LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FERMENTASI
UJI
AKTIVITAS ANTIMIKROBA
Oleh :
IMFRANTONI
PURBA
05111003014
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
A.
PENDAHULUAN
Mikroba yaitu
jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Jasad
tersebut dapat hidup hampir di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang
relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya,
mikroba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan
mikroba merugikan (Afriyanto, 2008).
Selain
berinteraksi intraspesies, mikroba juga berinteraksi secara interspesies dengan
manusia, tumbuhan, dan hewan. Dalam interaksinya dengan manusia, mikroba
tersebut ada yang bersifat menguntungkan dan merugikan. Contohnya bakteri
patogen Escherichia coli dan kelompok bakteri Coliform dapat
menyebabkan diare, kolera, dan penyakit saluran pencernaan lainnya. Kapang dan khamir
menyebabkan penyakit karena menghasilkan racun (mikotoksin) dan menginfeksi
permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut (mikosis superfisial), serta
menyerang jaringan dalam tubuh melalui peredaran darah (mikosis sistemik) (Yuharmen, 2007).
Salah satu upaya
untuk melawan mikroba tersebut adalah dengan menggunakan mikroba lain yang
mempunyai sifat antagonis (antimikroba) sebagai pengganggu atau penghambat
metabolisme mikroba lainnya. Mikroba antagonis yang memiliki kemampuan
antimikroba tersebut dapat menghasilkan senyawa antimikroba. Senyawa
antimikroba yang dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit
sekunder yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan, tetapi untuk pertahanan
diri dan kompetisi dengan mikroba lain dalam mendapatkan nutrisi, habitat,
oksigen, cahaya dan lain-lain. Senyawa antimikroba tersebut dapat digolongkan
sebagai antibakteri atau antifungi (Pelczar dan Chan, 2007). Beberapa senyawa
antimikroba adalah fenol, formaldehida, antibiotik, asam, dan toksin (Dwidjoseputro,
2009).
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer,
sanitizer dan sebagainya (Lutfi, 2007).
Mekanisme daya kerja
antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut
diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel, merusak molekul
protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam
nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya.
Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu antibiotic dan
disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh microorganisme
tertentu yang mempunyai kemapuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan
membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan
untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup
sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan
mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya.
Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak hanya didasarkan pada
aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi mikroba yang
digunakan (skou,
2007).
Bahan kimia yang umum digunakan sebagai pembersih atau
sanitiser dalam industrypangan biasanya mengandung klorin sebagai bahan
aktifnya. Bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
disebut bahan pengawet (preservatif) (Paul, 2008)
B. Tujuan
Untuk menguji aktivitas antimikroba
dari
bahan-bahan yang
diujikan seperti betadine, dettol, ekstrak kunyit, ekstrak cengkeh,
ekstrak gambir, ekstrak daun sirih, bakteriosin, ekstrak daun salam.
C. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah :
Tabel 1. Diameter zona bening
Zat Antimikroba
|
Pengamatan ke-1
|
Pengamatan ke-2
|
||
E.
coli (cm)
|
S.
aureus(cm)
|
E.
coli (cm)
|
S.
aureus (cm)
|
|
Betadine
|
a. Sumur : 2,4
b. Cakram : 2
|
a. Sumur : 2,8
b. Cakram : 0,9
|
a. Sumur : 1
b. Cakram :0,7
|
a. Sumur : 2,55
b. Cakram : 3
|
Detol
|
a. Sumur : -
b. Cakram :
0,45
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 2
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,5
|
a. Sumur : -
b. Cakram: 2,3
|
Ekstrak kunyit
|
a. Sumur : 1,7
b. Cakram : 0,8
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,7
|
a. Sumur : 1,7
b. Cakram : 0,9
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,8
|
Ekstrak cengkeh
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,7
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,7
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,8
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,7
|
Ekstrak gambir
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,4
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,2
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,6
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,5
|
Ekstrak daun sirih
|
a. Sumur : 0,7
b. Cakram :0
|
a. Sumur : 0
b. Cakram : -
|
a. Sumur : 0,7
b. Cakram :0,8
|
a. Sumur : 0,7
b. Cakram :0
|
Bakteriosin
|
a. Sumur : 1,7
b. Cakram : 0,9
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,6
|
a. Sumur : 1,5
b. Cakram : 0,5
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,4
|
Ekstrak daun salam
|
a. Sumur : 0,5
b. Cakram :0,6
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,5
|
a. Sumur : 0,6
b. Cakram : 0,8
|
a. Sumur : -
b. Cakram : 0,6
|
B.
Pembahasan
Mekanisme
penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel,
(2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan
cairan sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau fungsi material
genetik (Anonimus, 2007).
Perlakuan
aseptik ialah perlakuan yang bertujuan terbebas dari mikroorganisme.
Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk menghilangkan
kontamina mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang akan dipergunakan
untuk analisa selanjutnya (Jati, 2007).
Memulai dan mekngakhiri kerja
dilaboratorium sangat penting dilakukannya proses sterilisasi. Alkohol 70%
disemprotkan pada tangan, berfungsi untuk membunuk mikroorganisme yg tidak
diinginkan agar diperoleh hasil yang akurat dari hasil praktikum. Proses pemindahan mikroba
secara aseptic sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi. Jika tidak, kesalahan
dalam teknik sedikit saja akan mempengaruhi semua hasil pengamatan. Oleh karena
itu, dalam melakukan pemindahan mikroba dari media yang lama, menuju media yang
baru harus mengetahui teknik dan menjaga kesterilan bahan maupun alat yang
digunakan (Dwijoseputro, 2003).
Bahan
antimikroba yang diujikan pada praktikum ini yaitu betadine, dettol, ekstrak kunyit, ekstrak cengkeh,
ekstrak gambir, ekstrak daun sirih, bakteriosin, ekstrak daun salam. Bakteri yang digunakan sebagai
percobaan yaitu E. Colli dan S. Aureus. Spreader digunakan untuk meratakan bakteri
sehingga menyeluruh di dalam media. Kemudian media yang berada di dalam cawan
petri dan telah berisi bakteri di belah menjadi dua bagian, untuk dijadikan
tempat uji bahan antimikroba, sehingga satu cawan petri terdapat dua bahan anti
mikroba. Kertas cakram yang berbentuk seperti kertas saring yang berukuran lingkatan
kecil dicelupkan ke dalam bahan antimikroba, lalu dipindahkan dengan
menggunakan pinset ke dalam cawan petri. Setelah di inkubasi selama 2x24 jam, akan
muncul zona bening (zona antimikroba) yang berbentuk menyerupai lingkaran yang
memiliki diameter, lalu diameter tersbut akan diukur. Zona bening tersebut
adalah area perkembangan aktivitas bahan antimikroba terhadap bakteri yang ada
di sekitarnya.
Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa diameter yang
paling besar itu diperoleh dari zat antimikroba jenis bethadine yaitu pada
pengamatan pertama pada mikroba jenis E. Colli pada metode sumur diperoleh
diameter 2,4 cm dan cakram 2 cm, sedangkan pada S. Aureus metode sumur 2,8 cm
dan cakram 0,9 cm. Pengamatan kedua menunjukkan pada bakteri jenis E. Colli, pada
metode sumur 1 cm dan cakram 0,7 cm, sedangkan pada S. Aureus metode sumur 2,55
cm dan cakram 3 cm. Pengamatan menunjukkan terjadi penurunan aktivitas
antimikroba pada hari kedua pengamatan terlebih pada bakteri jenis E. Colli,
sedangkan pada bakteri jenis S. Aureus terjadi penurunan hanya pada metode
sumur sedangkan pada metode cakran terjadi kenaikan aktivitas mikroba.
Aktivitas antimikroba paling sedikit terjadi pada
antimikroba gambir, pengamatan menunjukkan pada bakteri jenis E. Colli pada
metode sumur tidak ada terjadi aktivitas mikroba sedangkan pada metode cakram
diperoleh diameter sebesar 0,4 cm. Bakteri jenis S. Aureus pada metode sumur
tidak ada sedangkan pada cakram sebesar 0,2 cm. Pengamatan kedua menunjukkan,
pada bakteri jenis E. Colli metode sumur tidak ada dan cakram sebesar 0,6 cm,
sedangkan pada bakteri jenis S. Aureus pada metode sumur tidak ada terjadi dan
cakram diperoleh diameter bening sebesar 0,5 cm.
Setiap
metode yang digunakan untuk mengurangi aktivitas mikroba memiliki dampak yang
dapat mengurangi dan meningkatkan aktivitas antimikroba. Bahkan dari setiap
metode ada yang dapat membuat aktivitas antimikroba semakin meningkat dan
menurun pada pengamatan selanjutnya.
D.
KESIMPULAN
1. Perlakuan aseptik ialah perlakuan
yang bertujuan terbebas dari mikroorganisme.
2. Antibakteri atau antimikroba adalah
bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan
bermacam-macam cara.
3. Antimikroba yang paling efektif digunakan untuk
menghilangkan banyak mikroba jenis E. Colli dan S. Aureus yaitu jenis bethadine dan yang kurang efektif
yaitu gambir.
4. Metode yang paling baik digunakan yaitu metode cakram
karena metode ini dapat meningkatkan aktivitas antimikroba.
5. Mekanisme daya kerja antimikroba
terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya
merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel, merusak molekul protein dan
asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat.
DAFTAR
PUSTAKA
Afrianto, Eddy. 2008,
Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Anonimus, 2007. Aktivitas Senyawa Antimikroba
<http://repository.upi.edu/operator/upload/
s_bio_0608292_chapter 1. pdf> diakses tanggal 3 Mei
2012.
Dwidjoseputro,
2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:Djambatan.
Jati, Wijaya.
2007. Biologi Interaktif. Jakarta : Ganeca Exact.
Lutfi, Ahmad. 2007. Kimia Lingkungan.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Paul, Singleton. 2008. Dictionary of
Microbiology And Molecular Biology Third Edition. England : John wiley
& Sons Inc.
Pelczar M.J. dan Chan. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid
1. Jakarta : UI Press.
Skou Torben dan Sogaard Jensen Gunnar. 2007. Microbiologi.
Englang : Forfattern Og Systime.
Yuharmen, Yum
Eryanti, dan Nurbalatif. 2007. Uji aktivitas antimikroba minyak atsiri dan ekstrak metanol lengkuas (Alpinia galanga)
Jurusan Kimia, FMIPA. Universitas Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar