Jumat, 08 November 2013

FOOD RECORD

LAPORAN ILMU GIZI




Oleh :
Imfrantoni Purba
05111003014


UNSRI








JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Survei konsumsi makanan adalah  metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Susilowati, 2008, mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
             Pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif dan negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai affective yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan terhadap makanan yang berkaitan dengan nilai-nilai cognitive yaitu kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses psychomotor untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaannya (Endres, 2004).
            Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap anak, hal ini karena di dalam keluargalah anak memperoleh pengalaman pertama dalam kehidupannya. Dalam hal ini orang tua mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk kesukaan makan anak-anaknya, karena orang tua adalah model pertama yang dilihat oleh anak. Hubungan social yang dekat yang berlangsung lama antara anggota keluarga memungkinkan bagi anggotanya mengenal jenis makanan yang sama dengan keluarga (Wirakusumah, 1994).
            Perubahan gaya hidup suatu masyarakat dalam kaitannya dengan makanan berkaitan juga pada perubahan budaya. Makanan alamiah yang berasal dari pertanian seperti beras, gandum, jagung menjadi lebih menarik lagi apabila diolah dengan lebih modern sesuai dengan tuntutan zaman. Makanan siap saji menjadi lebih diminati karena dianggap lebih cepat dan praktis sebab dapat menunjang kebutuhan masyarakat urban yang sangat sibuk bekerja. Dengan demikian perkembangan dan peningkatan perekonomian sebagian masyarakat juga membentuk kebiasaan makannya. Perubahan gaya hidup muncul ketika orang lebih tertarik dengan makanan siap saji yang ditawarkan di daerah pertokoan elit (dengan tempat yang nyaman dan menarik) dan hal itu dianggapnya dapat memberikan nilai tambah baginya (Hardinsyah, 2001)

B. Tujuan
1.      Praktikan memahami metode food recall dalam pengumpulan data  konsumsi makanan.
2.      Praktikan mengerti penggunaan tabel DKBM
3.      Praktikan dapat memberikan pendapat dan memahami perbedaan konsumsi makanan tiap individu berdasarkan jenis kelamin, usia maupun faktor lainnya.


















II. TINJAUAN PUSTAKA
            Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah, 2001).
            Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi oleh individu ( Triwijayanti, 2008).
            Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka metode recall 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode recall 24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Susilowati, 2008).
            Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui. Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Hardinsyah, 2001).
Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi.Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Aktifitas fisik berupa aktifitas rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi ke sekolah, bekerja sebagai karyawan kantor. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas fisik. Menurut Satoto (1994), kemakmuran dan kemudahan hidup menimbulkan gaya hidup sedentaris yang sangat menurunkan kerja/aktivitas fisik dan memberikan kesempatan yang luas untuk makan banyak. Disamping itu para keluarga cenderung untuk memanjakan anak mereka dengan pangan. Akibatnya energi dari pangan disimpan dalam bentuk lemak terjadilah obesitas.
Dalam tubuh manusia energi dapat dihasilkan karena adanya proses pembakaran karbohidrat, protein dan lemak sehingga manusia sangat membutuhkan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energinya. Kebutuhan energi manusia tergantung pada tinggi dan berat badannya sehingga perlu adanya perhitungan untuk mencapai kebutuhan energinya. Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi seseorang tersebut dapat diukur dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Endres et al, 2004).
            Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (Wirakusumah, 1994).






III. METODOLOGI  PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
       Praktikum ilmu gizi ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 04 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB dan bertempat di RKC 1207, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B.  Cara Kerja
       Cara kerja dari praktikum ini yaitu:
1.      Semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT)  ditanyakan dan dicatat kembali selama kurun waktu 24 jam yang lalu.
2.      Bahan makanan dianalisis ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
3.      Setelah dianalisis kemudian dibandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
4.    Jumlah kalori dihitung dari menu yang dikonsumsi responden.










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel. Rekapitulasi Jumlah Kalori
No
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Makanan
Porsi (URT)
Berat (g)
Energi/100 gram
Energi (kkal)
1.
P. Situmorang
Laki-laki
41 th
 Pagi:
Teh susu
Nasi uduk

1 gelas
1 piring

250
100

293
192

732,5
192




Siang:
Nasi putih
Ikan patin
 Sayur kol

1 piring
1 potong
3 sdm



300
75
75



180
190
73


540
142,5
54,75






Malam:
Nasi putih
Ikan sarden
Sayur kangkung

1 piring
1 potong

3 sdm



300
75

75



180
190

30

540
242,5

22,5

Total



2466,75




No
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Makanan
Porsi (URT)
Berat (g)
Energi/100 gram
Energi (kkal)
2.
R. Br Sihombing
Perempuan
38 th
Pagi:
Susu SKM


1 gelas


250


336


840




Siang:
Nasi putih
Ikan patin
Sayur kol

1 piring
1 potong
2 sdm

200
75
50

180
190
73

360
142,5
36,5




Malam:
Nasi putih
Ikan sarden
Sayur kngkung


1 piring
1 potong

2 sdm

200
50

50

180
190

30

360
95

15
Total



1849




No
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Makanan
Porsi (URT)
Berat (g)
Energi/100 gram
Energi (kkal)
3.
E. situmorang
Perempuan
14 th
Pagi:
Roti
Susu SKM

1 potong
1 gelas

100
250


192
336

172,8
840




Siang:
Nasi putih
Ikan patin
Sayur kol


1 piring
1 potong
2 sdm

150
75
50

180
190
73

270
142,5
36,5





Malam:
Nasi
Ikan sarden
Sayur kangkung

1 piring
1 potong

2 sdm

100
50

50

180
190

30

180
95

15
Total



1751,8










B.  Pembahasan
                Hasil dari wawancara dalam satu keluarga diperoleh bahwa konsumsi paling besar itu adalah dari bapak. Dari faktor yang kita ketahui seorang laki-laki membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan perempuan, hal tersebut terjadi karena laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan perempuan. Jumlah energi yang dibutuhakn pada tiap-tiap manusia itu berbeda –beda karena dipengaruhi oleh faktor usia, kebiasaan dan jenis kelamin.
Dari segi usia tentu kalori yang dibutuhkan semakin banyak diiringi dengan masa pertumbuhan. Untuk faktor jenis kelamin diketahui bahwa laki-laki lebih nayak memerlukan energi dibandingkan dengan perempuan. Kebiasaan makan banyak didalam rumah tangga sangat mempengaruhi jumlah konsumsi makanan di dalam keluarga tersebut. Disamping itu pola makan yang sudah biasa dilakukan mempengaruhi jumlah kalori yang dihasilkan semakin banyak mengonsumsi makanan semakin banyak pula kalori yang dihasilkan, dan sebaliknya. Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot.
Hasil wawancara menunjukkan bapak P. Situmorang  menkonsumsi makanan dengan energi sekitar 2466,75 kkl, sedangkan ibu R. Br Sihombing mengkonsumsi makanan dengan enegi sekitar 1849 kkl dan si anak E. Situmorang mengkonsumsi makan dengan energi sekitar 1751,8 kkl. Tabel angaka kecukupan gizi menunjukkan bahwa anak uur 15 tahun membutuhkan energi sekitar 2350 kkl, artinya si anak E. Br Situmorang membutuhkan energi dibawah kebutuhan energi teman-teman sebayanya, atau mungkin faktor kebiasaanya makan sedikit. Pada laki-laki umur 30-40 membutuhkan energi sekitar 2350 kkl dan wanita umur 30-40 membutuhkan energi rata-rata sebesar 1800.


V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum food record dengan konsumsi 24 jam :
1.      Jumlah energi yang dibutuhakn pada tiap-tiap manusia itu berbeda –beda karena dipengaruhi oleh faktor usia, kebiasaan dan jenis kelamin.
2.      Seorang laki-laki membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan perempuan, hal tersebut terjadi karena laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan perempuan.
3.      Faktor kebiasaan dapat mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
4.      Pada laki-laki umur 30-40 membutuhkan energi sekitar 2350 kkl dan wanita umur 30-40 membutuhkan energi rata-rata sebesar 1800.


















UNSRI


DAFTAR PUSTAKA
Endres JB, Robert E Rokwell, Chintya GM. 2004. Food Nutrition and The Young Child. Ohio: Pearson Prentice Hall.
Hardinsyah et al. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan Dengan Pendekatan Pola Pangan
Satoto S. 1994. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) gizi lebih sebagai bagian dari KIE gizi ganda Dalam M.A. Rifai (Ed), Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V (hlm 562-573). Jakarta: LIPI.
Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi berdasarkan Faktor Ekologi (Online) (http://www.google.com/metoderecall, diakses 16 Oktober 2012).
Triwijayanti E. 2008. Gizi. (online) (http://mey03.wordpress.com/category /uncategorized/gizi/, diakses tanggal 16 Oktober 2012).
Wirakusumah ES. 1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar