Jumat, 08 November 2013

ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP)

LAPORAN ILMU GIZI
ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP)









OLEH :
IMFRANTONI PURBA
05111003014









TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2013
I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 
            Konsumsi gizi protein masyarakat Indonesia baik di pedesaan maupun perkotaan masih belum mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hal ini diindikasikan oleh tingkat konsumsi yang belum mencapai 100% angka kecukupan gizi dan sangat berhubungan dengan terjadinya fluktuasi tingkat konsumsi energi dan protein yang cukup tajam, terutama selama periode terjadinya krisis ekonomi dan multidimensi pada tahun 1996-1999. Belum memadainya kualitas konsumsi pangan masyarakat juga diindikasikan oleh masih rendahnya kontribusi protein hewani dalam menu makanan sehari-hari. Bahkan beras, yang merupakan pangan sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih merupakan penyumbang protein terbesar (BPS, 2009).
            Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (IOM, 2005).
            Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Asam amino esensial meliputi Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Cysteine, Phinilalanine, Tyrosine, Threonine, Tryptophan dan Valine. Pada umumnya empat asam amino yang sering defisit dalam makanan anak-anak adalah Lysine, Methionine+Cysteine, Threonine +Tryptophan. (FAO/WHO, 1985). Protein atau asam amino esensial berfungsi terutama sebagai katalisator, pembawa, pengerak, pengatur, ekpresi genetik, neurotransmitter, penguat struktur, penguat immunitas dan untuk pertumbuhan (WHO, 2002).


B.        Tujuan          
Tujuan praktikum ini adalah:
1.      Praktikan memahami perhitungan AKP
2.      Praktikan memahami perbedaan angka kecukupan berdasarkan jenis kelamin dan usia.
II.                TINJAUAN PUSTAKA
 Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen ; beberapa asam amino disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium, dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya (Khomsan A, 2000).
 Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Protein sangat penting untuk tubuh, karena membantu proses pertumbuhan. Fungsi protein antara lain sebagai zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, sebagai enzim, penunjang mekanis, serta alat pengangkut . Kurang energi protein pada anak-anak dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Penyakit akibat kurangnya energi dan protein ini dikenal dengan kuashiorkor dan marasmus (Hardinsyah, 2004).
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun  yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut  akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada  perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian (Hardinsyah, 1992). 
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Hardinsyah, 2004).





III.             METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 18 Oktober 2013, pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.40 WIB di Ruang Kelas C 1207, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B.     Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah:
1.      Praktikan membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang (pria dan wanita).
2.      Masing-masing praktikan mencatat data berupa berat badan (kg), tinggi badan (m), dan usia anggota kelompoknya.
3.      Data yang didapat kemudian digunakan untuk mengitung Angka Kecukupan Protein (AKP)
4.      Data hasil perhitungan dijadikan dalam bentuk tabel secara kolektif dari kelompok-kelompok lainnnya.



















IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Tabel 1. Angka Kecukupan Protein Laki-laki
No
Nama
SAA
DP
BB
(kg)
Nilai AKP
(g/hari)
Standar AKP
Selisih
1
Billy Joestra
100
93
62
53,33
49,6
3,73
2
Ido Fatro Widodo
100
93
70
56,45
56
0,45
3
Achmad Faizal
100
92
55
45,37
44
1,37
4
M. Arief Rahman
100
90
59
52,44
47,2
5,24
5
Adi Kristianto
100
93
55
44,35
48,88
-4,53
6
Umar
100
90
46
37,95
36,8
1,15
7
M. Zamzami Yahya
100
90
72
60
54
6
8
Tony albensius
100
92
65
49,14
52
-2,86
9
Ediamit Malau
100
90
56
49,77
44,8
31,97
10
Antaria Marsega
100
93
58
46,77
46,4
0,37
11
Jefri Patar Sitorus Pane
100
90
57
50,66
45,6
5,06
12
Imfran Toni Purba
100
95
64
50,52
52
0,52
13
Ahmat Sarhan
100
90
52
46,18
41,6
5,58
14
Raja Sahban
100
92
60
52,17
48
4,17
15
Trisno Saputra
100
93
50
43,01
40
3,01
16
Imam Syarifuddin
99
89
48
43,44
38,4
5,04
17
Ivan Pratama
90
100
60
49,5
48
1,5
18
Doni Andrian
100
90
62
55,11
49,6
5,51
19
Sapto Hadi Putra
100
90
50
41,66
40
1,66
20
Dedi Setiawan
100
90
60
53,33
48
5,33
21
Riki Anggara
99
89
47
40
35,25
4,75









Tabel 2. Angka Kecukupan Protein Perempuan
No
Nama
SAA
DP
BB
(kg)
Nilai AKP
(g/hari)
Standar AKP
Selisih
1
Puspita Anggraini
94
86
64
59,02
51,2
7,82
2
Herleni
90
83
46
49,01
36,8
12,21
3
Dewi Sartika Ginting
90
82
49
42,49
53,11
-1062
4
Wenny Dwi Larasati
90
86
58
61,24
46,4
4,84
5
Megaria
90
85
44
46,01
35,2
10,81
6
Feni Crista A. P
90
84
50
49,60
37,5
12,1
7
Endah Kartika sari
93
83
51
52,80
40,8
12,00
8
Ochy Astri Febriani
98
89
65
59,61
52
7,61
9
Widya Jayatika
90
87
60
57,47
48
9,47
10
Desi Megawati Putri
96
88
56
53,03
44,8
8,23
11
Zahara
86
92
42
42,46
33,6
8,86
12
Meta Aryani
89
92
49
47,8
39,2
8,6
13
Septiani Areanti
91
90
41
43,82
32,8
11,02
14
Suci Kusumawati
96
84
47
46,63
37,6
9,026
15
Kandita Novita Sari
93
86
43
43,01
34,4
8,99
16
Amelia Pertiwi
96
86
48
46,51
38,4
8,11
17
Maya Prihastini
50
83
50
50,22
40
10,22
18
Rahmawati
86
96
54
52,25
43,2
9,05
19
Linda Rahmadita
93
84
58
59,39
46,4
12,99
20
Deva Destira
92
89
45
43,96
36
7,96
21
Indah Rohana Nasution
83
96
45
45,18
36
9,18
22
Deborah
83
96
48
48,19
38,4
7,39
23
Asniyanti
93
84
45
46,08
36
13,08
24
Arddeska Putry
92
82
46
48,78
36,8
11,98
25
Mona Chairunnisa
92
93
55
51,42
44
7,42
26
Ummia Sari
83
90
50
49,95
40
9,95
27
Dian Puspita
88
93
53
48,06
39,75
8,31
28
Devita Ayu
92
83
50
49,10
40
9,10
29
Lilis Sugiarti
90
84
48
44,57
36,6
5
30
Zuhara Hilda
96
84
48
44,57
36
8,57
31
Elsa Manora
94
84
52
52,69
41,6
10,4
32
Hikmah Suciati
95
85
49
45,51
36,75
8,76




B.     Pembahasan
            Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme, mengatur keseimbangan air, dan mempertahankan kenetralan asam basa tubuh. Pertumbuhan, kehamilan, dan infeksi penyakit meningkatkan kebutuhan protein seseorang.
            Hasil perhitungan niali angka kecukupan protein menunjukkan bahwa konsumsi protein yang dibutuhkan itu berbeda-beda. Konsumsi protein dipengaruhi oleh jumlah berat badan dan jenis kelamin konsumen. Skor Asam Amino pada pria rata-rata 100 sedangkan perempuan hanya berkisar 90 an, begitu juga dengan daya serap protein itu lebih tinggi pada pria yaitu berkisas 90 an dibandingkan dengan perempuan yang hanya 80 an. Skor asam amino atau Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) merupakan sebuah metode untuk mengevaluasi kualitas protein berdasarkan kebutuhan asam amino manusia dan juga kemampuan manusia untuk mencernanya. Dengan menggunakan metode PDCAAS, peringkat kualitas protein ditentukandengan cara membandingkan profil asam amino protein dari makanan tertentu terhadap standar profil asam amino.  Nilai PDCAAS tertinggi adalah 1,0 dan nilai terendah adalah 0. Nilai PDCAAS 1,0 berarti setelah pencernaan protein, tersediaprotein per unit100 persen atau lebih dari asam amino yang diperlukan.
                Daya cerna protein atau kecernaan protein merupakan kemampuan protein
untuk dihidrolisis menjadi asam-asam amino oleh enzim pencernaan. Protein dalam bahan makanan sangat penting untuk penyusunan senyawa
biomolekul dalam proses biokimiawi dalam mengganti jaringan yang rusak. Protein disusun oleh struktur N, C, H, O, S, dan beberapa mineral seperti P, Fe, dan Cu. Molekul besar seperti protein akan mudah untuk mengalami perubahan secara fisis (penggumpalan) atau biologis dengan agen seperti asam, basa, panas, pelarut organik, garam, dan logam berat (IOM, 2005).
            Bila dua jenis protein yang memiliki jenis asam amino esensial pembatas yang berbeda dikonsumsi bersama-sama, maka kekurangan asam amino dari satu protein dapat ditutupi oleh asam amino sejenis yang berlebihan pada protein lain. Dua protein tersebut saling mendukung (complementary) sehingga mutu gizi dari campuran menjadi lebih tinggi daripada salah satu protein itu. Angka Kecukupan Protein (AKP) orang dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat badan, berupa protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu cerna/ digestibility dan daya manfaat/utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan taraf suapan terjamin. Angka kecukupan protein yang di anjurkan dalam taraf suapan terjamin menurut kelompok umur adalah sebagai berikut. Dimana Angka Kecukupan Protein untuk penduduk Indonesia berdasarkan berat badan patokan, umur, mutu protein, dan daya cerna protein (BPS, 2009).
            Kebutuhan manusia akan protein dapat diketahui dengan jumlah nitrogen yang hilang. Nitrogen yang hilang atau terbuang sekitar 54mg/kg berat badan per hari. Angka tersebut dapat dikalikan dengan 6,25 menjadi kebutuhan protein per kg berat badan per hari. Angka ini biasanya ditambahkan 30% untuk memberi peningkatan terbuangnya nitrogen. Sehingga tergantung individu, ukuran berat badan, jenis kelamin, dan umur. Hasil akhir kebutuhan protein menjadi 0,57 g/kg berat badan per hari (laki-laki dewasa) atau 0,54 g/kg berat badan per hari (wanita dewasa). Jumlah tersebut sudah cukup untuk memenuhi keperluan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dengan syarat protein yang dikonsumsi mempunyai mutu yang tinggi (Khomsan A., 2000).
























V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini adalah:
1.             Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
2.             Selain memelihara sel-sel dan jaringan tubuh fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme, mengatur keseimbangan air, dan mempertahankan kenetralan asam basa tubuh.
3.             Skor asam amino atau Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) merupakan sebuah metode untuk mengevaluasi kualitas protein berdasarkan kebutuhan asam amino manusia dan juga kemampuan manusia untuk mencernanya.
4.             Daya cerna protein atau kecernaan protein merupakan kemampuan protein untuk dihidrolisis menjadi asam-asam amino oleh enzim pencernaan.
5.             Konsumsi protein dipengaruhi oleh ukuran berat badan, jenis kelamin, dan umur.



















DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). Konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia dan provinsi 2009. Badan Pusat statistik. Jakarta.
Hardinsyah, Martianto D. (1992). Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.
Hardinsyah dan Tambunan, V. (2004). Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan. Dalam Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi. LIPI, Deptan, Bappenas, BPOM, BPS, Menristek, PERGIZI PANGAN, PERSAGI dan PDGMI. Jakarta
 [IOM] Institute of Medicine. (2005). Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization. (2007). Protein And Amino Acid Requirements In Human Nutrition Report Of A Joint WHO/FAO/UNU Expert Consultation . WHO. Geneva.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar