LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II
PENGERINGAN
Oleh
Imfrantoni
Purba
05111003014
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengeringan
merupakan proses penurunan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu
sehingga dapat memperlambat laju kerusakan produk akibat aktivitas biologi dan
kimia. Pengeringan pada dasarnya merupakan proses perpindahan energy yang
digunakan untuk menguapkan air yang berada dalam bahan, sehingga mencapai kadar
air tertentu agar kerusakan bahan pangan dapat diperlambat. Kelembapan udara
pengering harus memenuhi syarat yaitu sebesar 55 – 60% . Perpanjangan daya simpan terjadi karena
aktivitas mikroorganisme dan enzim menurun sebagai akibat jumlah air yang
dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Proses pengeringan bukan merupakan
proses sterilisasi. Produk yang sudah dikeringkan harus dijaga supaya kadar
airnya tetap rendah. Pengeringan adalah proses
pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relative kecil dari bahan
dengan menggunakan energi panas (Pinem, 2004).
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian besar air dari suatu bahan melalui penerapan energi panas. Pengeringan
dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi surya (pengeringan alami) dan dapat
juga dilakukan dengan menggunakan peraiatan khusus yang digerakkan dengan
tenaga listrik Proses pengeringan bahan pangan dipengaruhi oleh luas permukaan
bahan pangan, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap air dan sumber energi
yang digunakan serta jenis bahan yang akan dikeringkan. Nilai gizi makanan yang
kering akan lebih rendah jika dibandingkan
dengan makanan yang segar. Pengeringan akan menyebabkan tejadinya perubahan
warna, tekstur dan aroma bahan pangan. Pada umunmya bahan pangan yang
diikeringkan akan mengalami pencoklatan (browning) yang disebabkan oleh
reaksi-reaksi non-enzimatik. Pengeringan menyebabkan kadar air bahan pangan
menjadi rendah yang juga akan
menyebabkan zat-zat yang terdapat pada bahan pangan seperti protein, lemak,
karbohidrat dan mineral akan lebih terkonsentrasi. Vitamin - vitamin yang
terdapat dalam bahan pangan yang dikeringkan akan mengalami penurunan mutu, hal
ini disebabkan karena ada berberapa vitamin yang tidak tahan terhadap suhu
tinggi. Proses pengeringan yang berlangsung pada suhu yang sangat tinggi akan menyebabkan
terjadinya case hardening, yaitu bagian permukaan bahan pangan sudah kering
sekali bahkan mengeras sedangkan bagian dalamnya masih basah (Rosdaneli, 2008).
Hasil
dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara
dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai
aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan
kimiawi. Pengertian proses pengeringan berbeda dengan proses penguapan
(evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi adalah proses pemisahan uap air
dalam bentuk murni dari suatu campuran berupa larutan (cairan) yang mengandung
air dalam jumlah yang relatif banyak. Meskipun demikian ada kerugian yang
ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya perubahan sifat fisik dan
kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan (Astutik, 2008)
Bahan pangan yang
dihasilkan dari produk-produk pertanian pada umumnya mengandungkadar air. Kadar
air tersebut apabila masih tersimpan dan tidak dihilangkan, maka akan dapat
mempengaruhi kondisi fisik bahan pangan. Contohnya, akan terjadi pembusukan dan
penurunan kualitas akibat masih adanya kadar air yang terkandung dalam bahan
tersebut. Pembusukan terjadi akibat dari penyerapan enzim yang terdapat dalam
bahan pangan oleh jasad renik yang tumbuh dan berkembang biak dengan
bantuan media kadar air dalam bahan pangan tersebut. Mikroorganisme membutuhkan air untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakannya. Jika kadar air pangan dikurangi, pertumbuhan
mikroorganisme akan diperlambat. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya suatu proses penghilangan
atau pengurangan kadar air yang terdapat dalam bahan pangan sehingga
terhindar dari pembusukan ataupun penurunan kualitas bahan pangan. Salah
satu cara sederhananya adalah dengan melalui proses pengeringan. Pengeringan
merupakan tahap awal dariadanya pengawetan. Pengeringan akan menurunkan tingkat
aktivitas air (Water Activity) atau Aw yaitu jumlah air yang dapat digunakan
oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya), berat dan
volume pangan (Sri Mulia, 2008).
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pengeringan terhadap massa
dan sifat fisik bahan serta menggambarkan laju evaporasi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Penguapan atau evaporasi
adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan
menjadi gas (contohnya uap air). Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup
untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan
cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi
dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang
transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul
mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini
terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas
dan menguap. Dasar dari
proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air menuju udara karena adanya
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan (
Suyanti, 2006).
Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban
udara lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang
diinginkan, energi pengeringan dan kapasitas pengeringan. Pengeringan yang
terlampau cepat dapat merusak bahan sehubungan permukaan bahan terlalu cepat
kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju
permukaan. Dan lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada
permukaan bahan sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena
terhambat. Di samping itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi
dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan
dengan mem perhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas (baik
berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi
pertimbangan-pertim bangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih
dari 850C (Pantastico, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1.Faktor
yang berhubungan dengan udara pengering.
Yang termasuk dalam
golongan ini adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan
kelembaban udara.
2. Faktor yang
berhubungan dengan sifat bahan.
Yang termasuk dalam
golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial
dalam bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengeringan adalah perubahan mutu produk yang dikeringkan sebagai akibat
perubahan faktor-faktor tertentu yaitu suhu, luas permukaan, kecepatan
pergerakan udara, dan tekanan atmosfir. Jenis alat pengering
yang cocok untuk suatu bahan pangan dan preparasi yang harus diberikan
pada bahan pangan tersebut untuk mendapatkan kondisi pengeringan terbaik ( Leni, 2008).
A. METODE PENGERINGAN
1. Pengeringan alami (Natural drying)
Pengeringan alami terdiri dari:.
a. Sun
Drying
Pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempatyang
udaranya kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit.
Pengeringan dengan metode ini memerlukan
waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik,setelah pengeringan,
panaskan bahan di oven dengan suhu 175o Fahrenheit selama 10- 15
menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya.
b. Air Drying
Pengeringan dengan udara
berbeda dengan pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini
dilakukan dengan cara menggantung bahan ditempat udara kering berhembus. Bahanyang
biasa dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan. Kelebihan
Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan keahlian dan peralatan khusus,
serta biayanya lebih murah. Kelemahan Pengeringan Alami adalah membutuhkan
lahan yang luas, sangat tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit
dikendalikan
(Hasibun, 2005).
2. Pengeringan Buatan (artificial drying) atau Pengeringan Mekanis (mechanical drying).
Pengeringan buatan terdiri dari:
a.
Menggunakan Oven
Dengan mengatur panas,
kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang
diperlukan adalah sekitar 5-1 jam. Lebih lama dari dehydrator biasa. Agar
bahan menjadi kering, temperature oven harus di atas 140o derajat
Fahrenheit (Tri, 2004)
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum
pengeringan terlaksana pada hari Selasa, tanggal 2 Oktober 2012 dimulai pada pukul 08.30 sampai dengan 10.00, di Laboratorium
Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya.
B.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan yaitu 1) cawan aluminium, 2) neraca analitik, 3) oven, 4) penjepit cawan. Bahan-bahan yang digunakan adalah cabai merah,
terung hijau, terung pipit, dan tomat cerry.
C.
Cara Kerja
Cara
kerja yang harus dilakukan pada praktikum konversi satuan dan pembulatan bilangan ini adalah
dengan cara:
1.
Timbanglah bahan tersebut
dengan menggunakan neraca analitik
2.
Masukkan bahan-bahan tersebut
kedalam cawan aluminium
3.
Masukkan cawan aluminium yang
telah berisi bahan-bahan tersebut kedalam oven pada suhu 105o C
4.
Timbanglah bahan tersebut
setiap harinya selama 3 hari
5.
Amati perubahan fisik dari
bahan-bahan tersebut meliputi warna, kekerasan, dan kilap setiap hari selama 3
hari
6.
Gambarkan laju evaporasi dalam
bentuk grafik
7.
Lakukan cara kerja pertama
untuk bahan-bahan yang akan dikeringkan dengan sinar matahari.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil dari
praktikum ini adalah :
Tabel 1
Pengeringan dengan Oven
No. Sifat
Hari
0 1 2 3
|
1. Berat awal (gr) 21.791 2.2041 2.1795 1.9325
|
2. Warna hijau muda cokelat cokelat hitam
kehitaman kehitaman
|
3. Aroma khas terong tidak ada tidak
ada hitam
|
4. Kilap (++++) - - -
|
5. Tekstur keras keras keras keras
|
6. Susut bobt - 89.88 % 1.12 % 2.2 %
|
7. Rendemen - 10.1% 10.0 % 9.8 %
|
Tabel 2
Pengeringan dengan Sinar Matahari
No. Sifat
Hari
0 1 2 3
|
1. Berat awal (gr) 21.273 19.5581 18.4085 18.0217
|
2. Warna hijau tua hijau tua hijau tua hijau tua
|
3. Aroma khas terong khas terong tidak ada tidak ada
|
4. Kilap (++++) (+++) (++) (+)
|
5. Tekstur keras keras keras keras
|
6. Susut bobot - 8.1 % 5.9 % 2.1 %
|
7. Rendemen - 91.9 % 86.5 % 84.7 %
|
LAMPIRAN
1. Pengeringan dengan oven
Susut
bobot (%) = x 100
Susut
bobot 2 = x 100 = 89.88 %
Susut
bobot 2 = x 100 = 1.12 %
Susut
bobot 3 = x 100 = 2.2 %
Rendemen
(%) = x 100
Rendemen
1= x 100 = 10.1 %
Rendemen
2 = x 100 = 10.0 %
Rendemen
3 = x 100 = 9.8 %
2. Pengeringan dengan sinar matahari
Susut
bobot (%) = x 100
Susut
bobot 1 = x 100 = 8.1 %
Susut
bobot 2 = x 100 = 5.9 %
Susut
bobot 3 = x 100 = 2.1 %
Rendemen
(%) = x 100
Rendemen
1= x 100 = 91.9 %
Rendemen
2 = x 100 = 86.5 %
Rendemen
3 = x 100 = 84.7 %
LAJU
EVAPORASI
1.
Laju evaporasi pengeringan dengan oven
2.
Laju evaporasi pengeringan dengan sinar matahari
B.
Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada oven berat yang terjadi pada bahan
mengalami penyusutan yang sangat tinggi. Berat yang awalnya 21,791 gram
setelah dimasukksan kedalam oven maka berat hari pertama sangat menyusut hingga mencapai beratnya sekitar
2,204 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar air yang ada dalam tomat cerry sangat banyak. Dengan mengatur panas, kelembaban,
dan kadar air, oven dapat digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan
adalah sekitar 24 jam.
Awalnya warnanya hijau muda tapi setelah dimasukkan kedalam oven warnanya pada hari kmedua dan ketiga
berubah menjadi berwarna cokelat kehitaman. Hal ini disebabkan karena panas yang
ditimbulkan oleh oven membuat bahan menjadi panas. Bahan yang
dikeringkan maka massa dan sifat fisik bahan tersebut akan mengalami pengurangan.
Tekstur
dan aroma bahan juga berubah. Tekstur bahn sebelum dimasukkan kedalam oven
keras, tetapi sesudah dimasukkan kedalam oven hari pertama tekturnya keras begitu juga pada
hari kedua dan ketiga stekturnya mengalami pengerasan hingga kadar airnya
betul-betul berkurang banyak, begitu juga dengan aromanya mengalami perubahan
dari khas terong menjadi tidak ada.
Pengeringan menggunakan sinar matahari pada bahan juga mengalami perubahan yang hampir sama. Hanya saja pengeringan menggunakan sinar matahri
sangat lambat karena suhu yang diberikan selalu naik turun. Tidak seperti pada
oven kita langsung bisa menentukan suhunya untuk pengeringan sehin gga
pengerfingan menggunakan oven lebih cepat.
Secara alami, maka manusia telah
mencoba membuat peralatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara
yang lebih efisien. Alat pengering mekanis berupa suatu ruang atau cabinet
dengan udara panas yang ditiupkan didalamnya. Hal – hal pokok yang membuat
pengeringan mekanis ini lebih baik daripada pengeringan alami ialah :
1. Suhu, kelembapan, dan kecepatan
angin dapat diukur
2. Sanitasi dan hygiene dapat lebih
mudah dikendalikan
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum
yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pengeringan adalah proses
pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relative kecil dari suatu
bahan dengan menggunkan energy panas.
2.
Proses pengeringan bahan pangan dipengaruhi oleh luas permukaan bahan
pangan, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap air dan sumber energi yang
digunakan serta jenis bahan yang akan dikeringkan
3.
Evaporasi adalah proses
pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu campuran berupa larutan
(cairan) yang mengandung air dalam jumlah yang relative banyak.
4.
Prinsip utama dari pengeringan adalah penurunan kadar air untuk mencegah
aktivitas mikroorganisme.
5.
Ada kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya
perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.
6.
Hasil dari proses pengeringan
adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air
keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air
(aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, Leni H. 2008.
Teknologi Pengawetan Pangan. Alfabeta: Bandung.
Astutik,Sri Mulia 2008. Teknik Pengeringan Bawang Merah Dengan Cara
Perlakuan Suhu dan Tekanan Fakum. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2
Pantastico, B. ER. 2002. Fisiologi Pasca Panen. Terjemahan oleh
Kamariyani, Ir.Prof. 2004. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
Pinem,
2004. Rancang Bangun Alat Pengeringan Ikan Teri Kapasitas 12kg/jam. Staf
Pengajar Jurusan Teknik Mesin. Politeknik Negeri Malang. Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol.3. No.3. 249-253
Rosdaneli,Hasibun, 2005. Proses Pengeringan. Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknik Sumatra Utara
Sathu,
Suyanti. 2006. Penanganan dan Pengolahan
Buah. Penebar Swadaya: Jakarta.
Susanto, Tri. 2004. Teknologi
Pengolahan Hasil Pertanian. PT. Bina
Ilmu:Surabaya.
Sugguh sangat2 bermanfaat
BalasHapus