yang berada di samping dan dibawahnya, tetapi tidak
ditarik oleh partikel di atasnya ( karena tidak ada partikel di atas permukaan
zat cair ). Akibatnya, ada resultan gaya berarah ke bawah yang bekerja di
lapisan-lapisan atas zat cair. Akibat tegangan permukaan ini setetes cairan
cenderung berbentuk bola karena dalam bentuk bola itu
cairan mendapatkan daerah permukaan yang tersempit. Inilah yang menyebabkan
tetes-tetes embun yang jatuh pada sarang laba-laba berbentuk bola. Tarikan pada
permukaan cairan membentuk semacam kulit penutup yang tipis. Nyamuk dapat berjalan di atas
air karena berat nyamuk dapat diatasi oleh kulit ini (Atkins, 2007).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum Tegangan Permukaan terlaksana pada hari Selasa,
tanggal 6 Maret 2012 dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan 14.40, di
Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1) beaker gelas, 2)
gelas ukur, 3) neraca analitik, 4) pipet tetes.
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah: 1) aquadest, 2) deterjen berbagai merek.
C. Cara Kerja
Metode Tetes
Cara kerja yang harus
dilakukan pada praktikum tegangan permukaan ini adalah dengan cara:
1.
Detergen
ditimbang didalam beker gelas A, detergen tersebut dilarutkan dengan
aquadest sesuai dengan masing-masing perlakuan.
2.
Larutan tersebut dipindahkan ke beker gelas B dengan
cara diteteskan.
3.
Masing-masing perlakuan dihitung dan dicatat berapa
tetes .
4.
Percobaan ini diulang dua kali untuk setiap macam zat
cair yang akan diselidikinya.
5.
Data dianalisa dengan menggunakan perhitungan
ketidakpastian pengukuran dalam percobaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang idapat dari praktikum tegangan permukaan dalam metode tetes adalah
sebagai berikut:
Tabel Hasil Praktikum Tegangan Permukaan
Tentang Metode Tetes
Kelompok
|
Merk
Bahan
|
Banyak Tetes Dalam Volume
|
|||
I
|
II
|
III
|
|||
I dan II
|
A
|
961
|
908
|
-
|
|
III dan IV
|
B
|
669
|
593
|
-
|
|
|
|
|
|||
V dan VI
|
C
|
483
|
445
|
-
|
|
|
|
|
B. Pembahasan
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan, diketahui bahwa jumlah tetesan tergantung pada bahan yang
digunakan dan juga jumlah tiap pelarutnya. Hal ini dibuktikan oleh data yang
ada, yaitu :
Bahan deterjen Rinso yang digunakan oleh
kelompok I dan kelompok V. Ketika rinso dengan massa 2 gr
dilarutkan dengan pelarut aquades
sebanyak 20 ml, rinso dapat terlarut dengan mudah, rinso lebih mudah terlarut dan masih memiliki sifat encer sehingga jumlah tetesan yang didapat
mmiliki nilai yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan rinso memiliki butiran yang
halus dan mudah larut dalam pelarut (air). Kelompok III dan kelompok IV bahan yang digunakan yaitu deterjen daia. Ketika daia dilarutkan dengan
pelarut, daia tidak bisa langsung larut, dan pelarut yang digunakan memiliki jumlah yang sama, namun
pada larutan iniair semakin mengental sehingga jumlah tetesan yang didapat lebih sedikit. Kelompok V dan kelompok VI bahan yang digunakan yaitu deterjen
attack. Ketika bahan dilarutkan dengan pelarut air dengan volume yang sama dengan perlakuan yang dilakukan kelompok
sebelumnya attack sulit
terlarut sehingga jumlah tetesan yang
didapat juga sedikit. Butiran attack dan daia yang kasar dan keras sulit untuk dilarutkan oleh aquadest. Hal ini dikarenakan
deterjen attack dan daia memiliki butiran yang keras dan kasar, sehingga
butiran attack dan daia yang sulit larut masih banyak tersisa pada gelas beker setelah
pelarutan dan pengadukan berlangsung. Sedangkan butiran rinso
yang kecil dan halus mudah diikat oleh aquadest. Semakin banyak pelarut yang digunakan semakin
tinggi jumlah tetesan yang didapat.
Namun jumlah dan bentuk bahan yang akan
dilarutkan juga berpengaruh pada jumlah tetesan. Apabila jumlah pelarut dan
jumlah bahan yang digunakan tidak seimbang, maka jumlah tetesan yang akan
didapat akan sedikit. Molekul-molekul zat cair yang berada di bagian dalam fase
cair seluruhnya akan dikelilingi oleh molekul-molekul dengan gaya tarik-menarik
sama ke segala arah.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa didapat dari
praktikum tegangan permukaan adalah:
1.
Bahan
yang halus cenderung lebih cepat larut dalam aquadest dibandingkan bahan yang kasar.
2. Bentuk bahan yang akan dilarutkan
berpengaruh pada jumlah tetesan.
3. Gaya adhesif adalah gaya – gaya antar molekul yang berlainan,
terutama antara cairan dan gas di satu pihak danzat padat dipihak lain.
4. Tegangan permukaan zat cair merupakan kecendrungan permukaan zat
cair untuk menegang sehingga permukaanya seperti didtutupi oleh suatu cairan
elastik.
5. Tegangan muka adalah gaya yang bekerja tegak lurus pada satu satuan
panjang permukaan.
6. Semakin banyak jumlah volume yang digunakan untuk melarutkan
detergen, maka jumlah tetesan yang dihasilkan akan semakin banyak dan
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Rimba. 2010. Penuntun Kimia Fisik II. Universitas Haluoleo. Kendari.
Kwee Ie Tjen. 2010. PT Gramedia
Pustaka Utama.Mawarda, Panji Cahya dan
Indira Indraswari : Jakarta.
M.F.Ali.2005. Handbook of Industrial
Chemistry Organic Chemicals. The McGraw-Hill Companies : Inc.Sydney.
M.Kanginan. 2006. Fisika 2006. Erlangga : Jakarta.
P.Atkins. 2007. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford University Press : Great
Britain.
Tim Dosen Kimia
Fisika I.2006. Diktat
Petunjuk Praktikum Kimia Fisika I. Lab Kimia Fisika
Jurusan Kimia FMIPA UNNES : Semarang.
Tim Dosen Kimia Fisika IV. 2011. Addison – WesleyPublishing Company, Inc. : New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar