LAPORAN ILMU GIZI
INDEKS MASSA TUBUH
(IMT) DAN ANGKA KECUKUPSN GIZI (AKG)
OLEH
IMFRANTONI
PURBA
05111003014
TEKNOLOGI HASIL
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Energi
merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi
berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu
dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai
cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka
panjang (IOM, 2002).
Pangan merupakan sumber zat gizi bagi makhluk hidup umumnya manusia, zat gizi merupakan keperluan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari.
Pangan perlu dikonsumsi secukupnya. Kecukupan
energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk kecukupan
protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status
fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Hartono, 2000).
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses
metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Tujuan
fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk
memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk
memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah
untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Lie,
2010).
Apabila
tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan
meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang
disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang
berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada
perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan
mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian
(Hardinsyah dan Martianto 1992).
B. Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah:
1. Praktikan
memahami perhitungan IMT dan AKG.
2. Praktikan
memahami perbedaan angka kecukupan berdasarkan jenis kelamin dan usia.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
Angka kecukupan gizi
(AKG) berguna sebagai patokan dalam penilaian dan perencanaan konsumsi pangan,
serta basis dalam perumusan acuan label gizi. Angka kecukupan gizi mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan Iptek gizi dan ukuran antropometri
penduduk. Setelah sekitar sepuluh tahun ditetapkan angka kecukupan energi (AKE)
dan kecukupan protein (AKP) bagi penduduk Indonesia, kini saatnya ditinjau
ulang dan disempurnakan. Kajian ini bertujuan merumuskan angka kecukupan energi
(AKE), kecukupan protein (AKP), kecukupan lemak (AKL), kecukupan karbohidrat
(AKK) dan serat makanan (AKS) penduduk Indonesia (Hartono, 2000).
Kecukupan
gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin
dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat
memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis
kelamin dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi. Kecukupan energi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk kecukupan
protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Lie,
2010).
Untuk keperluan di Indonesia hasil Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi VIII tahun 2004 menetapkan tiga standar gizi, yaitu angka kecukupan
gizi (AKG), batas atas asupan (UL), dan acuan label gizi (ALG). Angka kecukupan
gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk
hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis
kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Konsep
kecukupan energi kelompok penduduk adalah nilai rata-rata kebutuhan, sedangkan
pada kecukupan protein dan zat gizi lain adalah nilai rata-rata kebutuhan
ditambah dengan 2 kali simpangan baku(2 SD) (Miharjda, 2000).
B. Indeks
Massa Tubuh
IMT dihitung sebgagai berat badan
dalam kilogram (kg) dibagai tinggi badan dalam meter dikuadratkan dan tidak
terikat pada jenis kelamin. IMT secara sifnifikan berhubungan dengan kadar
lemak tubuh total sehinggadapat dengan mudah mewakili kadar lemak tubuh. Saat
ini, IMT secara internasional diterima sebagai alat untuk mengidentifikasi
kelebihan berat badan dan obesitas (Hartono, 2000).
Penambahan berat badan terjadi
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan
kebutuhan tubuh. Jika makanan yang dimakan memberikan kalori lebih dari
kebutuhan tubuh, maka kalori tersebut akan ditukar atau disimpan sebagai lemak.
Pada awalnya, hanya ukuran sel-sel lemak yang akan meningkat. Tetapi apabila
ukuran sel-sel tersebut tidak bisa lagi mengalami peningkatan, maka sel-sel
akan menjadi bertambah banyak. Apabila tubuh mengalami pengurangan berat badan,
yang akan berkurang hanyalah ukuran sel-sel lemak, bukan jumlahnya yang
berkurang mengakibatkan lemak akan mudah terbentuk semula. Terdapat banyak
penyebab obesitas. Ketidakseimbangan asupan kalori dan konsumsi bervariasi bagi
tiap individu. Turut memainkan peranan dan berkontribusi adalah usia, jenis
kelamin, genetik, psikososial, dan faktor lingkungan (Antonio et al, 2008).
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Oktober 2013, pukul 10.00 WIB sampai
dengan pukul 11.40 WIB di Ruang Kelas C 1207, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya.
B.
Cara
Kerja
Cara kerja
praktikum ini adalah:
1. Praktikan
membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang (pria dan wanita).
2. Masing-masing
praktikan mencatat data berupa berat badan (kg), tinggi badan (m), dan usia
anggota kelompoknya.
3. Data
yang didapat kemudian digunakan untuk mengitung nilai Indeks Massa Tubuh (IMT),
Angka Kecukupan Protein (AKP) dan Angka Kecukupan Gizi (AKG).
4. Data
hasil perhitungan dijadikan dalam bentuk tabel secara kolektif dari
kelompok-kelompok lainnnya.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Nama Responden :
Megaria
Berat Badan :
49 kg
J. kelamin :
Perempuan
Tinggi Badan :
165 cm = 1,65 m
Usia Responden :
20 tahun
Mengitung IMT
Menghitung AKG
AKG Energi (kkal) kkal
AKG Protein (g) g
AKG Vitamin A (RE)
AKG Vitamin D (ug) ug
AKG Vitamin E (mg)
AKG Vitamin K (ug)
AKG Tiamin (mg)
AKG Riboflavin (mg)
AKG Niasin (mg)
AKG Asam Folat (ug)
AKG Piridoksin (mg)
AKG Vit B12 (ug)
AKG Vit C (mg)
AKG Kalsium (mg)
AKG Fosfor (mg)
AKG Magnesium (mg)
AKG Besi (mg)
AKG Yodium (ug)
AKG Seng (mg)
AKG Selenium (ug) ug
AKG Mangan (mg)
AKG Fluor (mg)
Angka
Kecukupan Gizi
|
Nilai
|
Angka
Kecukupan Gizi
|
Nilai
|
Energi
Protein
Vit.
A
Vit.
D
Vit.
E
Vit.
K
Tiamin
Riboflavin
Niasin
Asam
folat
Piridoksin
|
Kkal
g
RE
µg
mg
µg
mg
mg
mg
µg
mg
|
Vit
B12
Vit
C
Kalsium
Fosfor
Mg
Besi
Yodium
Seng
Selenium
Mangan
Fluor
|
µg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
µg
mg
mg
|
B.
Pembahasan
Angka
kecukupan gizi (AKG) berguna sebagai patokan dalam penilaian dan perencanaan
konsumsi pangan, serta basis dalam perumusan acuan label gizi. Angka kecukupan
gizi mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan Iptek gizi dan ukuran
antropometri penduduk. IMT dihitung sebgagai berat badan dalam
kilogram (kg) dibagai tinggi badan dalam meter dikuadratkan dan tidak terikat
pada jenis kelamin. IMT secara sifnifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh
total sehinggadapat dengan mudah mewakili kadar lemak tubuh.
Hasil
pengukuran yang telah dilakukan, Megaria
memiliki Berat Badan (BB)= 49
kg dan Tinggi Badan (TB)= 165,
maka diperoleh hasil IMT= 17,99
kg/m2. Hal ini menunjukkan bahwa
megaria tergolong ke dalam status gizi normal pada batas bawahnya. Kegemukan dan obesitas terjadi apabila total
asupan kalori yang terkandung dalam makanan melebihi jumlah total kalori yang
dibakar dalam proses metabolism. Penyebab kegemukan dan obesitas bersifat
multi-faktor, antara lain adanya keterlibatan factor genetic, ras, perubahan
pola makan dan pola aktivitas serta emosi.
Keterlibatan factor
genetic relative sulit dibuktikan. Pola makanan yang tinggi kalori dan lemak
serta rendah serat, menjadi factor kegemukan dan obesitas yang lebih menyukai
mengkonsumsi makanan cepat saji. Gen juga menjadi salah satu factor pemicu
terjadinya obesitas. Obesitas ini dapat diturunkan ke generasi selanjutnya
karena sifat gen yang akan terwariskan dan bila terekspesikan, maka generasi
baru akan mengalami obesitas. Keterlibatan factor genetic relative sulit
dibuktikan, ada sekelompok masyarakat tertentu yang proses metabolism tubuhnya
relative lebih lambat dibandingkan dengan yang lainnya. Kondisi ini menyebabkan
seseorang memiliki peluang lebih besar seseorang memiliki peluang lebih besar
untuk menderita kegemukan dan obesitas.
Seseorang berada dalam keadaan tetap (konstan) apabila jumlah
energy dan minuman setiap harinya sama besarnya dengan energy yang dikeluarkan.
Jumlah energy yang masuk dapat dihitung dari masukan makanan dan minuman setiap
harinya. Sedangkan total pengeluaran energy merupakan jumlah energy yang masuk
dapat hitung dari masukan makanan dan minuman setiap harinya. Sedangkan total
pengeluaran energy merupakan jumlah energy yang dikeluarkan dalam keadaan
istirahat, ditambah dengan energy yang dikeluarkan untuk pencernaan makanan dan
penyerapan zat-zat gizi dan ditambah lagi dengan energy yang dikeluarkan untuk
bekerja atau melakukan kerja fisik.
Status gizi
dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri.
Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan pemeriksaan darah.
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah.
Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi remaja. Masalah
gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat,
misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR,
penurunan kesegaran jasmani. Faktor
yang menjadi variabel independen dalam analisis ini masing-masing terdiri dari
15 variabel yaitu : pendidikan, umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal,
aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman keras, kebiasaan
sarapan pagi, konsumsi obat modern, konsumsi obat tradisional, kecukupan
konsumsi energi, sakit diderita satu tahun lalu, keluhan sakit satu bulan lalu
dan anemi maupun IMT.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum
ini adalah:
1. Megaria memiliki indeks massa tubuh termasuk dalam
kategori normal dengan
IMT berada pada batas bawah yaitu 17,99 kg/m2.
2. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh,
mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan.
3. IMT
secara sifnifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh total sehinggadapat
dengan mudah mewakili kadar lemak tubuh.
4. Seseorang berada dalam keadaan tetap (konstan)
apabila jumlah energy dan minuman setiap harinya sama besarnya dengan energy
yang dikeluarkan, jumlah energy yang masuk dapat dihitung dari masukan makanan dan minuman setiap harinya.
5. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik,
iklim dan adaptasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Antonio et al . 2008.
Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tes Fungsi Paru. Mandala of
Health, Volume 4, Nomor 2, Mei 2010.
Hardiansyah
& Martianto 1992. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi
Antropometri, Biokimia, Survei Konsumsi Pangan. Makassar: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Hartono,
Andy. 2000.
Antropometri. Yogyakarta: PT. Citra Aji Prama. Barasi, Mary E. 2009. At a
Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga.
[IOM] Institute of Medicine.
(2005). Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty
Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on
Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation
and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the
Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press,
Washington, DC.
Lie
.2010. Gizi Atlet Cepat 100 Meter
Pelajar Putra Indonesia. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN: 1411-8319 Vol. 10 No. 2,
Tahun 2010.
Miharjda
.2000.
Menuju MDGs, Penuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil dan Bayi. (online) (http://www.jurnas.com/halaman/23/2012-02-12/198617,
diakses tanggal 17 Oktober 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar