IKAN
Oleh :
IMFRANTONI PURBA
O5111003014
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
A. PENDAHULUAN
Mutu ikan
berkaitan dengan tingkat kesegaran ikan. Ikan dikategorikan masih segar jika
perubahan-perubahan biokimiawi, mikrobiologi, dan fisikawi yang terjadi belum
menyebabkan kerusakan yang berat terhadap
bagian-bagian ikan. Perubahan kesegaran tersebut diamati
pada sifat-sifat fisik dari ikan. Ikan yang segar yaitu ikan yang
masih dalam keadaan hidup atau dalam fase rigor mortis, yaitu fase dimana ikan masih mengejang
beberapa saat setelah ikan mati dengan masa antara 1 – 7 jam. Kondisi ikan segar terbebas dari
parasit-parasit apapun, tanpa luka-luka ataupun kerusakan pada badan ikan.
Sedangkan kondisi ikan busuk banyak terdapat parasit, badannya banyak luka dan
patah-patah (Adawyah (Sagala, 2011)).
Fase post rigor terjadi pada saat otot
ikan melunak setelah melewati fase rigor
mortis terjadi kenaikan pH ikan secara perlahan dengan meningkatnya laju
perubahan autolitik yang ditandai dengan proses pelunakan daging ikan. Selama fase rigor, gel ini menjadi
kaku dan bila fase
rigor telah berlalu, otot daging menjadi lunak, keadaan ini berlangsung selama
1-7 jam sesaat setelah ikan mati (Nursia (Utomo, 2010)).
Mikroorganisme yang
berperan penting di dalam proses penurunan kesegaran ikan adalah bakteri. Pada
daging ikan yang masih segar bakteri dapat ditemukan di permukaan kulit,
insang, dan saluran pencernaan. Pada daging ikan mati, bakteri yang
terkonsentrasi pada ketiga tempat tersebut perlahan-lahan berpenetrasi dan
bergerak aktif menyebar ke seluruh jaringan dan organ ikan dan mulai dijadikan tempat
berkembangnya bakteri. Reaksi kimiawi yang terjadi selama proses kemunduran
kesegaran ikan adalah penguraian lemak oleh aktivitas enzim jaringan tubuh dan
enzim yng dihasilkan oleh bakteri serta berlangsung akibat oksidasi dengan
adanya oksigen menjadi asam lemak. Akibat dari reaksi ini adalah terjadinya
ketengikan, perubahan warna daging menjadi pucat yang mengarah pada rasa, bau
dan perubahan lain yang tidak dikehendaki. (Geesink et al (Utomo, 2010)).
Ikan segar
lebih cepat mengalami kebusukan dibandingkan daging mamalia.
Kebusukan ikan mulai terjadi setelah rigor mortis selesai. Faktor yangmenyebabkan ikan cepat busuk adalah kadar
glikogennya rendah sehingga rigormortis berlangsung cepat dan ph akhir
daging ikan cukup tinggi yaitu 6,4-6,6,sehingga tingginya jumlah bakteri yang
terkandung dalam perut ikan. Bakteri proteolitik
mudah tumbuh pada ikan segar dan menyebabkan bau busuk hasil metabolisme
protein. Pembusukan menyebabkan bahan pangan menurun mutunya bahkan
tidak layak dikonsumsi. Pembusukan dapat diamati secara subjektif dan
objektif. Pengamatan subjektif dilakukan
dengan uji sensori, sedangkan pengamatan objektif menggunakan cara analisis kimia atau mikroorganisme (Almatsier (Yuniarti T, 2010).
B. TUJUAN
Untuk mengetahui sifat fisik ikan segar dan ikan
mati.
C. ALAT
DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai
berikut:1) Ball pipet, 2) Kawat, 3)
Penyumbat gabus, 4) Pisau dan 5) Tabung reaksi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah sebagai berikut: 1) Ikan
betok, 2) ikan Nila, 3) Ikan gabus dan 4) Reagen eber.
D. CARA KERJA
Cara kerja pada praktikum ikan adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan subyektif
Cara kerja pada
praktikum ini yaitu :
Sifat-sifat
dari setiap ikan dibandingkan dari warna, keadaan mata, kulit, tekstur, sisik,
insang dan aroma. Setiap mutu dari ikan dibandingkan berdasarkan tabel.
2. Pengamatan Obyektif
Cara kerja pada
praktikum ini yaitu:
a)
Tabung reaksi
didisi dengan reagen eber sebanyak 3-5 ml.
b)
Daging ikan
yang akan diamati diiris kira-kira sebesar kacang tanah dan ditusukkan pada
ujung kawat dan pada ujung kawat yang lain ditusukkan penyumbat gabus.
c)
Daging ikan
yang ditusukkan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi reagen eber dan
gabusnya disumbatkan pada mulut tabung.
d)
Beberpa menit
kemudian penyumbat gabus dibuka lalu dibau apakah ada bau gas NH3 yang
disebabkan hasil pembusukan.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil
dari praktikum pengetahuan bahan tentang ikan adalah sebagai
berikut:
Pengamatan subjektif
Jenis ikan
|
Warna
|
Mata
|
Kulit
|
Tekstur
|
Sisik
|
Insang
|
Aroma
|
Mutu
|
Betok (hidup)
|
Cerah
|
Jernih cembung
|
Sedikit
berlendir
|
Kenyal
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Khas segar
|
1
|
Betok (mati)
|
Pudar
|
Gelap cembung
|
Berlendir
|
Kehilangan
sifat kenyal
|
Agak mudah
lepas
|
Pudar
|
Bau asam
|
3
|
Nila (hidup)
|
Cerah
|
Jernih cembung
|
Sedikit lendir
|
Kenyal
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Khas segar
|
1
|
Nila (mati)
|
Pucat
|
Putih
berlendir
|
Berlendir
|
Lunak
|
Mudah
mengelupas
|
Merah pudar
|
Bau asam
|
3
|
Gabus (hidup)
|
Cerah
|
Gelap cembung
|
Berlendir
|
Kenyal
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Khas segar
|
1
|
Gabus (mati)
|
Putih pucat
|
Jernih cembung
|
Sedikit lendir
|
Kehilangan
sifat kenyal
|
Agak mudah lepas
|
Agak pudar
|
netral
|
2
|
Pengamatan objektif
Jenis
ikan
|
Gas
NH3 (ada/tidak)
|
Betok
(hidup)
|
tidak
|
Betok
(mati)
|
tidak
|
Nila
(hidup)
|
tidak
|
Nila
(mati)
|
ya
|
Gabus
(hidup)
|
tidak
|
Gabus
(mati)
|
ya
|
B. Pembahasan
Praktikum ikan ini dilakukan 2
pengamatan yaitu secara subjektif dan objektif. Pengamatan secara subjektif
dilakukan denganmengamati sifat-sifat fisik ikan dan perubahan nya terhadap
lingkungannya. Pengamatan objektif dilakukan dengan pemberian larutan eber pada
daging ikan yang dicampur didalam tabung reaksi. Perlakuan itu ditujukan untuk
mengetahui apakah daging ikan tersebut mengandung NH3 atau tidak. Gas NH3 yang
dihasilkan dengan pencampuran larutan eber menandakan bahwa ikan tersebut sudaah
mulai busuk atau sudah mulainya pertumbuhan bakteri pembusuk. Ketika otot ikan
mulai kaku hal tersebut disebabkan oleh karena hilangya adenosine tripospat
akibat pembusukan autolisis. Pengkakuan otot ikan disebabkan penggabungan
searah molekul-molekul myosin dan actin.
Ikan yang masih segar memiliki penampilan yang menarik dan mendekati
kondisi ikan baru mati. Ikan tampak cemerlang, mengkilap keperakan sesuai
jenisnya. Permukaan tubuh tidak berlendir, atau berlendir tipis dengan lendir
bening dan encer. Sisik tidak mudah lepas, mata
ikan cembung, cerah dan putih jernih, tidak berdarah dengan pupil hitam. Ingsang masih tampak merah
cerah dan tidak berlendir. Jika berlendir, lendir tersebut hanya sedikit,
tipis, dan bening. Lendir yang
dihasilkan ikan mengandung senyawa nitrogen yang sangat besar dan senyawa
tersebut menyediakan makanan bagi mikro organisme pencemar ikan yang berasal
dari lingkungan. Ikan masih lentur atau kaku dengan
tekstur daging pejal, lentur, dan jika ditekan cepat pulih. Bau segar atau
sedikit agak amis. Kondisi tersebut masih dapat dikenali dengan baik menandakan bahwa ikan masih dapat dikatagorikan
sebagai ikan yang masih segar dan bermutu tinggi, kecuali ikan gabus yang
sudah mati sebab ikan gabus mati tersebut setelah dikasih larutan reagen eber
dihasilkan gas NH3 yang menandakan adanya kerja organisme pembusuk. Reagen eber yaitu campuran yang terdiri dari HCL
pekat, alkohol 90% dan ether dengan perbndingan 1:1:1.
Pengamatan
diberikan hasil nilai yang menunjukkan mutu, setiap dari nilai tersebut semakin
tinggi maka hal tersebut menunjukkan bahwa ikan sudah mengalami penurunan mutu/
sudah mulai busuk. Nilai 1 menandakan bahwa ikan masih segar sedangkan nilai 3
menunjukkan bahwa sudah adanya perubahan sifat dari ikan tersebut baik warna,
kelenturan, bau, perubahan warna mata, pertambahan lendir dan lain sebagainya.
Nialai paling tinggi yaitu 4 yang menunjukkan bahwa ikan sudah busuk. Contohnya
ikan Betok mati dan ikan nila mati yang mendapat nilai mutu 3 yang menunjukkan
sudah mulainya pembusukan pada ikan tersebut.
F. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1.
Gas NH3 yang
dihasilkan dari pencampuran larutan eber dengan daging ikan menandakan bahwa
ikan tersebut sudah mulai busuk atau sudah mulainya pertumbuhan bakteri
pembusuk.
2.
Semakin lama
ikan dalam kondisi mati dari kulitnya akan dihasilkan lendir, lendir yang
dihasilkan ikan tersebut mengandung senyawa nitrogen yang sangat besar dan
senyawa tersebut menyediakan makanan bagi mikro organisme pencemar ikan yang
berasal dari lingkungan.
3.
Ikan yang masih segar memiliki
penampilan yang menarik dan mendekati kondisi ikan baru mati, kan tampak cemerlang, permukaan tubuh sedikit berlendir, sisik tidak mudah lepas, mata ikan cembung, cerah dan putih jernih, ingsang masih tampak merah
cerah, ikan
masih lentur, jika ditekan cepat pulih dan bau segar atau
sedikit agak amis.
4. Reagen eber yaitu campuran yang terdiri dari HCL
pekat, alkohol 90% dan ether dengan perbndingan 1:1:1.
5. Reaksi kimiawi yang
terjadi selama proses kemunduran kesegaran ikan adalah penguraian lemak oleh
aktivitas enzim jaringan tubuh dan enzim yng dihasilkan oleh bakteri serta
berlangsung akibat oksidasi dengan adanya oksigen menjadi asam lemak, akibat dari reaksi ini yaitu terjadinya ketengikan,
perubahan warna daging menjadi pucat yang mengarah pada rasa dan bau.
DAFTAR PUSTAKA
Sagala, aini syariah.2011.
Analisis kemunduran mutu daging dan mata ikan bandeng (chanos chanos) melalui pengamatan histologis. Ipb.bogor.
Utomo, deny.dkk.2010. Pemanfaatan ikan gabus (ophiocephalus striatus)
Menjadi bakso dalam rangka perbaikan gizi Masyarakat dan upaya meningkatkan
nilai Ekonomisnya. Fakultas pertanian
universitas yudharta pasuruan.
Yuniarti T. 2010. Purifikasi dan karakterisasi kolagenase dari organ
dalam ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar