LAPORAN
ILMU GIZI
Oleh
:
Imfrantoni
Purba
05111003014
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Survei konsumsi makanan adalah
metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi, pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Susilowati, 2008, mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi
yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap
hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tertentu.
Pola makan adalah tingkah laku manusia atau
kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap,
kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat
positif dan negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada
nilai-nilai affective yang
berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi) dimana manusia atau
kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan terhadap
makanan yang berkaitan dengan nilai-nilai cognitive yaitu kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak
menarik. Pemilihan adalah proses psychomotor
untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaannya (Endres, 2004).
Lingkungan keluarga sangat besar
pengaruhnya terhadap anak, hal ini karena di dalam keluargalah anak memperoleh
pengalaman pertama dalam kehidupannya. Dalam hal ini orang tua mempunyai
pengaruh yang kuat dalam membentuk kesukaan makan anak-anaknya, karena orang
tua adalah model pertama yang dilihat oleh anak. Hubungan social yang dekat
yang berlangsung lama antara anggota keluarga memungkinkan bagi anggotanya
mengenal jenis makanan yang sama dengan keluarga (Wirakusumah, 1994).
Perubahan gaya hidup suatu
masyarakat dalam kaitannya dengan makanan berkaitan juga pada perubahan budaya.
Makanan alamiah yang berasal dari pertanian seperti beras, gandum, jagung
menjadi lebih menarik lagi apabila diolah dengan lebih modern sesuai dengan
tuntutan zaman. Makanan siap saji menjadi lebih diminati karena dianggap lebih
cepat dan praktis sebab dapat menunjang kebutuhan masyarakat urban yang sangat
sibuk bekerja. Dengan demikian perkembangan dan peningkatan perekonomian
sebagian masyarakat juga membentuk kebiasaan makannya. Perubahan gaya hidup
muncul ketika orang lebih tertarik dengan makanan siap saji yang ditawarkan di
daerah pertokoan elit (dengan tempat yang nyaman dan menarik) dan hal itu
dianggapnya dapat memberikan nilai tambah baginya (Hardinsyah, 2001)
B. Tujuan
1. Praktikan
memahami metode food recall dalam pengumpulan data konsumsi makanan.
2. Praktikan
mengerti penggunaan tabel DKBM
3. Praktikan
dapat memberikan pendapat dan memahami perbedaan konsumsi makanan tiap individu
berdasarkan jenis kelamin, usia maupun faktor lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi
pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau
kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek
gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi
pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah
pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah
tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah, 2001).
Banyak
hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan
harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain
itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta
faktor fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan
yang dikonsumsi oleh individu ( Triwijayanti, 2008).
Dari berbagai metode survey konsumsi
gizi tingkat individu, maka metode recall 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu
metode yang paling banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini
dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan
tidak memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian diperlukan
orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode recall 24 jam konsumsi
gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di samping itu diperlukan ketepatan
menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh
responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman
yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Susilowati, 2008).
Kecukupan gizi yang dianjurkan
adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk
mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan
menyusui. Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap
hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal
(Hardinsyah,
2001).
Besarnya
kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan
energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan
energi.Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Aktifitas fisik
berupa aktifitas rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi ke sekolah, bekerja
sebagai karyawan kantor. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis,
intensitas dan lamanya aktifitas fisik. Menurut Satoto (1994), kemakmuran dan
kemudahan hidup menimbulkan gaya hidup sedentaris yang sangat menurunkan
kerja/aktivitas fisik dan memberikan kesempatan yang luas untuk makan banyak.
Disamping itu para keluarga cenderung untuk memanjakan anak mereka dengan
pangan. Akibatnya energi dari pangan disimpan dalam bentuk lemak terjadilah
obesitas.
Dalam
tubuh manusia energi dapat dihasilkan karena adanya proses pembakaran
karbohidrat, protein dan lemak sehingga manusia sangat membutuhkan makanan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan energinya. Kebutuhan energi manusia tergantung
pada tinggi dan berat badannya sehingga perlu adanya perhitungan untuk mencapai
kebutuhan energinya. Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang
atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan
penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi seseorang tersebut dapat
diukur dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang
maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status
gizinya baik ataukah tidak baik (Endres et al, 2004).
Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
pada tingkat yang setinggi mungkin. Penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.
Aktivitas fisik
atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang menggunakan tenaga
atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari,
berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang
berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (Wirakusumah, 1994).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ilmu gizi ini dilaksanakan
pada hari Jum’at, 04 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB dan bertempat di RKC 1207, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya.
B. Cara Kerja
Cara kerja
dari praktikum ini yaitu:
1.
Semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga
(URT) ditanyakan dan
dicatat kembali selama kurun waktu 24 jam yang lalu.
2.
Bahan
makanan dianalisis ke
dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
3. Setelah dianalisis kemudian
dibandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
4. Jumlah kalori dihitung dari menu yang
dikonsumsi responden.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel.
Rekapitulasi Jumlah Kalori
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
Makanan
|
Porsi (URT)
|
Berat (g)
|
Energi/100 gram
|
Energi (kkal)
|
1.
|
P. Situmorang
|
Laki-laki
|
41 th
|
Pagi:
Teh susu
Nasi uduk
|
1 gelas
1 piring
|
250
100
|
293
192
|
732,5
192
|
Siang:
Nasi putih
Ikan patin
Sayur
kol
|
1 piring
1 potong
3 sdm
|
300
75
75
|
180
190
73
|
540
142,5
54,75
|
||||
Malam:
Nasi putih
Ikan sarden
Sayur kangkung
|
1 piring
1 potong
3 sdm
|
300
75
75
|
180
190
30
|
540
242,5
22,5
|
||||
Total
|
2466,75
|
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
Makanan
|
Porsi (URT)
|
Berat (g)
|
Energi/100 gram
|
Energi (kkal)
|
2.
|
R. Br Sihombing
|
Perempuan
|
38 th
|
Pagi:
Susu SKM
|
1 gelas
|
250
|
336
|
840
|
Siang:
Nasi putih
Ikan patin
Sayur kol
|
1 piring
1 potong
2 sdm
|
200
75
50
|
180
190
73
|
360
142,5
36,5
|
||||
Malam:
Nasi putih
Ikan sarden
Sayur kngkung
|
1 piring
1 potong
2 sdm
|
200
50
50
|
180
190
30
|
360
95
15
|
||||
Total
|
1849
|
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
Makanan
|
Porsi (URT)
|
Berat (g)
|
Energi/100 gram
|
Energi (kkal)
|
3.
|
E. situmorang
|
Perempuan
|
14 th
|
Pagi:
Roti
Susu SKM
|
1 potong
1 gelas
|
100
250
|
192
336
|
172,8
840
|
Siang:
Nasi putih
Ikan patin
Sayur kol
|
1 piring
1 potong
2 sdm
|
150
75
50
|
180
190
73
|
270
142,5
36,5
|
||||
Malam:
Nasi
Ikan
sarden
Sayur
kangkung
|
1 piring
1 potong
2 sdm
|
100
50
50
|
180
190
30
|
180
95
15
|
||||
Total
|
1751,8
|
B. Pembahasan
Hasil
dari wawancara dalam satu keluarga diperoleh bahwa konsumsi paling besar itu
adalah dari bapak. Dari faktor yang kita ketahui seorang laki-laki membutuhkan
energi lebih banyak dibandingkan perempuan, hal tersebut terjadi karena
laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan perempuan. Jumlah energi
yang dibutuhakn pada tiap-tiap manusia itu berbeda –beda karena dipengaruhi
oleh faktor usia, kebiasaan dan jenis kelamin.
Dari segi usia tentu
kalori yang dibutuhkan semakin banyak diiringi dengan masa pertumbuhan. Untuk
faktor jenis kelamin diketahui bahwa laki-laki lebih nayak memerlukan energi
dibandingkan dengan perempuan. Kebiasaan makan banyak didalam rumah tangga
sangat mempengaruhi jumlah konsumsi makanan di dalam keluarga tersebut. Disamping
itu pola makan yang sudah biasa dilakukan mempengaruhi jumlah kalori yang
dihasilkan semakin banyak mengonsumsi makanan semakin banyak pula kalori yang
dihasilkan, dan sebaliknya. Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas
eksternal adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan
berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain.
Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas
dan sifat kerja otot.
Hasil
wawancara menunjukkan bapak P. Situmorang
menkonsumsi makanan dengan energi sekitar 2466,75 kkl, sedangkan ibu R.
Br Sihombing mengkonsumsi makanan dengan enegi sekitar 1849 kkl dan si anak E.
Situmorang mengkonsumsi makan dengan energi sekitar 1751,8 kkl. Tabel angaka
kecukupan gizi menunjukkan bahwa anak uur 15 tahun membutuhkan energi sekitar
2350 kkl, artinya si anak E. Br Situmorang membutuhkan energi dibawah kebutuhan
energi teman-teman sebayanya, atau mungkin faktor kebiasaanya makan sedikit.
Pada laki-laki umur 30-40 membutuhkan energi sekitar 2350 kkl dan wanita umur
30-40 membutuhkan energi rata-rata sebesar 1800.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari praktikum food
record dengan konsumsi 24 jam :
1. Jumlah
energi yang dibutuhakn pada tiap-tiap manusia itu berbeda –beda karena
dipengaruhi oleh faktor usia, kebiasaan dan jenis kelamin.
2. Seorang
laki-laki membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan perempuan, hal tersebut
terjadi karena laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan
perempuan.
3. Faktor
kebiasaan dapat mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
4. Pada
laki-laki umur 30-40 membutuhkan energi sekitar 2350 kkl dan wanita umur 30-40
membutuhkan energi rata-rata sebesar 1800.
DAFTAR PUSTAKA
Endres JB,
Robert E Rokwell, Chintya GM. 2004. Food Nutrition and The Young Child. Ohio:
Pearson Prentice Hall.
Hardinsyah
et al. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan Dengan Pendekatan Pola Pangan
Satoto
S. 1994. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) gizi lebih sebagai bagian
dari KIE gizi ganda Dalam M.A. Rifai (Ed), Prosiding Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi V (hlm 562-573). Jakarta: LIPI.
Susilowati.
2008. Pengukuran Status Gizi berdasarkan Faktor Ekologi (Online) (http://www.google.com/metoderecall, diakses 16
Oktober 2012).
Triwijayanti
E. 2008. Gizi. (online) (http://mey03.wordpress.com/category
/uncategorized/gizi/, diakses tanggal 16 Oktober 2012).
Wirakusumah ES.
1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar